Part 17

4.9K 431 24
                                    


Hellow guys, moon maap lama up.

Terimakasih atas 15k pembacanya ya, seneng banget aku tuuu. Hihihi

Ada yang rindu gak?

Kalo baca kenapa gak mau komen?
Kalo baca kenapa gak mau vote?
Padahal author nya menantikan loh.

300 pembaca ++ itu banyak sayang. 200 pembaca bahkan lebih itu banyak, 500 pembaca itu juga banyak. Tapi tidak sebanding dengan vote's.

Oke lah aku lagi males buat berdebat karena vote's.

Jadi siap baca?

WARNING!

(Tebak aja sendiri ada apa nanti. Ini peringatan terakhir ya karena di part selanjutnya entah itu adegan dewasa atau kekerasan, pembunuhan author tidak akan memberi tau. Biar duarr!! Kaget wkwkkw)

HAPPY READING GUYS!

******

"VIO!" Viona yang merasa terpanggil pun menolehkan kepalany meski dengan ragu, disana ada Cassey dan Grace yang tengah berlari mengejarnya.

Setetes air mata jatuh mengenai pipinya, dan dengan secepat kilat Viona menghapusnya. Lalu ketika dua sahabatnya itu sampai ia tersenyum lembut.

"Vio, mari kita makan di Caffe biasa. Aku sangat lapar, dan Cassey juga aka mengerjakan tugasnya disana." Ajak Grace.

Viona tampak berpikir sejenak, ia mengeratkan genggaman tangannya pada tas yang ia pegang. Tidak mungkinkan Viona akan menolak ajakan para sahabatnya? Sedangkan selama ini ia yang selalu menghindar.

"Baiklah, tapi aku tidak bisa terlalu lama," jawab Viona sedikit tidak enak ketika melihat wajah Grace dan Cassey sedikit cemberut. Tapi selanjutnya Grace dan Cassey langsung merangkul tangan Vio menuju parkiran mobil Cassey.

***

"Alden, bagaimana denganmu dan Ayah Carles?" Tanya Shaga sambil mengeluarkan asap yang ada dimulutnya.

"Biasa saja. Ayah memberiku kesempatan, tapi sepertinya aku tidak janji jika tidak membunuh seseorang." Balas Alden sambil menyalakan korek api untuk merokok, Shaga hanya terkekeh pelan sambil kembali menghisap rokoknya.

"Kau sendiri kenapa?" Kini Alden yang balik bertanya.

"Tidak papa, aku hanya kesal pada Peter. Dan aku mengetahui jika Clara mengusik milikku." Ucapnya dengan suara terdengar marah.

"Clara? Anak IPA itu? Kenapa apa ia mengganggu Grace?" Tanya Alden penasaran.

"Bukan hanya mengganggu dia bahkan berani menyakitinya. Tidak akan kuampuni dia." Inilah Shaga yang sesungguhnya, jika miliknya diganggu ia akan sama buasnya seperti Alden.

"Lalu kau akan menghabisi wanita itu?"

Shaga tersenyum miring, "Aku akan menjahit mulutnya dan akan memotong-motong jarinya hingga tangan dan lengannya habis, biar ia merasakan penderitaan yang amat menyakitkan sebelum mati. " Alden menatap Shaga, seperti bukan sahabatnya saja yang ia lihat. Sebelumnya Shaga tidak pernah menunjukan ekspresi marah seperti ini. Ya, namun Alden kembali berpikir jika cinta apa yang tidak bisa merubah segalanya?

Be Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang