12. Gerbera Palace

Start from the beginning
                                    

Reihan mengangguk setuju, "Perumahan sana nggak lebih dari tempat pembanding untuk orang kaya sama miskin."

Pada faktanya semua perumahan mewah yang pernah Anora dengar selalu terdengar seperti itu. Tempat yang mewah dan sunyi. Selain itu, murid di Elephant Love hampir tujuh puluh persen berasal dari orang kaya di Gerbera Palace.

Anora tahu itu setelah ia mendapatkan infonya dari acara peresmian pengajar baru di Elephant Love. Semua penyumbang dan pendiri tempat ini juga berasal dari sana.

Setelah perbincangan barusan, kini tersisa waktu tiga puluh menit lagi sebelum istirahat siang ini selesai. Anora harus makan siang terlebih dahulu atau tidak menyempatkan diri untuk membersihkan kemejanya yang kotor ini lebih dulu.

"Mbak, udah makan siang belum?" Tiba-tiba saja Helena datang lagi menghampiri mejanya.

Anora menggeleng, "Aku mau bersihin kemeja aku dulu. Kotor nih." Ia menunjuk beberapa titik noda cokelat di lengan kemejanya.

"Keluar bareng aja yuk, Mbak."

Karena Helena mengajaknya, Anora tak enak untuk menolaknya. Akhirnya mereka berdua pergi keluar untuk makan siang sekaligus ke toilet untuk terlebih dulu membersihkan pakaian Anora.

Di perjalanan menuju toilet itu, mereka berdua lebih banyak diam. Sedari tadi Anora sibuk menggosok noda kerak dari tanah liat yang lengket di kemejanya. Ia ingin meminimalisir cuciannya malam nanti. Setelah ini ia juga harus mengajar lagi, akan sangat tak bagus jika ia berpenampilan begitu kotor di hadapan muridnya.

"Mbak.. Mbak..."

"Ya?"

Fokusnya pecah ketika Helena memanggilnya, lalu Anora mengikuti arah mata gadis ini yang menuju ke salah satu titik di depan mereka.

Di dekat kursi di samping pintu toilet itu, mata Anora menangkap keberadaan sosok pria yang tengah menoleh ke arahnya. Mengetahui bahwa mereka saling sadar, mau tak mau ia harus menghampirinya.

"Itu Pak Azka?" Helena tampak begitu penasaran sekaligus tak percaya dari apa yang dilihatnya di sana.

"Pak Azka manggil Mbak?" tanyanya lagi.

"El, aku mau nyamperin Pak Azka dulu ya," ucap Anora, "kamu duluan aja ke kafetarianya, kalo gak lama nanti aku nyusul," lanjutnya.

Merasa bahwa Anora ada panggilan penting sekarang, Helena pun akhirnya menurut. Ia meninggalkan rekan kerjanya itu, lalu pergi menuju kafetaria sendirian.

Anora bergegas menemui sosok itu di sana. Azka berada di Elephant Love saat ini. Sedikit mengenjutkannya karena dilihat dari penampilan kerja pria itu, sepertinya ia tampak sibuk.

Azka selalu mengenakan jas kerjanya di setiap pertemuan mereka, yang membuat Anora berpikir bahwa pria ini pasti akan sangat sibuk. Tapi sempat-sempatnya juga ia mau menghampiri tempat ini.

"Bapak manggil saya?" sapa Anora lebih dulu.

Azka mengangguk sambil mengukir senyum manis di wajahnya. Pandangan pria ini teralihkan melihat kemeja Anora yang tampak kotor itu.

Gadis ini menyadarinya dengan cepat.

"Maaf, tadi ada sedikit kehebohan waktu ngajar di kelas. Jadi... ya kayak gini," jelasnya.

"Kapan kamu nggak sibuk?" tanya Azka langsung.

"Eh? Nggak sibuk? Saya?"

"Iya."

"Akhir minggu saya kosong, Pak."

"Akhir minggu terlalu lama. Jum'at kamu bisa?"

"Jum'at saya cuman ada satu kelas, mungkin selesainya jam satu siang. Oh ya ada apa, Pak?"

butterfly disaster Where stories live. Discover now