Chapter 18: Rahasia Terungkap

12 2 0
                                    

[[ HAPPY READING ]]

♡ Chapter 18: Rahasia Terungkap ♡

Raka mengunjungi Vanno ketika ruangan sudah sepi dan tidak ada siapapun yang menjaga Vanno.

"Ada apa?"

"Tadi gue liat Nadia mau masuk ke kamar loe, tapi dia pergi lagi."

Vanno terdiam, "Terus kenapa?"

"Ya loe tau sendirilah gimana sikap Laura dulu?" pancing Raka yang kemudian duduk di sebelah Vanno.

"Maksud loe?"

"Aduuuh loe nggak peka banget ya ke cewek. Jelas-jelas Laura, Nadia, dan Kak Renatta itu suka sama loe. Jangan gantungin perasaan orang."

"Gue nggak gantungin perasaan orang, gue kan emang suka sama Kak Rena."

Raka menatap kearah Vanno, "Yakin masih suka sama Kak Rena? Yaudah gue sih cuma mau bilang gitu aja. Coba lagi aja deh siapa tau Kak Rena berubah."

Vanno tidak menjawab atau merespon ucapan Raka. Nadia yang hendak masuk memilih untuk pergi. Tidak sengaja ia bertubrukan dengan Dennis dan karena tidak mengenal Dennis, Nadia melanjutkan jalannya sambil meneteskan airmatanya.

Dennis berhenti di depan pintu kamar rawat Vanno dan ragu untuk memasuki kamar rawat. Dengan segenap hati, Dennis memasuki kamar rawat Vanno dan dapat melihat dengan jelas Vanno. Ada raut wajab menyesal dan ketakutan untuk mengucap.

"Dennis?" ucap Vanno.

"Siapa, Van?"

"Temen gue dulu. Hai, Den, apa kabar?"

"Ba...baik."

"Kok loe tau gue ada disini?"

"Itu ... gue tau ... gue tau dari ... Andra." jawab Dennis dengan gugup.

"Andra? Emang dia ketemu sama loe?"

"Iya. Dia ... nanyain dimana loe sekarang dan gue yang kasih tahu tempat loe."

Mendengar jawaban Dennis, Vanno terdiam dan tidak percaya. Raka yang mengerti situasi ini memilih untuk pergi namun Vanno menahannya.

"Gue tau, gue salah. Van, maafin gue dan gue nggak tahu dia bakal ngelakuin hal itu. Dia bilang cuma mau ketemu aja." Dennis memohon pada Vanno, "Please maafin gue."

Raka melihat Dennis yang memohon sambil berlutut dan merasa bingung. Vanno hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun. Raka menghampiri Dennis dan menyuruh Dennis untuk berdiri. Masalah yang di hadapi Vanno dan Dennis memang tidak ada kaitannya dengan Raka namun Raka masih menganggap Vanno sebagai temannya dan tidak tega melihat Dennis berlutut.

"Udah, udah, semua udah berlalu. Loe nggak bisa mengubah semuanya. Van, please maafin dia."

Dennis masih menunggu Vanno memaafkannya dan ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Vanno mengangguk dan ia memaafkan Dennis.

"Thanks ya, Van. Gue nggak akan hadir lagi di hadapan elo. Thanks udah nolongin gue dulu."

"Maksud loe?"

"Gue udah selesai, yang penting loe udah maafin gue. Bye."

Dennis meninggalkan ruang rawat Vanno dan Vanno masih tidak percaya dengan perpisahan Dennis. Raka tidak bisa berbuat apapun karena ia tidak mengetahui masa lalu Vanno dengan Dennis.

♡♡♡

Hari berikutnya, Raka dan Putra membantu Vanno untuk bersiap-siap pulang karena kondisi Vanno sudah membaik. Renatta datang untuk membantu mereka, sementara Raka dan Putra hanya melihat satu sama lainnya.

"Gimana kabarnya? Udah baikan?" tanya Renatta.

"Baik kok, Kak. Kenapa Kakak kesini?"

"Kakak juga mau anter kamu pulang. Nggak mau ya, Kakak kesini?"

"Nggak kok. Boleh-boleh aja."

Mereka keluar dari rumah sakit dan menaiki mobil Raka menuju kosan Vanno. Setelah kurang lebih tiga hari di rawat, Vanno kembali lagi ke kosannya. Ada rasa khawatir Andra akan kembali lagi namun Renatta menguatkan Vanno.

"Oh ya, Vanno mau makan apa? Biar nanti Kakak sama Raka beliin makanan buat Vanno sama Putra."

"Nggak usah repot, saya udah makan kok di rumah. Buat Vanno aja."

"Nggak apa-apa. Raka sama Putra udah mau bantuin Vanno. Makasih ya. Yaudah Kakak pergi dulu ya. Yuk, Rak."

"Gue pergi dulu ya."

Renatta dan Raka meninggalkan kamar Vanno bersama Putra. Putra tertawa kecil melihat Vanno yang selalu dimanja oleh Renatta. Renatta memberitahu Raka jika Andra akan tertangkap karena Renatta dan Nadia sudah melaporkan kejadian Vanno.

"Tapi Vanno gimana? Dia bilang nggak mau di usut sampai ke hukum."

"Dia udah nusuk Vanno masa nggak di proses? Kalau dibiarin gitu aja bisa-bisa nyawa Vanno melayang. Untung aja ada Nadia kalau nggak ... "

"Aku paham Kakak khawatir sama Vanno dan aku juga maunya dia dihukum tapi Vanno ... dia nggak mau ribet."

"Udah kamu tenang aja. Ini urusan Kakak sama Nadia, kamu jagain Vanno aja."

"Iya, Kak."

"Nanti Kakak bakal bilang ke Vanno."

Ponsel Renatta berdering dan Renatta menjawab telepon dari kepolisian.

"Halo, Pak? Gimana hasilnya?"

"Kami ingin melaporkan bahwa Andra telah ditangkap. Anda bisa datang kesini untuk memberikan kesaksian."

"Baik, Pak. Saya kesana sekarang." Renatta memutuskan sambungan teleponnya, "Raka, Kakak harus pergi. Andra udah ke tangkep. Nih buat kalian bertiga. Kalau Vanno tanya, bilang aja Kakak ada urusan kantor. Bye."

"Hati-hati, Kak."

Renatta segera pergi menuju kantor polisi dan menemui Nathan yang ternyata ikut hadir disana.

"Renatta, ini pengacara yang akan membantu kamu."

"Terima kasih banyak, Pak. Oh ya dimana pelakunya?"

"Ada di sebelah sana."

"Oh, saya kesana dulu. Terima kasih."

Renatta langsung pergi menemui Andra dan melihat sosok anak laki-laki yang juga memerasnya. Renatta mengepalkan tangannya karena Andra telah menusuk Vanno.

"Kamu yang namanya Andra?"

Andra menoleh dan melihat Renatta. Ia menyengritkan dahinya seakan mengenal Renatta.

"Lho loe kan yang waktu itu?"

"Iya, saya melaporkan kamu atas tindakan pemerasan dan penusukan Vanno."

"Vanno? Oh jadi loe kenal Vanno? Hahaha loe pacarnya Vanno?"

Renatta terdiam, "Iya, dia pacar saya."

Andra tertawa meremehkan hubungan Vanno dan Renatta. Tidak jauh dari sana Nathan yang mendengarnya, ia hanya terdiam. Andra menyebutkan Vanno yang pengecut karena berlindung di belakang kekasihnya.

"Kamu berani bilang seperti itu lagi, saya akan menambahkan tuntutannya." ancam Renatta.

Tbc...

Jangan lupa vote and comment ^_^

You + Me = To Be ONE ✅Where stories live. Discover now