25. Too Much

21.3K 4.2K 1.2K
                                    

Gue berdiri sambil ngelamun, nungguin makanan punya gue dan Giselle yang udah gue pesan. Giselle lagi duduk ngejagain meja supaya gak diambil, sementara gue yang mesenin makanan dia.

Gue lagi di kantin kampus karna ada break sekitar 2 jam sebelum mulai kelas siang. Raga gue emang lagi di kantin kampus, tapi pikiran gue menjelajah kemana-mana.

I still think of my mom. Semua cerita dia bener-bener mengejutkan. Gimana bisa gue sama sekali gak tau kalo mama tuh agent? Ibaratnya, gue hidup sama dia dari lahir dan gue gak nyium ini? Fool me.

Kalo gue tau mama adalah agent, kayaknya gue bakal maksa dia untuk resign dan cari kerjaan lain. Gue gak akan ngebiarin dia dalam bahaya, so she doesn't have to leave me forever...

Sadar kenyataan kalo mama udah gak ada ngebuat dada gue kembali sesak. Mata gue seketika perih. Maybe i'm not a good daughter, but i really am sorry for every mistake i had done to you mom...

Gue nyesal karna di pertemuan terakhir gue sama mama, gue gak maksa dia untuk kembali ke rumah Yuta supaya dia aman. Gue nyesal banget. Terlebih, mama dibunuh sama orang yang dia bela mati-matian, Yoshi dan papanya.

Tangan gue mengepal. Kalo ngingat itu rasanya darah gue langsung dipenuhi dendam dan amarah. Lihat aja, gue yang bakal ngegantiin malaikat maut untuk nyabut nyawa Yoshi. I'll be his nightmare.

Lamunan gue buyar saat telinga gue ngedengar suara tawa cowo-cowo yang baru aja sampai di kantin. Voila, baru aja gue pikirin, Yoshi dan temen-temennya datang ke sini.

Yoshi langsung ngelihat gue dan sambil senyum sarkas dia menghampiri gue. Gue cuma natap dia dengan alis yang menyatu terganggu dan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Mau apa lo, Pembunuh?" tajam gue.

Dia justru ketawa kecil seolah kata 'pembunuh' adalah gelar kebangsawanan buat dia.

"Rui, dengar," katanya, dia ngedekatin wajahnya dengan wajah gue supaya orang-orang gak dengar omongan kita. "Gua gak mau lu salah paham sama gua okay? I did this for you." ucapnya sok manis.

"You did it for your fucking self!" bantah gue.

Dia terkekeh geli dengan tatapan ngeremehinnya. "Gua cuma mau lu ngebuka mata kalo lu ada di pihak yang salah. He contaminated you.Everyone was trying to tell you but you didn't listen. I just don't want you to regret your decision, Rui." Dia ngelus pipi gue pake sebelah tangannya dan nyelipin rambut gue ke belakang telinga. "But don't worry, I always want you to be on my side, Haruma. I'm here for you."

It's happening.

Gue natap dia penuh dendam, Yoshi senyum tipis dan menggapit dagu gue. "Come to me." ajaknya dengan smirk tipis dan suara kecilnya.

"I will." jawab gue. Gue menggenggam pergelangan tangan Yoshi yang lagi nyapit dagu gue dan gue cengkram erat-erat. "I'll come to you and by that time... i will be the death of you, Yoshinori." tekan gue sebelum gue menghempas kasar tangan Yoshi.

Gue langsung cabut dari sana dan nyamperin Giselle buat ngajak dia makan di tempat lain. Gue jadi gak mood makan di kantin karna si kunyuk Yoshinori.

•••••

Gue masuk ke dalam rumah selepas pulang dari kampus. Langit udah mulai menggelap karna emang udah mau malam. Kaki gue melangkah di dalam rumah Yuta, tadinya mau langsung naik ke lantai dua buat mandi dan ganti baju tapi telinga gue justru ngedengar suara orang berbincang di ruang tamu.

Alis gue berkerut, nebak-nebak itu suara siapa. Bukannya gimana-gimana, tapi gue ngedengar suara wanita dan itu jarang banget. Biasanya suara wanita di rumah Yuta ini tuh cuma suara gue atau suara maidnya. But... kali ini siapa?

Guns & Yuta ✓Where stories live. Discover now