"Ada kok, dan gue salah satu orang nya." Sela Disa menatap mata Arkan seraya tersenyum. "Gue bakalan tetep baik ke orang walaupun dia ngejahatin gue. Prinsip gue gak sama kaya lo barusan, prinsip gue kejahatan akan dibalas dengan kebaikan. Karena gue tau kalau balasan tuhan lebih sadis ketimbang balasan kita yang hanya manusia biasa. Gue bakalan biarin tuhan aja yang ngebales semua nya, biar ngasih karma sekaligus penyesalan yang setimpal."

Arkan menatap lekat-lekat irish mata wanita disamping nya ini. "Gue harus nyakitin lo berapa kali lagi sih biar lo nyerah?!"

"Gue gak akan pernah nyerah sekalipun selama bayi ini masih hidup." Sela Disa mendadak sendu.

Arkan mengerang, ia mengacak rambut nya frustasi.

Sementara Disa menarik nafas nya dalam-dalam, berusaha mengatur emosi nya. "Makan dulu gih." Titah nya mengalihkan pembicaraan.

"Udah berapa kali gue bilang kalau gue gak mau bego! Gak ngerti bahasa manusia lo hah?!"

Tangan Disa terulur meraih piring itu, ia menatap lekat-lekat sebuah makanan buatan nya sendiri. "Bisa gak sih hargain sesuatu, sekecil apapun itu?" Ucap nya tanpa melirik wajah Arkan.

"Lo mau minta di hargain?" Arkan menaikkan satu alis nya menatap ke arah Disa.

Disa memberikan jawaban dengan anggukan mantap.

Arkan membasahi bibir bawah nya, ia menatap datar sajian makanan yang terdapat di piring yang Disa genggam. Dan detik itu juga tangan Arkan menepis sebuah piring berbahan kaca itu.

PRANGGG!!!

Alhasil sebuah piring itu terhempas di lantai dan menimbulkan suara dentingan kaca yang sangat nyaring. Arkan tetap santai, ekspresi nya tetap datar tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Suatu kabar buruk memang, piring itu malah terjatuh menimpa punggung kaki kanan Disa. Makanan yang panas itu juga berhasil tumpah mengenai celana dan betis nya.

"Sshhh Awwhss.." Dengan gesit Disa memindahkan kaki nya dari remahan beling piring itu. Memindahkan kaki nya pada marmer yang tak terdapat pecahan piring. Disa mampu menangkup remahan beling yang halus-halus itu mengenai punggung kaki nya. Darah segar yang berhasil mengalir di punggung kaki wanita tersebut.

Sementara tangan Disa reflek menepis-nepis celana dan betis nya. Berusaha membersihkan dari makanan yang tumpah di betis dan celana nya. Jujur, betis nya benar-benar panas saat ini.

Pedih, perih itu yang Disa rasakan sekarang.

"Awhh.." Disa terus merintih dan meringis kesakitan. Ia menghentak-hentakkan beberapa kali kaki nya pada lantai. Disa berfikir dengan cara ini rasa sakit itu akan menghilang.

Arkan yang masih berada didekat Disa mampu menyaksikan ekspresi Disa yang terus meringis. Lelaki itu berdecak sebal dan beberapa kali mengerang. "Liat, gini kan jadi nya! Makanya jangan banyak tingkah kalau gak mau celaka!"

"Gue gak banyak tingkah! Lo nya yang keterlaluan!" Balas Disa mencoba memberanikan diri.

"Ya lo nya yang maksa! Udah jelas gue bilang gue gak mau!" Balas Arkan tak mau kalah.

"Kak Arkan demi apapun ini sakit banget.."

Hanya itu yang bisa Disa ucapkan. Mau bagaimana lagi? Melawan Arkan? Disa tak akan pernah menang, walaupun Disa menang dalam debat ini Arkan bakalan mencari cara dengan bermain fisik dan dengan lancang nya memukul Disa.

"Ya trus apa hubungan nya sama gue hah? Kalau sakit tanggung sendiri lah, jangan ngeluh-ngeluh gak jelas! Gue aja gak pernah ngeluh kalau sakit!" Sembur Arkan.

DISA | brokenWhere stories live. Discover now