Wanita Pengkhianat

1.1K 35 0
                                    

Dari ambang pintu, aku melangkahkan kedua kaki memasuki rumah. Melintasi kursi sofa berwarna hitam, yang kala itu sudah ada wanita sebagai mantan pacar. Miranda adalah perempuan yang tak memiliki malu sama sekali, sudah ditolak berulang-ulang tetap saja menemuiku tanpa rasa bosan.

Karena hari ini aku tak ingin berjumpa siapa pun, kedua kaki hanya menuju pusat penglihatan. Tanpa menoleh ke samping kiri. Di sana sudah ada mama dan Miranda tengah berbincang-bincang.

"Bang ...!" panggil seseorang dari samping kiri.

Aku pun berhenti dan menoleh sedikit. Dengan gaya malas dan menarik napas panjang, kemudian kutatap mantap lawan bicara.

"Bang, ada tamu, kok, enggak dihargai seperti ini," lanjut mama sambil menukar tatap pada wanita di hadapannya.

Aku pun memebalas dengan sedikit menggumam. "Apaan, sih, Ma. Enggak penting juga Refal menghargai ia."

"Bang, Miranda udah datang jauh-jauh, loh, dari Spanyol. Ia ingin bertemu dengan kamu."

"Ma! Mau ia datang dari neraka pun, Refal enggak peduli! Karena Refal udah enggak mau lihat wajahnya lagi." Selesai berkata, aku kembali berjalan menuju lantai dua gedung rumah.

Tangan kanan yang tadinya memegang jaket berwarna hitam, kemudian aku buang di lantai begitu saja.

'Mama apa-apaan, sih, pakai acara melayani Miranda baik banget. Ia enggak tahu apa, kalau perempuan itu tukang selingkuh,' batinku berkata.

Membanting pintu sangat keras. Lalu, aku tidur di atas ranjang tanpa membuka sepatu sekolah. Selang beberapa menit aku tertidur, suara ketukan terdengar keras dari luar pintu kamar.

Tok-tok-tok!

"Siapa ...?"

"Ini mama, Bang."

"Mau ngapain lagi, sih?" omelku singkat, kemudian merubah posisi badan menjadi duduk.

"Buka pintunya, Bang. Ada yang mau mama bicarakan," titahnya seraya menekan nada suara sangat mengayun.

Akhirnya, mau tidak mau aku melompat dari kasur dan membuka pintu kamar. "Ada apa, sih, Ma?"

Wanita yang selalu mengikat rambutnya dengan bandana merah itu menghambur masuk. Ia duduk di kasur putih seraya menyuruhku untuk berada di sampingnya. Memasang wajah masam, aku mengikuti gelagatnya yang sangat membuat bosan.

Setelah aku duduk di samping kanan, wanita itu menatap mantap kedua bola mataku.

"Bang, kamu jangan seperti itu kalau ada tamu," ucapnya, ia pun menyentuh pipiku dengan lembut.

"Ma, Refal enggak mau ketemu Miranda lagi. Ia itu pengkhianat," tukasku seraya memandang sangat kesal pada wanita di hadapan.

Sang mama menarik napas panjang dan membuang dari mulut secara perlahan. "Bang, bukankah ... setiap manusia itu punya kesempatan untuk yang kedua kalinya. Setidaknya ia tak menjalin hubungan, akan tetapi kalian masih bisa berteman."

"Refal bukan tidak mau kalau untuk sekedar berteman. Akan tetapi, Refal enggak mau kalau ujung-ujungnya Mama bakal menjodohkan Refal sama ia lagi."

Mendengar bentakan mulut ini, sang mama mengubah posisi menjadi berdiri. Tampak dari wajahnya kalau ia sedang kesal. "Sekarang gini, Fal. Kalau kamu udah enggak mau menuruti apa yang mama bilang, semua fasilitas kamu akan mama cabut mulai sekarang."

"Oke! Emang Refal butuh dengan semua itu? Asal Mama tahu, mobil ini yang membeli papa, bukan Mama. Jadi kalau Mama mau melakukan ini, pastikan semua sudah diketahui sama papa," hardikku menaikkan nada suara.

Pasung Suami KejamWhere stories live. Discover now