17. Salah Paham

4.2K 429 774
                                    

Dengan amat sangat kesusahan akhirnya Vista sampai di depan pintu rumah Naresh. Tidak peduli pada tangannya yang terluka, Vista mengetuk pintu itu dengan keras.

Tok! Tok! Tok!

Derap langkah tergesa bisa Vista dengar dari luar sini, dia mundur satu langkah sebelum pintu terbuka dan menampilkan wajah Bi Indah.

"Om Naresh udah pulang, Bi?"

"Sudah, tapi Tuan lagi nungguin Nyonya pulang."

Mata Vista berbinar senang. "Jadi istrinya belum di rumah?"

"Iya, Non." Bi Indah memperhatikan penampilan Vista dari atas sampai bawah. "Ini kenapa, Non?"

Vista menggeleng saja, dia tidak ingin menjelaskannya. "Tolong bantu panggilin Om Naresh, Bi. Vista harus pergi sebelum istrinya sampai."

Bi Indah mengangguk kaku. Walau selalu heran dengan hubungan gadis muda ini dengan majikannya tapi dia memilih diam saja dan tidak bisa mencampuri urusan keluarga ini terlalu banyak. "Iya."

Setelah membiarkan Vista masuk dan duduk di atas sofa, Bi Indah berlari ke lantai atas untuk memanggil Naresh.

"Vista? Kamu baik-baik aja, 'kan?
Terus kamu kemana aja kok nggak bisa saya hubungi?" Naresh yang baru datang langsung menghujani Vista dengan beberapa pertanyaan.

"Vista nggak bisa cerita banyak."

Dahi Naresh mengernyit bingung mendengar respon dari Vista. Saat dia duduk di sebelah Vista, matanya membulat karena kaget. "Ini kenapa? Kamu habis jatuh?" tanyanya penuh rasa khawatir.

Vista yang ditanya begitu mengangguk singkat sebagai jawaban. "Vista mau bicara sesuatu."

Naresh tampak tidak peduli pada ucapan Vista, dia justru sibuk memperhatikan luka pada tubuh Vista dan pergelangan kaki gadis itu yang tampak membengkak. "Kita ke rumah sakit aja, ya?"

Gelengan kepala dari Vista sudah cukup untuk menandakan penolakannya terhadap tawaran Naresh.

Laki-laki paruh baya itu menghela napasnya, dia tidak bisa memaksa. "Istri Om sebentar lagi pulang, kamu ma—"

"Vista nggak mau jadi simpanan lagi."

Ucapan dari Vista membuat Naresh tercenung selama beberapa saat. Tidak bisa mengeluarkan respon lain selain tawa hambar, Naresh benar-benar bingung. "Maksudnya?"

Tangan Vista bertaut karena gelisah, melihat raut wajah laki-laki itu membuatnya sedikit ragu. "Vista rasa yang tadi udah cukup jelas."

"Alasannya apa, Vista? Apa Achio ngancem kamu lagi?"

Lama Vista terdiam, ingin mengatakan iya tapi jelas tidak boleh. Achio bisa melemparnya ke jurang jika berani mengadu. "Nggak, Vista cuma udah nggak pengen aja."

"Nggak mungkin!" sentak Naresh. "Pasti ada sesuatu yang bikin kamu jadi gini."

Sesekali Vista melirik ke segala arah, takut sekali jika Achio ternyata ada di rumah ini dan sedang memperhatikan mereka. "Om mending fokus aja sama kelurga, Vista nggak mau ikut campur lagi."

"Nggak ... ini terlalu tiba-tiba."

Vista menghela napasnya, tidak dia sangka urusan yang dia kira mudah ternyata tidak semudah yang dipikirkan.

"Kamu ngg—"

"Maaf, Vista harus pulang." potong Vista sebelum Naresh berbicara.

Sudah berdiri, tubuhnya kembali terduduk di atas sofa karena Naresh menarik tangannya. "Tetep di sini!!"

VistachioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang