30

14.3K 599 4
                                    


Happy Reading 🍂

Zafia mengerjapkan matanya kala mendengar suara berisik di luar. Saat matanya melirik ke jam dinding dekat meja rias, dia mendapati jam masih menunjukkan pukul empat.

Zafia melirik Dinda yang tidur pulas memunggunginya. Tidak terganggu suara di luar. Syifa pun masih terlelap dengan memeluk boneka Zafia.

Zafia turun dari ranjang dan berjalan ke balkon. Ia ingin melihat ada kejadian apa di luar. Namun sayang, balkon kamar Zafia menghadap ke halaman samping, bukan halaman depan.

Zafia masuk kembali ke dalam dan berjalan ke kamar mandi. Karena teringat ingin menemui Tisya ke Rumah Sakit, Zafia berencana ingin mandi lebih cepat dan menyiapkan keperluan Syifa dan Dinda agar saat kedua orang itu bangun, Zafia hanya akan menunggu mereka mandi dan mereka langsung berangkat.

Sementara Zafia berkutat dengan alat mandinya, Tari yang berada di kamar tamu juga merasakan keributan di luar. Dia keluar dari kamar dan langsung menuju keluar.

Langkahnya terasa berat kala ambulans beserta pekerja Rumah Sakit berada di halaman rumah Alfa. Di belakang ambulans juga ada mobil Alfa dan Wisnu.

Lidah Tari tercekat kala petugas Rumah Sakit itu membawa brankar dengan seseorang yang dibaringkan di atasnya dan kain putih menutupi seluruh tubuhnya.

"Pa? S--siap, siapa yang ..." Kedua telapak tangan Tari menutupi mulutnya. Dipandangnya Wisnu dengan mata berkaca.

Petugas Rumah Sakit meminta Tari menyingkir dari tempatnya, dia menutupi pintu masuk. Wisnu segera menggandeng tangan Tari dan membawanya menyingkir. Alfa menyusul di belakang Wisnu dan diikuti lagi oleh Bima dan Kartika.

"Alfa? Katakan, apa yang terjadi, Nak? Tisya. Bagaimana keadaannya?" tanya Tari dengan suara serak. Dia memegang lengan Alfa yang menatapnya dengan tatapan sayu.

"Maafkan Alfa, Ma. Maaf." Hanya itu yang mampu Alfa katakan.

Alfa tidak tidur semalaman. Malamnya hanya diisi dengan penyesalan, keadaan hari ini, dan cara menjelaskan pada Zafia. Setelah berfikir semalaman, ia memutuskan untuk membawa jasad Tisya ke rumah. Ia tahu Zafia akan marah padanya, maka dari itu ia memutuskan Tisya langsung dibawa pulang agar kemarahan Zafia nanti tidak mengganggu pasien di rumah sakit.

Petugas kembali keluar dengan brankar kosong. Setelah mengucapkan beberapa kata duka cita, para petugas pergi meninggalkan rumah Alfa.

"Zafia belum bangun, Ma?" tanya Alfa melirik Tari yang sesegukkan di pelukan Wisnu.

Tak ada jawaban, hanya isak tangis Tari yang terdengar. Alfa memutuskan masuk dan membersihkan dirinya. Dia segera menghubungi kerabat terdekat tentang meninggalkan Tisya. Setelah selesai, ia memutuskan untuk membersihkan diri dan memulai pengajian untuk Tisya.

Zafia baru saja menyelesaikan ritual mandinya bertepatan dengan azan subuh berkumandang. Segera ia membangunkan Dinda dan Syifa untuk segera shalat agar sepagi ini mereka sudah siap untuk ke Rumah Sakit --ia masih belum menyadari kejadian di luar kamarnya.

Setengah enam. Dinda dan Syifa sudah selesai dengan semuanya. Sudah mandi, sudah shalat, tinggal ke Rumah Sakit.

"Ifa nanti tidak boleh ribut, ya. Ibu kan lagi sakit, jadi Ifa doain Ibu dan pijat tangannya, oke. Jangan banyak tanya sama Ibu," ucap Zafia memberikan peringatan pada Syifa.

"Iya, Bunda. Tapi Ibu nanti pulang kan, Bun? Ifa kangen sama Ibu," ucap  Syifa dengan mata penuh harap. Zafia hanya menganggukkan kepalanya.

"Ayo, Fi." Dinda yang tadinya tengah memeriksa isi tasnya kini sudah berada di sebelah Zafia dan Syifa.

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Where stories live. Discover now