"Mama tidak sama Papa? Syifa tidak ikut Mama ke sini?" tanya Zafia.

"Papa kamu pergi ke kantin sama Syifa dan Alfa, mau sarapan," jawab Tari.

"Mama sudah sarapan?" tanya Zafia sambil memandang Tari.

Tari menggeleng pelan. "Mama tidak selera. Anak Mama tidak bisa makan, bagaimana mungkin Mama masih selera," ucap Tari tersenyum hangat pada Zafia.

"Mama harus makan. Zafia tak akan sembuh kalau lihat Mama sampai sakit," ucap Zafia memegang tangan Tari.

Sebelum Tari menjawab, pintu ruangan Zafia terbuka. Alfa, Wisnu, dan Syifa tengah berdiri di baliknya. Wisnu tercengang dengan pemandangan di depannya. Istrinya dan anaknya ... berdamai.

"Bunda!" teriak Syifa berlari ke arah Zafia dan Tari.

Tari langsung menggendong Syifa dan meletakkannya di kasur Zafia. "Cucu Oma sudah selesai sarapannya? Udah kenyang?" tanya Tari mencium pipi Syifa.

"Sudah, Oma. Yang belum itu Ayah. Ayah nggak mau makan tadi. Ayah nakal," ucap Syifa sambil menunjuk Alfa yang mendekat ke arah Zafia berbaring bersama Wisnu.

Semuanya terkekeh mendengar ucapan Syifa. Begitupun Zafia tentunya. Saat melihat Papanya mendekat, Zafia beringsut ingin mendekat Papanya. Namun Wisnu melarangnya dengan isyarat tangan.

"Papa senang kamu bisa berdamai dengan Mamamu, Zaf," ucap Wisnu mengelus kepala putrinya.

"Zaf minta maaf, Pa. Zaf salah sudah membuat Papa repot beberapa tahun terakhir," ucap Zafia memeluk Wisnu.

Wisnu mengusap kepala Zafia. "Papa tahu. Papa mengerti kalau kamu masih belum bisa menerima kepergian Mamamu. Tapi, ya, sudahlah. Kita lupakan yang di belakang, dan merajut kehidupan di depan," ucap Wisnu. Semua yang ada di ruangan itu mengangguk.

***

Dua minggu kemudian. Kondisi Zafia sudah mulai membaik. Perutnya sudah bisa menerima makanan untuk masuk beberapa hari terkahir. Besok Zafia sudah diperbolehkan pulang. Malam ini adalah malam terakhir Zafia di Rumah Sakit ini.

Wisnu, Tari, dan Syifa juga baru saja pulang. Mereka akan kembali esok pagi untuk menjemput Zafia. Karena ada Syifa yang tidak menyukai Rumah Sakit, Wisnu dan Tari memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Kak Al." Zafia menoel lengan Alfa dengan telunjuknya. Alfa yang tengah memainkan handphonenya berdehem pelan.

"Kak Al, lihat sini," ucap Zafia sedikit kesal karena dicuekin Alfa.

Alfa meletakkan hapenya dan menoleh ke arah Zafia sepenuhnya. "Ada apa?"

"Aku mau seblak," rengek Zafia memainkan telunjuknya.

"Nggak!" tolak Alfa langsung dengan tegas.

"Ish, kenapa?"

"Kamu baru sembuh. Dokter belum bolehin kamu makan yang pedes. Lambung kamu belum sembuh total," ucap Alfa menatap wajah kesal Zafia.

"Tapi aku pengen," rengek Zafia lagi.

"No. Sekarang kamu tidur saja. Berdoa, semoga di mimpi kamu bisa makan seblak," ucap Alfa membenarkan selimut Zafia.

"Tak mau. Mau seblak, seblak, seblak," rengek Zafia memukul lengan Alfa.

"Nggak boleh, Zafia. Kamu--"

"Au ah, aku ngambek," ucap Zafia bersedekap dada membuang muka dari Alfa.

"Kamu ngambek cuma karena seblak? Lagian aneh, kenapa malam-malam minta seblak?" tanya Alfa menangkup wajah Zafia untuk menghadapnya.

"Huh! Tak peka. Itukan tiktok viral baru-baru ini. Aku kan cuma mau tes aja. Lagian, aku mana suka seblak," gerutu Zafia menepis tangan Alfa.

"Eh? Tiktok? Sejak kapan kamu mainan aplikasi itu? Kamu juga mainnya pakek hape siapa?" tanya Alfa kembali mengarahkan wajah Zafia menghadapnya.

Zafia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hmm, itu ... aku pakek hape. Iya pakek hapelah," ucap Zafia ngawur.

"Iya, pakek hape siapa? Hape aku nggak ada aplikasi tiktok. Youtube juga nggak ada. Yang ada cuma aplikasi untuk nyimpen file kantor. Kamu pinjam hape siapa?" tanya Alfa mendekatkan wajahnya pada Zafia.

"Hape ... hape, hape akulah," jawab Zafia kikuk.

"Kamu dapat hape dari mana?" tanya Alfa makin mendekatkan wajahnya.

"Hmm, itu ... dari orang," jawab Zafia gagap.

"Dari siapa?"

"Ish, jangan dekat-dekat, donk. Aku deg-degan diliat cam itu," ucap Zafia mendorong pelan dada Alfa.

Alfa masih bergeming. "Dari siapa, Zafia?"

"Dari orang," ketus Zafia menjawab.

Cup.

"Dari siapa?" tanya Alfa lagi setelah mencium pipi kiri Zafia.

"Apaan, sih, cium-cium, Dosa," ketus Zafia memegang pipinya kirinya yang memanas.

"Udah muhrim, tak apa. Katakan, dari siapa hape kamu itu?" tanya Alfa lagi.

"Dari orang. Kan aku udah jawab tadi," ketus Zafia lagi.

Cup.

"Mau yang mana lagi yang dicium? Kayaknya kamu suka banget goda aku," ucap Alfa menatap manik Zafia.

"Ihh, aku tak mau dicium. Aku tak suka kau cium," ucap Zafia menutupi kedua pipinya yang memanas.

"Mau ini, ya? Mau yang ini atau ... kamu kasih tahu aku siapa yang kasih kamu hapenya?" tanya Alfa sambil menunjuk bibir Zafia.

Zafia reflek mengulum bibirnya, menggeleng. Tangannya mendorong kedua bahu Alfa. "Dikasih sama Denzi."

Mendengar nama itu telinga Alfa mendadak memanas. Matanya menatap tajam Zafia. Wajahnya mulai didekatkan kembali pada Zafia.

"Eh, mau apa? Jangan macam-macam, dosa. Ini di Rumah Sakit, tahu tempat, donk," ucap Zafia mulai berkeringat saat melihat perubahan wajah Alfa.

Cup.

__________

Next?
Jangan lupa vote & comen Oky❤️

Gadis Kedua Guru Olahraga [ END ]Where stories live. Discover now