12. The Truth

29.9K 5.8K 2.3K
                                    

"Eum... Gue pake baju apa ya buat ke ultah Asahi..." cerutu Remi.

"Gue juga bingung..." kata Nako sambil menggandeng tangan Remi dan nyandar di bahunya.

Jam 5 sore dan kita baru keluar kelas. Gue jalan di samping Remi dan Nako, sementara Giselle dan Hitomi jalan di depan. Gue meluk beberapa buku karna hari ini gue cuma bawa tas kecil doang.

Oh iya, soal ultah Asahi. Gue juga gak tau bakal make baju apa, gue masih bingung. Pesta ultahnya Asahi diundur dua minggu, seharusnya dua minggu kemarin udah acaraan tapi gak jadi karna papanya tiba-tiba dapat tugas mendadak waktu itu, jadi pestanya beralih jadi minggu ini.

"Udah H-3 tapi gue masih bingung mau pake baju apa." celetuk Remi.

"Lo gimana, Rui? Udah tau mau pake apa?" tanya Nako, ngelirik gue.

Gue menggeleng. "Belum tau juga." jawab gue.

"Saran gue sih serasiin sama baju Yoshi biar lucu." saran Remi.

Gue mutar kedua bola mata dan menggeleng kecil. Tiba-tiba hp gue
getar, segera gue berhenti melangkah dan ngambil hp yang ada di saku celana. Alis gue berkerut saat ngebaca nama sang penelpon.

Itu Yuta. Kenapa dia nelpon gue?

Tanpa mau mikir panjang, gue lantas aja ngangkat telpon dia. "Kenapa?" tanya gue.

"As your order, my people have killed the police you wanted to die." lapor Yuta.

Gue terdiam untuk beberapa saat. "Apa... Papa Yoㅡ"

"Kecuali si Kanemoto dan satu orang anak buahnya." potong Yuta. "Dia berhasil kabur. I'm sorry."

Gue neguk saliva dan nunduk. Kepala gue menggeleng kecil. "No, no. I indeed don't want you to kill him." kata gue.

Gue bohong, sebenernya gue juga masih bimbang antara pengen sekalian ngehabisi papa Yoshi atau enggak. Kalo gue ngebiarian dia hidup, gue yakin dia gak akan berhenti memanfaatkan gue secara gue adalah sekertaris Yuta, tapi gue juga gak mau ngebunuh dia. Gue gak tega dan dia adalah ayah dari pacar gue.

"We'll find a way. We'll figure it out, Rui." ujar Yuta dengan suara yang nenangin.

Gue tanpa sadar sedikit narik bibir untuk senyum. "We'll find a way. We'll figure it out, Yuta." ulang gue, setuju dengan omongannya.

"So," buka Yuta berjeda. "Which side are you on?" tanyanya.

"Yours." jawab gue. "Your side." perjelas gue.

Yuta bungkam untuk waktu yang cukup lama, bahkan gue sampai ngecheck layar hp karna mikir sambungan telponnya putus.

"Yuta?" panggil gue.

"Well thank you."

Gue ketawa kecil. "Thank you?" ulang gue, gak percaya. "Nakamoto Yuta thanked me?" olok gue.

Bip.

"Yuta?" panggil gue tapi gak ada respon. "Na Yuta!!!" gue mulai kesal.

Alis gue nyatu jengkel waktu ngecheck layar hp dan ternyata telponnya udah diputus sepihak sama Yuta. Gue berdecih sebal. Bener-bener!

"Rui!" panggil Nako dan gue langsung ngangkat kepala natap dia, gue udah ketinggalan jauh sama mereka. "Ayo pulang! Lo ngapain?"

•••••

Sepulang dari kampus gue gak langsung pulang ke rumah tapi gue mampir ke cafe sama Yoshi. Gue dan dia duduk berhadapan di samping jendela kaca yang langsung nampakin jalanan kota Osaka. Yoshi kelihatan frustasi dan sedih karna papanya masuk rumah sakit.

Guns & Yuta ✓Where stories live. Discover now