Bab 21

1K 81 2
                                    

Tekan dulu bintangnya ya..
Selamat membaca ❤❤❤

Setelah tujuh hari, akhirnya Delima diperbolehkan untuk rawat jalan di rumah, selama itu pula ia tak mengizinkan Arkha ataupun ibu dan adiknya untuk datang menjenguk ke rumah sakit. Ia tak ingin lagi ber-urusan dengan Arkha ataupun keluarganya. Padahal setiap hari Arkha selalu datang, terkadang suaminya itu hanya berdiri mematung-lama. Mungkin dua-tiga jam di luar jendela ruang rawat inap Delima. Memperhatikan aktivitas istri yang begitu ia rindukan. Ia terlihat seperti orang yang frustasi dan hilang arah.

Malam itu setelah Delima mengusirnya dari ruang rawat inap, ia pergi menemui Sarah, akhirnya ia tau sifat asli Sarah yang sebenarnya, ia begitu lantang memaki Arkha dan mengatai ibunya. Dengan berani dan tanpa penyesalan Sarah bilang ke Arkha, bahwa lelaki yang waktu itu bersamanya di bioskop adalah kekasih Sarah selama empat tahun belakangan. Sedangkan Arkha hanyalah dompet berjalan bagi Sarah. Sarah bahkan sama sekali tak pernah menaruh rasa kepada Arkha. Menurutnya Arkha adalah orang yang bodoh, begitu gampang Sarah memperalatnya, menjadikan dia alat untuk memenuhi gaya hidup hedon nya. Sarah menertawainya - merasa dirinya menang.

Delima sampai di rumah menjelang Ashar. Begitu sampai di halaman rumah, Bagas dan Sita langsung pamit. Sore ini, prodi Sita memang sedang mengadakan makrab pengurus himpunan, katanya sih sampai dua hari kedepan. Makanya ia tak bisa ikut menemani Delima di rumah.
Delima menghela napas pelan, ketika ia melihat mobil Arkha masih terpakir di carport rumah. Padahal waktu itu ia sudah mengusir Arkha secara halus untuk segera meninggalkan rumah. Sebenarnya hati Delima sedikit lega, mengetahui kalau Arkha masih tetap bertahan di rumah itu. Ia berjalan pelan. Membuka pintu rumah.

" Delima.."

Delima tehenti sejenak di tengah pintu yang terbuka, ia melihat Arkha yang sekarang sedang duduk di sofa ruang tamu. Memandang sendu ke arahnya. Delima memalingkan muka, berjalan memasuki rumah. Seakan tak peduli. Ia bisa mendengar langkah kaki Arkha yang mengikutinya dari belakang.

" Soal gugatan, kita belum membahasnya. Kau tak boleh melakukan sesuatu tanpa seizinku Delima ! ".

Delima berhenti. Membalikkan badan, menatap Arkha yang kini berdiri di depannya.

" Sejak kapan aku harus meminta izin darimu terlebih dulu. Bukankah sudah jelas isi dari poin pertama pada perjanjian yang kau tulis sendiri waktu itu. Bahwa kita berdua tak.....".

" Aku tidak sedang membicarakan perjanjian, Delima !. Kau seenaknya bicara soal gugatan. Karena hal itu aku tak pernah bisa tidur nyenyak beberapa hari ini. Aku tertekan ". Arkha meninggikan suaranya.

" ARKHA ! ". Untuk kali pertama Delima membentak Arkha hanya dengan menyebut nama. Mukanya merah padam.

" Satu hal perlu kau ketahui, sudah berbulan-bulan aku tertekan dengan pernikahan konyol ini. Jadi tak adil kalau kau menyalahkan aku atas segala keputusanku sekarang ini ! ".

" KAU PENGECUT ARKHA ! " .

" CUKUP DELIMA ! " .

BUG

Arkha meninju dinding tepat di sebelah kiri wajah Delima. Delima terkejut, air matanya mengalir tak terbendung.

" Kau ingin memukulku?. PUKUL SAJA !, setelah ini kau tak akan pernah bisa menyakitiku lagi. Aku akan membuang jauh semua tentangmu ". Teriak Delima.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Hatinya hancur. Air mata mengalir di sela-sela jemarinya. Tepat saat itu ponsel Arkha berdering. Beberapa saat ia mengabaikannya. Setelah lebih dari lima kali, ia baru merogoh saku celananya. Mengambil ponsel.

" Iya, halo pa ! ".

" Iya, besok ".

" Papa mu menelfonku, ia meminta kita untuk datang ke rumah besok ! ". Arkha naik ke lantai atas, masuk ke kamar, kemudian menutup pintunya dengan kasar.

Esok paginya mereka berangkat ke rumah Delima. Tak ada percakapan yang terjadi antara mereka selama berkendara menuju kota asal Delima. Awalnya Delima menolak berangkat bersama Arkha, namun akhirnya ia memilih mengalah setelah melihat wajah Arkha yang terlihat emosi bercampur frustrasi. Ia tau kalau saat ini suaminya itu pasti sedang tegang. Sepanjang jalan, Delima hanya memandang keluar jendela. Memikirkan tentang bagaimana ia akan menghadapi ayah, ibu dan keluarganya yang lain. Delima telah gagal. Sesekali ia juga melirik ke tangan kanan Arkha, buku-buku tangannya bahkan masih sangat memar karena menghantam dinding semalam. Air matanya mengalir tiba-tiba. Kali ini ia pasrah.

Di rumah Delima, mereka disambut dengan tatapan kemarahan. Bahkan ibu Delima yang biasanya lemah lembut, menghadiahi mereka berdua tamparan keras selagi baru saja memasuki rumah. Kecewa. Bagaimana tidak, anak dan menantunya ternyata mempermainkan janji suci sebuah pernikahan. Ibunya menangis, memeluk ayahnya yang diam mematung dengan tatapan mengerikan penuh kekecewaan.

" Kalau kau memang tak pernah bisa menyukai anakku, Delima. Kenapa kau tak mengembalikannya secara baik-baik pada kami dari dulu ? ". Tanya ayah Delima dengan mata menatap tajam ke arah Arkha yang kini tengah duduk di sofa ruang tamu.

Arkha menunduk. Diam

" Dulu. Saya memang membenci Delima karena ia telah berbohong ". Jelas Arkha pelan.

" Delima membuat saya kecewa karena telah mempermainkan perasaan saya ".

" Saya bermimpi bisa menikah dengan perempuan pujaan saya, tapi kenyataannya perempuan itu tak pernah benar-benar ada. Ia hanya tokoh fiksi buatan Delima ".

Arkha menarik napas dalam, melanjutkan pembicaraannya

" Jujur. Dulunya Delima bukanlah kriteria saya ".

" Tapi sekarang..sa..".

Belum sempat Arkha melanjutkan omongannya, ayah Delima lebih dulu menimpali dengan pernyataan yang membuat hati Arkha nelangsa.

" Kami yang salah karena memaksamu menikahi Delima. Sekarang kau kembali saja dulu ke rumah. biarkan Delima di sini bersama kami. Setelah Delima melahirkan dan kalian bercerai, silahkan tinggalkan rumah itu ! ". Ayah Delima beranjak dari ruang tamu, beliau berjalan masuk ke kamar, meninggalkan Arkha sendirian di ruang tamu.

Dalam perjalanan pulang. Arkha menangis. Ia telah kehilangan semuanya. Cintanya kepada Delima justru tumbuh dengan subur di waktu yang salah. Entah bagaimana ia bisa hidup tanpa Delima setelah ini. Dan juga anaknya yang dulu sempat tak diakui olehnya. Arkha merasa bodoh dan berdosa.

Tbc >>>>

Beautiful LiesWhere stories live. Discover now