Disa paham sekarang. "Makasih."

"Hm." Balas nya terdengar begitu dingin.

"Gue mau masuk."

"Oh iya, silahkan."

Disa bergeser sedikit bermaksud memberi ruang agar Arta bisa lewat dan masuk kedalam rumah ini. Dan Arta seenak nya menyelonong begitu saja masuk kedalam rumah ini.

Tanpa basa-basi sedikitpun, Arta langsung menghempaskan tubuh nya di sofa. Dan dengan gesit Arta langsung membuka hoodie yang ia kenakan dengan satu tarikan.

Detik itu juga reflek Disa memejamkan matanya erat. Menolehkan kepala nya kekiri bermaksud untuk menghindari aksi itu.

Melihat tingkah Disa yang seperti itu, sontak Arta mengerutkan dahi nya bingung. "Lo ngapain?"

"Kalau mau buka baju jangan sembarangan bisa?! Gak ada tata krama nya banget!"

Cukup, Arta tak kuat lagi menahan tawa nya. Alhasil Arta mengeluarkan tertawa kecil itu.

"Bukan nya merasa bersalah malah ketawa. Gak jelas banget!" Tak henti-hentinya Disa merutuki lelaki itu.

"Sekarang buka mata lo dan liat gue."

"Gak mau lah gila!"

"Liat dulu sini! Gue jamin kalau lo noleh pasti lo bakalan malu banget." Arta tetap santai seraya merentangkan tangan nya pada kepala kursi.

Disa membuang nafasnya kasar. Ia mencoba untuk mengontrol emosi nya. Alhasil Disa memutuskan membuka matanya. Menoleh secara perlahan tapi pasti ke arah Arta.

Dan ya!

Mata Disa mendelik sempurna. Perkataan Arta tadi sangat tepat sasaran. Disa benar-benar merasa malu sekarang.

"See?" Arta menaikkan satu alis nya.

Disa hanya bisa meneguk saliva nya kasar.

"Makanya jadi orang tu jangan ke pede an. Sok tau banget, sok suci lagi. Gue masih pake kaos daleman kali. Yakali cuman pake hoodie doang."

"Malu kan lo sekarang?" Arta menampilkan smirk nya.

"Gak, siapa bilang. Biasa aja tuh." Disa masih mencoba untuk tetap santai. Benar saja, Arta masih memakai baju dalaman.

Arta membasahi bibir bagian bawah nya. Menatap wajah Disa lekat-lekat. "Atau lo beneran mau liat punya gue, hm?

"Gak lah gila! Apa-apaan sih! Gak selera tau, gue juga udah punya suami."

Arta berdecih. "Punya Arkan gak ada apa-apa nya sama punya gue. Punya Arkan mah lewat. Mantepan juga punya gue. Abs nya juga mantepan punya gue lah. Gak mau nyoba elus, hm?" Arta mengulum senyum nya, berusaha menggoda wanita didekat nya ini.

"Apaan sih lo! Gak jelas banget! Kalau niat nya kesini buat ngomongin hal gak jelas kaya gini mending pergi deh! Gue jijik tau gak! Lo kira gue cewek apaan hah?!" Hardik Disa dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas didahi nya.

Tertawa renyah berhasil Arta keluarkan. "Haha gue bercanda kali."

"Bercanda lo gak lucu! Gue gak suka!"

"Iya-iya maaf. Lagian gak bakalan mungkin lah gue kaya gitu. Mau ditaruh dimana muka gue? Bisa-bisa gue kehilangan harga diri."

"Udah dong bego, jangan cemberut gitu mukanya." Arta masih dapat melihat dengan sangat jelas raut wajah kekesalan wanita ini.

Arta membuang nafas nya kasar melihat Disa yang tampak mengacuhkan nya saat ini. Walaupun Arta termasuk kategori cowok yang tak banyak omong, ia tetap berusaha mencairkan suasana ini.

DISA | brokenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz