14. Hutang dari Luka

Start from the beginning
                                    

Perhentian mereka tiba di depan meja rusak yang berada di belakang kantin sekolah. Anora terpaku melihat apa yang di depannya saat ini, semuanya sepi, hanya ada dia dan kakak kelasnya yang satu ini. Seolah di dalam otaknya sedang terpasang alarm keras bahwa dia harus segera pergi dari sini.

"Lo yang nahan kertas gue tadi, 'kan!?" buka Retno langsung dengan suara kerasnya di hadapan adik kelasnya ini.

Anora justru tak berkutik, lantas Retno kembali mendekat padanya. Terus berjalan hingga tak ada celah sedikitpun untuk gadis ini kabur.

"T-tapi saya nyelamatin kakak dari pengawasan Bu Lian." Hingga akhirnya ia bersuara, berusaha membela dirinya di keadaan berbahaya saat ini.

"Oh, lo mau nyelamatin gue gitu ceritanya??"

Retno mundur selangkah, terlihat jelas ekspresinya yang begitu menantang gadis ini untuk melawannya lagi.

"Lo gak usah sok kepahlawanan deh, bilang 'mincintik iti pirlikiin ying tik tirpiji' anjing tahu gak! Lo ngapain nahan kertas contekan gue tadi, hah?!!" Lalu ia berteriak tepat di depan gadis ini.

Anora mundur sedikit demi sedikit, di kepalanya sudah berbunyi dengan keras alarm berbahaya yang menyuruhnya untuk kabur segera juga.

"Lo mikir gak, lo tuh lagi berhadapan dengan siapa sekarang!?"

"..."

"JAWAB GUE!"

Lagi, ia semakin dibuat ketakutan dengan suara teriakan itu. Anora menggeleng dengan lemah.

"Hari ini mungkin lo masih aman, tapi besok-lo gak akan aman lagi!" Retno berteriak sekali lagi tepat di dekat telinganya. Membuat gadis itu memekik ketakutan dan tubuhnya langsung ambruk segera juga.

Retno tak ingin berlama-lama dengannya, ia pun lantas pergi meninggalkan Anora seorang diri yang sedang menangis diam-diam saat ia terjatuh tadi.

"Lo labrak dia?"

"Masih awal, besok-besok bakal sengsara tuh cewek."

Raka berdiri tak jauh dari tempat kejadian itu. Setelah Retno memberikan ancaman kepada Anora lalu mengajaknya untuk segera pergi, di saat itu juga senyumannya muncul.

Bukan sekedar senyum biasa, tapi ia menyambut adanya korban baru di sini.

Mainan baru mereka telah datang.

_________

Pagi hari ini, di kediaman sebuah rumah besar yang berada di perumahan mewah Gerbera Palace itu tengah berlangsung sarapan pagi yang tampak tenang. Si putri kecil menuruni satu persatu anak tangga rumahnya dengan cepat, ia sudah tak sabar untuk menemui keberadaan ibunya di meja makan.

"Mama!"

"Pelan-pelan, Vio."

Iris tengah menyeduh teh melati panas di saat Violet berlari menghampirinya. Senyum wanita itu lantas mengembang melihat keberadaan putri kecilnya yang juga tersenyum girang padanya saat ini.

"Mama, hari ini kita sarapan apa?" tanya Violet.

"Bu Taris, masakin nasi goreng buat kita," jawab Iris.

Violet masih berfokus pada cara Iris yang tengah menyeduh teh panasnya itu. Ia menambahkan sedikit gula pada seduhannya tersebut, lalu memberikannya pada Violet.

butterfly disaster Where stories live. Discover now