07.

2.1K 222 86
                                    

Happy Reading
.
.
.

Kimberlly tertidur sangat pulas diranjangnya. Bermimpi sangat indah, tapi semua mimpinya buyar.

"Banjir..." teriak Kim yang merasa sekujur mukanya basah.

"Bangun bodoh. Udah jam berapa ini? Masih molor aja dah nih bocah." Ucap Renata menyiram segelar air putih ke arah muka Kimberlly.

Kim mengelap mukanya dan berkata, "Maaf."

"Gue gak butuh maaf lo, sekarang MASAK!"

"Iya ma, tapi Kim mau mandi dulu." Segera Kim beranjak dari ranjangnya lalu mengambil handuk.

"Eits, gue bilang masak ya masak, budeg lo." Kata Renata mendorong Kim ke arah dinding.

Bugh.

"Aw, sakit." Ringisnya meneteskan air mata.

"Ga usah lebay, buruan masak."

Tak mau memperpanjang masalah, Kim langsung beranjak menuju dapur. Seperti biasa menu hari ini adalah telur dadar.

Disisi lain, Renata sibuk menggedor-gedor pintu kamar Azka dan tak lupa memanggilnya berulan, "Sayang bangun, ayo sekolah. Nanti kamu bisa terlambat loh!"

Azka membuka pintu dan berkata, "Apa an sih lo?"

"Ya sebagai pacar yang baik, aku kan boleh bangunin kamu."

"Stress."

"Ngapain lo masuk ke kamar gue, keluar" perintah Azka.

"Aku mau lihat kamar kamu doang, emang salah?"

"Banget. Keluar gak lo"

Kimberlly yang sedang memasak mendegar keributan dan berjalan menuju sumber keributan. "Suara kalian besar banget, sampai ke dengaran ke ujung kulon." Kata Kim melebih-lebihkan.

"Bacot. Sana lo masak" Kata Renata mendorong Kim.

Dengan sigap Azka menangkap tubuh mungil Kim yang hampir saja terjatuh. "Bisa gak sih gak usah dorong-dorong istri gue."

"Sayang, tangannya di jaga." Kata Renata cemburu melihat tangan Azka melingkar di pinggang Kim.

"Sayang?"

"Kenapa? Iri lo?"

"Engga kok ma, ngapain iri. Kan wajar seorang ibu manggil anaknya dengan sebutan sayang."

"Tolol banget jadi cewek. Gue kasih tau ya, gue sama Azka itu bukan sekedar ibu dan anak."

"Maksud?"

"Udah, lo gak usah dengerin orang stress kayak dia." Kata azka mengacak rambut Kim gemas.

Plak.

Renata tak tahan dengan sikap manis Azka ke Kim. "Gak usah ganjen depan cowok gue."

"Sakit." Ringis Kim mengelus pipinya.

"Pergi lo." Kata Azka mendorong Renata dengan kuat.

Azka tak memperdulikan bagaimana keadaan Renata saat ini, yang terpenting hanya Kim. "Hey, sakit ya atau sakit banget."

"Biasa aja, wlee."

"Hm. Gue serius, masih sakit?"

"Engga, biasa aja. Padahal tadi mau nyuruh nampar pipi satunya, biar impas. Kanan-kiri ditampar. Haha"

"Tunggu.."

"Kenapa kak?"

"Kok bau gosong, lo lagi masak?"

"Eh anjir, iya lupa." Kata Kim berlari menuju dapur diikuti Azka.

"Yah gosong.. Maaf ya kak, hari ini gak bisa sarapan telur dadar. Gimana kalau sarapan roti selay? Eh tapi ada ga ya stok rotinya."

Segera Kim mencari roti yang tersedia, namun hasilnya nihil. "Rotinya gak ada kak, sarapan disekolah aja deh."

"Siap siap gih, udah jam 06.15" Ucap azka melirik ke arah jam dinding.

"Iya oke, kakak mandi juga sana."

"Udah dari tadi, buruan mandi ntar telat." Kim mengangguk lalu bergegas mandi.

"Lama." Celutuk Azka melihat Kim keluar dari kamar mandi.

"Eh astaga. Bikin kaget aja, kenapa masih disini kak, kok belum berangkat?"

"Nungguin lo."

"Ga perlu ditunggu juga gapapa kak, aku berangkat sama Alena, santai aja. Sana berangkat."

"Alena sakit."

"Masa sih, Alena gak bilang tuh sama aku."

"Tadi pas lo mandi dia nelpon, terus bilang gak bisa jemput karna sakit."

"Oh gak nanya. Sana keluar, aku mau pakai baju."

Kimberlly memeluk erat punggung Azka. Ntah apa yang Azka lakukan saat ini, ia membonceng Kim dengan kecepatan tinggi. "Huaa, makk.. Belum mau mati muda.." Teriak Kim.

"Engga bakal mati, pegangan aja yang kuat." Ujar azka menambah kecepatan.

Secepat apapun Azka melajukan motornya, tetaplah mereka berdua terlambat.

Kim turun lalu menggoyangkan pagar, "Pak, buka dong gerbangnya."

"Naik."

"Mau kemana?"

"Gak usah banyak nanya, buruan naik."

Azka membawa Kim ke belakang sekolah. "Kok kesini?"

"Pijak punggung gue."

"Ga mau, ntar kakak keenakan."

"Enak dari mana?"

"Itu lihatin bawahan aku."

"Ga penting, buruan naik."

"Eh tunggu, ada telpon."

Azka terus berbicara dengan pihak di sambungan telponnya, tidak lama hanya 5 menit namun dapat membuat Kim kegerahan berdiri menunggu.

"Ck. Lama" Celutuk Kim.

"Iya, gue matiin. Ayo naik." Azka membungkukkan badannya, Kim dengan senang hati naik ke atas punggung suaminya itu. Setelah Kim sampai di dalam pagar, ia menunggu Azka untuk datang menghampirinya.

"Nunggu apa lagi?" Tanya Azka.

"Nunggu kakak masuk lah, ayo buruan kak. Mumpung gak ada guru yang jaga nih."

"Lo masuk ke kelas gih, gue mau ke kantor."

"Ceritanya kakak mau bolos? Oh gitu, paling aku kadu ke papa."

"Kadu aja, gue gak takut. Sana masuk kelas, belajar yang rajin." Seru azka bergegas meninggalkan area belakang sekolah.

...

"Tuan Azka bagaimana dengan presentasi karyawan saya, apakah bapak berkenan untuk bekerja sama dengan perusahaan kami?" Tanya Hans sedikit grogi.

"Saya terima kerja samanya, secepatnya saya akan menyuruh sekretaris saya untuk mengirim kontrak kerja samanya." Ucap azka beranjak dari tempat duduknya.

"Terimakasih tuan Azka."

Setelah Azka berpamitan dia langsung meninggalkan ruang meeting tersebut.

"Dasar pria tak bertanggung jawab." Celutuk Tania - Sekretaris Hans.

Tania berjalan menghampir pak Hans, ia tak enak hati karena membuat kekacauan di pagi hari.

"Maaf pak karena tadi saya telat, soalnya saya ditabrak sama tuh orang."

"Saya gak perduli, tapi jangan bicara yang enggak-enggak tentang rekan bisnis saya."

"Yaelah si bapak gak percaya. Saya di tabrak terus tuh ditinggalin begitu aja, bukannya ditolongin, sebel pak."

"Sekali lagi kamu bicara begitu, saya pecat kamu." Ancam Hans.

TBC.

Azkim [ON GOING]Where stories live. Discover now