32. Deadly

18.1K 3.7K 3.1K
                                    

"How's that girl?"

Yoshi duduk di kursi yang terletak di koridor rumah sakit. Ia bersandar seraya menempelkan ponsel di telinganya. Saat suara wanita itu terdengar dari ponselnya, Yoshi menghela nafas berat. Hari ini cukup melelahkan. Tiba-tiba sebuah tragedi menimpa Rui, di mana wanita itu hampir mati karna tusukan di perutnya.

"Almost die." jawab Yoshi. "Dua kali tusukan but glad she's a bit smart."

"Bukannya bagus kalo dia mati? It would be easier for us, wouldn't it?"

"No, Nako." sela Yoshi. "Belum saatnya. Rui belum ngasih data terakhir yang dia curi dari rumah Yuta. Selama data itu belum dipegang om Nishimura, Rui gak boleh kenapa-napa." jelas Yoshi.

Deruan nafas berat terdengar dari sebrang sana. "I can't wait Shi... Aku beneran gak rela ngebagi kamu sama Rui."

"Hei..." sebut Yoshi. "Ini cuma sementara okay. You know i love you, Nako. I truly love you. Setelah semuanya selesai dan berjalan lancar, i'm gonna kill that stupid ass bitch and get back to you. Wait a little longer, Sweetheart."

"Promise me you won't fall for her!"

"I'm truly yours." jawab Yoshi. "Kita hampir di akhir permainan, Nako. Tunggu sebentar lagi."

"Okay..." balas Nako.

Tepat setelah mendengar balasan Nako, ada panggilan lainnya yang masuk ke ponsel Yoshi. Ia menatap layar ponselnya, ternyata ayahnya lah yang sedang menoba untuk menghubunginya.

"Sayang, papa nelpon. Aku matiin dulu ya, nanti aku telpon kamu lagi." ucap Yoshi pada Nako.

Wanita itu berdehem mengiyakan. "Love you, Chi." salamnya.

Yoshi tersenyum samar. "Love you." balasnya sebelum ia mengangkat panggilan ayahnya, membuat sambungan telponnya dengan Nako terputus.

Yoshi kembali meletakan ponsel di telinganya. "Iya pa." bukanya.

"Gimana Rui?" lempar papanya.

Yoshi lagi-lagi menghela nafasnya. "Baik." jawab Yoshi. "Kata dokter organ vitalnya udah kembali normal, sekarang dia lagi istirahat."

"Untung gak mati." komentar ayahnya. "Kamu telpon itu si Hideko, tanyain ke dia apa yang dia bilang ke Yuta sampai-sampai Yuta berniat ngebunuh Rui. Kamu tau Rui belum ngasih data itu ke kita Shi, dia belum boleh mati. Tolong kasih tau Hideko untuk ikutin rencana yang udah kita buat, jangan melenceng. Papa lagi ada urusan, belum bisa nelpon dia."

Yoshi menunduk, cukup merasa lelah. "Pa... i can't do this anymore." ucap Yoshi.

"Huh?" bingung ayahnya. "Apa maksud kamu Shi?" tanyanya kemudian dengan nada yang sama sekali tidak enak di dengar.

Yoshi mengangkat kepalanya dan kembali bersandar pada dinding. "Papa tau Yoshi udah gak sayang lagi sama Rui. Ini terlalu memuakkan, di mana Yoshi harus pura-pura sayang ke cewe itu. I can't do it anymore, Papa!" jelasnya.

"Satu langkah lagi, Yoshinori." kukuh papanya. "Kita udah melangkah sejauh ini, jangan buat papa marah. Sekarang kamu telpon tuh si Hideko, kasih tau dia apa yang sudah papa bilang tadi."

"Tapi paㅡ"

"Yoshinori." potong ayahnya dengan tegas. "Ikutin omongan papa. Di akhir nanti, Rui bakal jadi urusan kamu untuk diselesaikan. You really want to kill her, don't you?"

"Ya..."

"Then do what i said." kata ayahnya. "Telpon Hideko sekarang. Papa ada urusan."

"Okay pa..."

Guns & Yuta ✓Where stories live. Discover now