65

9.8K 403 4
                                    


Happy Reading 🍂

"Patah, Ya Allah! Patah!" pekik Fikri sambil berusaha berdiri dari gaya tidur menyedihkannya. Dia berjalan terseok-seok menuju sofa yang berada di kamar itu.

Zafia dan Alfa terkekeh melihat dua orang mengenaskan yang 'tak berdosa itu. "Di lantai dasar ada banyak kamar tamu, Zi. Kamu sama yang lain kalau mau tidur bisa di sana. Jangan di lantai kayak gitu. Malu-maluin aku sebagai Tuan rumah aja," ucap Alfa di serai kekehan kecil.

"Ya Allah, berikanlah kekuatan untuk hambaMu ini. Semoga sepupu sialan hamba bisa segera mendapatkan lucknak dariMu. Aminn ..." Denzi mengusap kedua telapak tangannya ke wajah dengan posisi terlentang di lantai. Sedangkan Denzi berbaring di sofa.

"Jangan pedulikan mereka, Bang, Fi. Aku punya kejutan spesial untuk kalian," ucap Dinda sambil duduk di tepi kasur Alfa. Tangannya mengeluarkan handphone dari saku bajunya, handphone milik Fikri.

"Kenapa, Din?" tanya Zafia sambil mendekatkan diri ke arah Dinda.

Dinda menyodorkan handphone milik Fikri yang sedang memutar video yang berdurasi beberapa menit itu.

"Coba kau dengar."

Alfa ikut mendekat ke arah Zafia dan Dinda, menyimak.

"Lo denger! Gue bakal bunuh anak ini kalau lo nggak mau turuti keinginan gue. Lo tahu dari awal, gue nggak pernah berharap punya anak dari lo!" teriak perempuan yang terdengar video tadi.

Dapat dilihat seorang lelaki berusaha menggapai tangan perempuan itu. "Ini anak kita, Sis. Darah daging kita! Jangan pernah mengatakan hal yang akan kamu sesali kedepannya."

"Siska?" tanya Alfa sambil menoleh ke arah Dinda.

Dinda mengangguk. "Kau lihat siapa lelaki itu."

"Persetan dengan semua itu! Orangtua lo yang mau bayi ini, bukan gue! Pokoknya, lo harus terus dekati Zafia, dan buat dia makin jauh dari Alfa. Atau nggak, anak ini akan mati di tangan gue!" teriak Siska yang berada di video itu.

"Kamu itu istri aku, Sis! Hargai aku sebagai suamimu!" Lelaki itu mencengkeram pundak Siska, terpancing emosi.

"Gue cuma butuh duit lo! Cinta gue cuma buat Alfa. Lagian, bukannya lo suka sama Zafia?" tanya Siska dengan tatapan mengejek.

Lelaki itu melepaskan cengkeramannya. Dia membuang muka tepat ke arah kamera yang sedang memvideonya ini. Namun dia tidak menyadari sesuatu. Dari situ terlihatlah siapa sosok lelaki itu.

Zafia menutup mulutnya, 'tak percaya. "Bang Rizal?" tanya Zafia dengan suara bergetar.

Alfa memeluk bahu Zafia. Dinda mematikan video yang aslinya belum selesai itu. Dia menatap Alfa dan Zafia bergantian.

"Kalian bisa simpulin sendiri, 'kan?" tanya Dinda sambil melemparkan handphone Fikri ke arah sofa.

Tap!

Tertangkap oleh Fikri yang masih berbaring. 'Untung sayang,' batinnya.

"Jadi ..." Zafia masih terlihat tidak percaya dengan isi video itu.

"Mereka sudah menikah?" tanya Alfa pada Dinda.

"Ya mana aku tahu. Tanya aja sama yang dapat sumber berita." Dinda melirik sinis Fikri. "Manja banget. Cuma ditendang pelan juga."

"Sakit lho, Yang. Dua kali aku dapat jatah darimu malam ini," ringis Fikri sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.

Mata Alfa dan Zafia melotot menatap Fikri. "Jatah?" tanya mereka berbarengan.

"Eh, nggak-nggak. Maksudnya jatah tendangan," ucap Fikri sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Dinda memilih membelakangi Fikri dan menghadap Zafia dan Alfa. "Jadi, kalian udah baikan?"

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें