Chapter 16: Kembali Lagi

10 3 0
                                    

[[ HAPPY READING ]]

♡ Chapter 16: Kembali Lagi ♡

Ingatan Vanno teringat kembali pada hal-hal yang selama ini ia lupakan namun hari ini ingatan itu terbuka setelah lelaki yang pernah menindasnya dua tahun lalu berdiri di hadapannya. Andra tersenyum sinis kearah Vanno dan Vanno berusaha untuk tidak bergeming.

"Vanno? Ini temen kamu katanya mau ketemu sama kamu." ucap Nadia.

"Oh, oke, thanks Nad."

"Kalian pacaran?" tebak Andra.

"Nggak kok. Kita temenan, Vanno pernah nolongin saya dan sekarang kita berteman."

"Oh nolongin? Jadi sekarang loe udah jadi penolong dulu kan ... "

"Kita bicara di tempat lain."

Vanno berjalan lebih dulu lalu Andra pamit kepada Nadia. Seketika raut wajah Nadia seakan mengetahui apa yang terjadi diantara keduanya.

"Jangan-jangan Vanno ... " Nadia langsung menghubungi Raka, "Halo, Raka. Gawat Vanno ... "

Tidak jauh dari kosannya, Vanno menghadap Andra dengan tatapan dingin.

"Jadi loe pindah kesini? Apa karena loe takut sama gue dulu?" tebak Andra yang mencemooh Vanno.

"Gue nggak takut sama loe. Loe mau bully gue lagi?" tantang Vanno.

"Wiih loe udah berani sama gue? Hebat banget loe udah berubah cuma dua tahun. Vanno yang dulu cupu sekarang udah jadi pahlawan. Hebat." Andra bertepuk tangan menyindir Vanno.

"Mau ngapain loe kesini?"

"Gue cuma mau ketemu loe doang. Emang nggak boleh? Gimana kabar Dennis, pacar loe yang cupu."

Vanno terpancing omongan Andra, "Brengsek loe."

"Mau coba lawan gue?"

Vanno bersiap untuk melawan Andra dan mereka berakhir pada aksi baku hantam. Awalnya Vanno bisa melawan Andra tetapi tanpa disadari, Andra menggunakan senjata tajam. Seketika Vanno tertusuk pisau dan jatuh ambruk. Andra langsung meninggalkan Vanno terkapar. Tidak lama Raka dan Nadia datang ke tempat Vanno.

"Vanno!" Raka langsung menghampiri, "Siapa yang ngelakuin ini?"

Hal ini disadari oleh Renatta. Gelas yang di pegangnya terjatuh ke lantai. Perasaan tidak enak menyelimuti hati Renatta.

"Kenapa Ren?" bisik Lian.

"Ma...maaf. Tangan saya licin."

Seorang pelayan dengan sigap membersihkan kepingan gelas yang berserakan. Renatta pamit ke toilet dengan tergesa-gesa. Ia mengira pikirannya sudah kacau semenjak Vanno pergi dari rumahnya. Deringan telepon dari Raka membuyarkan lamunan Renatta.

"Halo, Raka. Ada apa?"

"Kak, Vanno masuk rumah sakit."

"Apa?" Renatta langsung pergi ke meja Rendra dan yang lainnya.

"Maaf Pak, saya dapat telepon, sepupu saya masuk rumah sakit. Saya mohon pamit."

"Oke ngga apa-apa. Kamu bisa pergi." ucap klien mereka yang justru memberikan izin kepada Renatta.

"Terima kasih. Mohon maaf. Pak Rendra, Pak Nathan, Lian, saya permisi dulu. Selamat sore."

Renatta bergegas pergi menuju rumah sakit. Klien mereka memberitahu dari raut wajah Renatta tampak gelisah dan khawatir, itu sebabnya ia memberikan izin kepada Renatta.

"Baik, semoga kita bisa bekerjasama."

"Terima kasih." ucap Rendra.

♡♡♡

Raka menemani Vanno di ruang rawat pasien sedangkan Nadia berada di ruang dokter yang menangani Vanno. Putra dan Harris menunggu di luar ruangan. Renatta tiba di rumah sakit dan bertemu Putra dan Harris.

"Disini ruangan Vanno?" tanya Renatta.

"Iya, Kak. Kakak bisa masuk ke dalem."

"Makasih ya."

Lalu Renatta memasuki ruangan Vanno dan melihat Vanno terbaring di rumah sakit.

"Kenapa Vanno bisa kayak gini?"

"Kita nggak tahu, Kak. Pas kita datang dia udah banyak darah. Ada orang yang nusuk dia."

Renatta tampak cemas melihat kondisi Vanno.

"Kakak temenin Vanno aja. Saya keluar dulu."

"Makasih ya."

Raka meninggalkan Renatta bersama Vanno dan Renatta duduk di bangku sebelah ranjang Vanno. Memegang tangan Vanno berharap Vanno terbangun

"Kenapa kamu kayak gini, Van?" Renatta meneteskan airmatanya.

Nadia yang baru saja kembali dari ruang dokter melihat Raka keluar dari ruang perawatan Vanno dan bergabung dengan dua teman lainnya.

"Lho kenapa diluar?" tanya Nadia.

"Ada Kak Renatta di dalam." jawab Raka.

"Vanno punya Kakak?"

"Vanno emang punya Kakak tapi bukan dia kakaknya. Sebelum Vanno ngekos, dia tinggal sama Kak Renatta." jawab Harris menjelaskan.

"Kak Renatta siapanya Vanno?"

"Kakak yang pernah nolong dia pas dia masih kecil." ujar Putra.

Nadia bisa melihat dari luar, Renatta yang sedang menggenggam tangan Vanno. Nadia tampak sedikit cemburu melihat kedekatan Renatta dengan Vanno.

Perlahan mata Vanno terbuka dan melihat sosok Renatta yang sedang memegang tangannya.

"Kak Rena ... "

"Kamu udah sadar?" tanya Renatta yang masih khawatir.

"Aku dimana?"

"Kamu di rumah sakit, kata Raka kamu bersimbah darah."

Vanno mencoba menduduki tubuhnya dan dengan hati-hati, Renatta mencoba membantu Vanno. Vanno menatap Renatta.

"Kakak panggilin Raka sama yang lain ya?"

"Nggak usah Kak. Aku mau Kakak di sini dulu." Vanno menatap Renatta, "Aku minta maaf."

"Kamu nggak perlu minta maaf. Kakak yang salah."

"Nggak, aku yang salah. Aku udah nyusahin Kakak sekarang makin nyusahin Kakak lagi. Aku nggak mau Kakak merasa terbebani adanya aku di rumah."

"Justru Kakak seneng kok ada temen di rumah. Ada yang kasih makan, ada temen curhat. Kalau kamu mau pulang, pulang aja."

Vanno tersenyum, "Iya Kak. Aku akan pulang."

Raka dan yang lainnya masuk ke ruangan Vanno, Renatta langsung melepaskan tangannya dan bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa.

"Loe udah sadar?" tanya Raka.

"Thanks ya, kalian udah nyelamatin gue."

"Yang berjasa itu Nadia. Coba kalo dia nggak nelpon gue, loe pasti udah sekarat." jawab Raka.

"Thanks ya, Nad."

"Sama-sama. Yang penting kamu udah siuman, kita-kita bersyukur kok."

Renatta dan Nadia saling bertatapan.

"Oh ya, Kak. Ini Nadia, temen Vanno. Dia ngekos nggak jauh dari kosan Vanno." Raka memperkenalkan Nadia kepada Renatta, "Nad, ini Kak Renatta."

"Hai, saya Nadia." Nadia mengulurkan tangannya.

Renatta membalas uluran tangan Nadia, "Saya Renatta."

Tbc...

Jangan lupa vote and comment ^_^

You + Me = To Be ONE ✅حيث تعيش القصص. اكتشف الآن