Chapter 12: Marah

13 4 0
                                    

[[ HAPPY READING ]]

♡ Chapter 12: Marah ♡

Pagi itu suasana tidak seperti biasanya, karena kejadian kemarin Vanno dan Renatta saling terdiam. Vanno sibuk dengan ponselnya sedangkan Renatta diam-diam melirik kearah Vanno. Tidak ada sapaan atau obrolan tiap pagi, sunyi dan sepi yang menyelimuti keduanya. Vanno selesai sarapan dan langsung pergi ke kamarnya meninggalkan Renatta.

"Dia masih marah ya? Emangnya gue nggak boleh tau kemana dia pergi?"

Renatta juga mengakhiri sarapannya dan memilih pergi ke kolam renang sambil termenung. Diam-diam Vanno mengintip dari jendela kamar, melihat Renatta yang masih termenung.

"Apa gue berlebihan? Ah sialan."

Vanno mengacak-acak rambutnya dan teringat obrolannya dengan Laura tempo hari. Laura memang menyukai Vanno sejak kedatangan Vanno ke sekolahnya dan menjadi panutan.

"Aku nggak tau harus berbuat apa, mencintai orang yang nggak cinta itu nyesek. Asalkan Kakak bahagia, aku bahagia kok. Lagian cewek itu kayaknya baik. Jangan sampai Kakak nyesel." Laura tersenyum kearah Vanno.

Kini Vanno sedang berbincang dengan Raka melalui telepon.

"Nggak baik marahan sama orang yang udah anggep loe adik dan juga mau di tumpangin. Gue rasa dia begini karena dia takut loe kenapa-napa."

"Tapi gue mau lupain dia, Rak."

"Masalah umur? Yaelah, banyak kali cowok pacaran sama cewek yang lebih tua. Lagian loe cuma beda tujuh tahun. Diluar sana malah bedanya sampai dua puluhan juga ada."

Vanno terdiam, "Gue nggak mau dia di jadiin bahan omongan. Karier dia bagus tapi kenapa pacaran sama lebih muda? Gue nggak mau ganggu kehidupan kerjanya dan lagi gue belum lulus kuliah, masih semester satu juga."

"Loe nggak boleh overthinking, obrolin aja sama dia gimana pendapat teman-temannya, keluarganya. Jangan loe mikir dia bakal di nyinyir sama orang gara-gara pacaran sama lebih muda."

"Kalau gue udah lulus kuliah, umur dia udah cukup matang buat nikah dan gue belum dapet kerja."

"Makanya loe ngobrol dulu sama temen deketnya, biar nanti ada yang bisa bantuin. Atau kalau perlu loe hubungin aja Nyokap loe apa Nyokapnya dia. Udah ah, gue mau bantuin Bokap gue jualan." Raka memutuskan teleponnya.

Bel pintu berbunyi, Renatta langsung berlari menuju pintu rumah dan Vanno juga keluar dari kamarnya. Renatta membuka pintu dan melihat Laura.

"Hai, Kak. Vanno-nya ada?"

"Ada. Mau ngapain?"

"Oh, aku mau belajar bareng sama Kak Vanno."

"Ayo, Laura kita pergi." ucap Vanno.

"Belajar disini aja. Daripada di luar, jangan hirauin Kakak. Kalian santai aja, ya?"

Renatta mencoba tersenyum dan meninggalkan mereka berdua. Vanno dan Laura berjalan menuju tepi kolam renang. Sementara Renatta duduk di sofa agar bisa mengawasi mereka berdua. Laura tertawa bersama Vanno, Renatta bisa melihat dengan jelas senyuman Vanno yang sudah lama tidak ia lihat.

"Dia senyum ke cewek lain? Kok gue nyesek ya?"

Renatta mencoba memasak untuk mereka berdua. Namun insiden terjadi, tidak sengaja jarinya terluka oleh pisau. Vanno dan Laura tidak menyadarinya dan Renatta mengobati sendiri. Tanpa disadari, Vanno melirik kearah Renatta dan Laura melihat kearah Vanno.

"Kakak belum bilang?"

"Apanya?" Laura menutup buku dan menatap Vanno.

"Jangan sampai Kakak nyesel."

You + Me = To Be ONE ✅Where stories live. Discover now