Chapter 17: Anak Bandel

14 2 0
                                    

[[ HAPPY READING ]]

♡ Chapter 17: Anak Bandel ♡

Renatta kembali ke kantornya dan melihat Lian sudah berada disana. Ia melihat kearah ruangan Rendra dan meja Nathan yang masih kosong.

"Kenapa? Celingak-celinguk gitu kayak mau maling?"

"Kok sepi? Loe sendiri udah pulang?" tanya Renatta heran.

"Iya katanya gue disuruh balik duluan. Tau deh mereka kemana, ada urusan katanya."

"Gimana sukses?"

"Iya dong. Mereka mau kerjasama dengan kita. Oh ya, sepupu loe gimana kondisinya?"

"Untung lukanya nggak dalam kok, butuh transfusi darah aja."

"Kok bisa sih dia tertusuk gitu?"

"Kata Nadia, dia ketemu sama temen lamanya terus pas mereka datang, Vanno udah terluka."

"Vanno itu ... cowok yang loe omongin? Terus kalo nggak salah, dia itu yang pernah nolongin elo kan?"

Renatta mengangguk pelan, "Iya, dia Vanno."

"Oh. Pantesan, loe kayak panik banget tadi. Makanya gue mikir sepupu mana sampe loe panik gitu."

"Emang keliatan banget?"

"Keliatan sih tapi loe berhasil nutupin diri. Yaudah nanti pulang kantor, gue boleh jenguk nggak?"

"Nanti gue tanyain dulu ya ke Vanno."

"Oke siap."

Renatta kembali bekerja dan pikirannya sekarang udah membaik. Vanno beruntung memiliki sahabat yang baik dan perhatian. Namun ia teringat saat berkenalan dengan Nadia, seakan ada perasaan yang mengganjal di hatinya.

"Namanya Nadia, kayaknya mereka akrab deh?" tebak Renatta.

Tidak lama, Rendra dan Nathan tiba di kantor. Rendra menanyakan keadaan sepupu Renatta dan Renatta menjawab dengan sedikit gugup. Lian menahan tawanya karena melihat tingkah Renatta yang sedikit gugup.

"Syukurlah kalau dia baik-baik aja. Kamu khawatir banget."

"Iya, Pak. Ibunya nggak ada disini, jadi saya bisa dianggap kayak Ibunya."

"Jadi kamu kayak ngemong anak kecil ya? Ada-ada aja."

Rendra berjalan ke ruangannya dan Nathan menghampiri Renatta.

"Kalau kamu mau ke rumah sakit lagi nggak apa-apa kok. Rendra udah izinin kamu. Oh ya Lian, kamu juga boleh jenguk perwakilan dari kantor."

"Baik, Pak. Terima kasih." jawab Lian dengan semangat.

Nathan pergi ke ruangan Rendra dengan senyuman masih mengembang. Rendra menatap temannya dengan heran dan aneh.

"Pasti karena dia kan? Kenapa lagi emang?"

"Dia begitu khawatir sama sepupunya, dia sangat perhatian. Gue suka sama cewek yang perhatian."

"Yaudah, nyatain cinta aja sebelum ada yang ambil."

"Emang dia udah ada suka?"

"Ya nggak tau sih. Gue kan nggak deket sama dia."

Mendengar perkataan Rendra, Nathan menjadi gelisah karena selama ini Renatta tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda ia punya kekasih atau tidak.

♡♡♡

Renatta dan Lian berangkat menuju rumah sakit tetapi saat memundurkan mobilnya, Renatta tidak sengaja menabrak sepeda motor milik Andra yang terparkir di belakang mobil Renatta. Andra terjatuh dan mengalami luka di lengannya.

"Woi bisa nggak sih nyetir!" bentak Andra.

Renatta dan Lian keluar dari mobil dan Lian memarahi Andra yang berhenti mendadak.

"Udah tau mobil mau keluar malah berhenti di belakang."

"Ya harusnya lihat-lihat dong kalau mau keluar." bentak Andra yang tidak mau kalah dari Lian.

"Heh, kamu yang salah parkir sembarangan. Tuh disana ada parkir motor."

Lian dan Andra terlibat adu mulut dan Renatta hanya bisa menghela nafas panjang sambil menepuk jidat.

"Stop! Stop! Stop!" Renatta mencoba menghentikan Lian dan Andra yang berseteru, "Oke, kita salah karena nggak lihat-lihat. Dan kamu juga salah karena kamu nggak parkir disana. Beres kan?"

"Beres? Enak aja, nih tangan gue luka dan motor gue juga rusak. Gampang banget bilang beres."

"Heh ngomong yang sopan dong sama yang lebih tua!" bentak Lian.

"Udah stoooopp! Kamu mau berapa?" tawar Renatta kepada Andra.

"Dua ratus ribu."

"Giling, loe mau meras kita?" tebak Lian.

"Lian, udah. Nih saya kasih uang ganti rugi." Renatta memberikan dua lembar seratus ribu rupiah kepada Andra.

"Nah gitu dong." Andra membawa motornya ke parkiran motor.

"Ren, kok loe mau-mauan ganti rugi? Dia udah meras elo tau?"

"Udah, biar cepet beres. Anak kayak gitu emang susah kalau di biarin. Yuk pergi."

Renatta dan Lian kembali masuk ke mobil sementara Andra melihat kepergian mobil Renatta.

"Jadi itu Kak Renatta?" Andra menarik sudut bibirnya dan tersenyum penuh arti.

♡♡♡

Renatta dan Lian tiba di rumah sakit dan melihat Vanno hanya sendirian karena teman-teman lainnya ada urusan. Renatta memperkenalkan Lian kepada Vanno begitupun sebaliknya.

"Aku udah kenal Kak Lian kok."

"Iya tapi belum formal."

"Gimana keadaannya? Udah baikan?" tanya Renatta bak seorang ibu.

"Udah kok. Kata dokter dua hari lagi boleh pulang."

"Emang siapa yang nusuk kamu?" tanya Lian.

Vanno terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Lian. Karena mengetahui situasi yang tidak memungkinkan untuk menjawab, Renatta mengalihkan pembicaraan.

"Kamu mau makan apa? Buah apel atau jeruk?"

"Apa aja Kak."

Lian paham karena pertanyaannya sedikit sensitif lalu ia meminta maaf kepada Vanno. Melihat ketulusan Lian, Vanno mengangguk dan tersenyum.

"Makan yang banyak kalau laper minta aja sama Kak Renatta." suruh Lian.

"Lian itu orangnya gini, Van. Suka blak-blakan jadi maklumin aja ya." ucap Renatta.

"Iya nggak apa-apa kok. Aku seneng liat Kakak sama Kak Lian akur lagi."

Lian merangkul Renatta, "Nggak baik juga lama-lama bertengkar. Lagian kita udah 10 tahun berteman masa gara-gara cowok, kita pada berantem."

Melihat kedekatan Vanno bersama Renatta dan Lian, Nadia seperti cemburu dan sedikit kesal.

"Yang nolongin dia itu gue bukan mereka."

Raka melihat Nadia pergi meniggalkan pintu ruang rawat Vanno. Lalu Raka melihat apa yang dilihat Nadia. Raka mengetahui situasi yang terjadi bahkan saat pertemuan pertama Nadia dan Renatta.

Tbc...

Jangan lupa vote and comment ^_^

You + Me = To Be ONE ✅Where stories live. Discover now