19. Patah Hati

39 9 3
                                    


Cukup lama Maila berada di kamarnya. Ia hanya keluar ke kamar mandi yang tempatnya selisih satu kamar, untuk mengambil wudhu. Setelahnya kembali ke kamar menunaikan ibadah zduhur. Maila merebahkan tubuhnya di kasur usai shalat, memainkan ponselnya.

Tok-tok

Pintu kamarnya diketuk, Maila yang tak siap untuk keluar memilih diam tak menjawab. Biar saja orang di luar sana mengira ia sedang tidur.

Namun, suara pintu yang sedang dibuka membuat Maila kelabakan mematikan ponsel melemparnya di dekat punggung, ia lantas memejamkan matanya pura-pura tidur. Dalam hati Maila merutuki kecerobohannya yang lupa mengunci pintu.

"Mai?" panggil Rezi.

Maila bergeming dalam aktingnya. Ia bernapas dengan tenang seolah sedang tidur nyenyak. Setelahnya terdengar suara pintu kembali ditutup. Maila mendesah lega, sebelum membuka matanya.

"Aaaaaaak!"

Maila kaget setengah mati saat mendapati Rezi tengah berdiri di depan kasurnya sambil menatapnya tajam. Ia tak mengira Rezi tak tertipu oleh tipu dayanya. Beruntung, ia tak pernah melepas hijabnya selama di Wonosobo, sekalipun ia berada di dalam kamar kostnya, karena udara yang begitu dingin.

"Berpura-pura, Nona?" sindir Rezi.

"Lo ngapain di sini, cowok nggak boleh masuk kost cewek!" hardik Maila menutupi rasa malunya.

"Boleh aja, kost ini punya Pakde gue. Jadi gue bebas aja," ujarnya songong.

"Ya udah, sana keluar! Gue mau istirahat."

"Udah ketahuan masih mau ngeles lagi? Nggak, lo ikut gue sekarang. Udah cukup gue kasih waktu buat lo istirahat tadi."

"Emangnya lo udah puas kangenan sama mantan?" tentu saja cibiran itu hanya terucap dalam hati Maila.

"Gue masih capek, mau istirahat aja. Lo pulang sana," Maila menolak untuk ke sekian kali. "Eh, kalau masih mau ngobrol di bawah juga silahkan. Terserah lo sih mau ngapain."

Bukannya pergi, Rezi justru duduk di kursi belajar dekat jendela. Hal itu membuatnya mendapatkan pelototan dari Maila.

"Heh! Ngapain duduk di situ?"

"Barusan lo bilang terserah gue mau ngapain. Ya gue mau duduk di sini," Rezi mengedikkan bahu tanpa beban.

"Lo terserah mau ngapain, asal nggak ganggu gue!"

"Gue nggak ganggu, cuma duduk di sini. Nggak ngapa-ngapain."

Maila menghembuskan napas kasar. "Mau lo apa, sih?"

"Ajak lo keluar."

"Nggak mau, gue capek, mau tidur."

"Kalau gitu, gue temenin di sini."

"REZIII!!!" geram Maila kesal.

"Iya," Rezi menjawab kalem.

"Keluar nggak?"

"Nggak."

Maila bangkit berdiri, mengambil ponsel dan meraih tasnya kemudian melesat keluar kamar. Tawa kemenangan Rezi menguar. Pemuda itu membuntuti Maila setelah mengunci pintu kamar sang gadis. Maila sampai duluan di bawah, di mana Ardhan terlihat baru saja pulang mengajar.

"Tumben, jam segini udah pulang, Mas," sapa Rezi.

"Ada rapat, jadi nggak ngajar," Ardhan memberi tahu. "Kalian mau ke mana?"

"Mau ajak Maila jalan, dia bosen di kamar terus katanya."

Maila menatap tak terima pada Rezi. Melalui ekor matanya, Rezi mengerling jahil.

nona gesrek dan pemuda patah hatiWhere stories live. Discover now