17

14K 621 3
                                    


Happy Reading 🍂

Setelah mengantar Syifa ke sekolahnya, Alfa langsung meluncur ke Sekolah dengan kecepatan lumayan tinggi. Dia ingin memastikan kalau Zafia pergi ke Sekolah saat bersama lelaki tadi. Dengan wajah ditekuk dan mulut terus saja ngedumel tentang Zafia, Alfa melajukan mobilnya.

Sesampainya di Sekolah, Alfa langsung memarkirkan mobilnya di parkiran khusu guru. Parkiran itu dekat dengan parkiran khusus motor siswa laki-laki. Karena memang parkiran di sana dipisah, antara lelaki dan perempuan.

Alfa langsung turun dan berniat mencari keberadaan Zafia di kelasnya. Namun, langkahnya terhenti kala ekor matanya menangkap dua sosok siswanya yang nampak berdebat di ujung parkiran khusus siswa.

Bukan perdebatan mereka yang membuat Alfa berhenti, tapi salah seorang siswi lah yang membuat langkah Alfa itu terhenti. Zafia. Itulah siswi sekaligus istrinya yang tengah berdebat serius dengan lelaki yang diingat Alfa adalah orang yang membonceng Zafia tadi.

Sementara di sisi perdebatan Zafia dan Denzi, mereka tidak menyadari tengah diperhatikan dengan tatapan tajam oleh salah satu guru mereka.

"Janji kau, ya. Awas aja kalau aku bisa kalahkan kau juara umum pertama. Hape Iphone keluaran terbaru harus sudah siap berpindah tangan jadi milikku," ucap Zafia dengan nada penuh peringatan.

"Itu kalau kau bisa mengalahkanku. Kau tak ingat? Tahun kemarin kau kalah telak melawan aku. Kau tak ingat selisih nilai kita beda jauh?" tanya Denzi dengan nada meremehkan Zafia.

"Kau terdengar meremehkanku. Kau tak tahu, aku selalu mendapat juara umum pertama saat SD juga saat SMP. Semua yang jadi kakak kelasku bisa aku taklukkan dengan otak cemerlang keturunan Iskandar," ucap Zafia menyombangkan diri.

"Ya, ya, ya. Semua kakak kelas kau selain aku. Kita tunggu saja sampai pembagian lapor satu bulan lagi," ucap Denzi berlalu dari Zafia.

Zafia menahan pergelangan tangan Denzi hingga membuatnya membalikkan badannya. "Kenapa? Kau mau bilang terima kasih karena aku sudah mengantar kau ke Sekolah? Tak perlu. Aku Ketua osis yang bertanggung jawab atas warganya. Tak perlu kau berterima kasih padaku."

"Jangan mimpi kalau aku akan berterima kasih padamu. Aku hanya ingin mengingatkan sekali lagi, kau punya hutang padaku," ucap Zafia menghalang tubuh Denzi.

"Itu jika kau menang dariku. Kau belajarlah lebih giat, agar bisa mengalahkanku. Yaa, walaupun semua hasilnya akan sia-sia mungkin," ucap Denzi menggidikkan bahunya.

"Kau benar-benar meremehkanku. Kau akan lihat satu bulan ke depan. Dan kau ..." Zafia melangkah mendekati Denzi dengan telunjuk mengarah ke wajahnya. "Kau akan menyesal telah mengatakan--"

Zafia memekik kaget kala kakinya menginjak tali sepatu yang terlepas dari sepatunya. Badannya terjerembab dipelukan Denzi yang terkejut kala tubuh Zafia menimpanya. Tak sakit, karena badan Zafia terlalu mungil untuk menyakitinya.

"Kau tak ingin melanjutkan ucapanmu?" tanya Denzi dengan tangan memeluk pinggang Zafia.

Percayalah, pemandangan itu tepat di depan mata Alfa. Baru saja Alfa ingin mengejutkan kedua muridnya itu. Namun, malah ia yang dikejutkan dengan murid sekaligus istrinya itu.

"Kau mau cari kesempatan--"

"Ehkem!" deheman keras dari Alfa membuat Denzi melepaskan pelukannya pada Zafia. Zafia juga langsung mendorong perut Denzi kala mendengar suara tak asing itu.

"Pak," sapa Denzi sambil menggaruk kepalanya canggung. Dia yang terkenal sebagai murid teladan sekaligus Ketos di SMA itu malah kepergok di pojokan bersama seorang siswi. Siswi yang sayangnya tidak ia ketahui bahwa dia istri gurunya.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Where stories live. Discover now