- 02 -

33 35 20
                                    

- Happy reading -
-
-
-
-
-
◉‿◉

"Gue capek hidup gini terus." Gumam laki-laki itu. Pandangan menatap ke depan dan terlihat bangunan yang menjulang tinggi. Seperti mereka berlomba bangunan siapa yang paling sampai langit.

"Jay?" Panggil seseorang tepat di belakang laki laki ini.

Laki laki ini yang merasa di panggil Jay hanya bisa menghela nafas panjang. " Gue Edgar!" Pekiknya.

"Oh sorry!"

Laki laki tadi yang memanggil Edgar tersebut telah duduk tepat di samping Edgar kini. " Tumben bukan Jay?"

"Gue capek harus gini terus. Sikap Jay enggak pernah berubah." Keluhnya pada sang sahabat.

Deo menatap Edgar sebentar lalu berpaling. " Gue lebih suka sikap Jay, dari pada Edgar." Jujur Deo. Deo berulang kali berkata jujur seperti ini. Tanpa melihat sakit seorang Edgar di bandingkan dengan Jay. Entah berasal dari mana ia itu.

"Jay, sikapnya enggak pernah takut. Beda sama Lo, terlalu lemah." Jelas Deo.

Bukan maksud Deo membandingkan Edgar dengan Jay. Ini semua agar Jay terkalahkan dengan Edgar. Kali ini harus Edgar yang menang bukan Jay.

Edgar berdiri. "Saatnya dia datang." Setelah berbicara itu Edgar pergi. Deo membalikkan badan dan tersenyum miris

"Jay, Jay. Salut gue sama Lo." Setelah itu Deo juga ikut berdiri dan meninggalkan rooftop.

•------------•
ALTER EGO
-----------------------------

Alinne baru saja keluar dari toilet wanita. Ia masih berdiri di pintu toilet sambil merapikan sedikit bajunya. Keadaan depan toilet sunyi jadi bisa merapikan di tempat itu. Saat ia merapikan dasinya yang sedikit miring.

Ia melihat dua orang cowok yang satu nya berada di belakang yang di depan, sambil meneriaki cowok yang berjalan dengan angkuh. Alline tidak terlihat jelas wajahnya. Karna sungguh jauh jaraknya.

"Jay. Tunggu anjir." Pekik lelaki dibelakang itu.

Di saat mulai mendekat. Alline berusaha pura pura mendongak. Yang barusan ia dengar tidak salah apa? Jay?

Bukannya nama cowok itu Edgar. Dahi Alline mengernyit. Dan yah. Nama Edgar sama nama di mimpi Mitta sama. Kali ini fikiran itu di tepiskan oleh Alline. Mungkin saja kebetulan.

Edgar dan Deo sudah melewatkannya. Dan ia akan masuk ke kelasnya.

Setelah masuk kelas, Alline di kejutkan dengan keadaan kelas kosong. Dimana semuanya para murid murid di kelasnya ini. Ia langsung menelpon Mitta dan menanyakan keberadaan gadis tersebut.

Mitta memberitahu ia sekarang ada di belakang sekolah. Cepat cepat Alline bergegas, karena ada pertunjukan baku hantam. Alline sudah tau itu siapa?

Alline menerobos para murid murid. Dan ia sampai di mana Mitta berdiri. " Karena apa lagi? " Bisik Alline ke Mitta.

"Ntar gue kasih tau." Bisik Mitta kembali.

Alline hanya mengangguk.

Alline masih sedikit binggung dengan sekolah ini. Apabila ada bertengkar akan di masukan ke BK. Tapi lain dengan cowok ini yang sedang aduh jotos. Cowok yang di bawa cowok itu sudah habis kesadarannya karena tidak sanggup untuk melawan sang dewa kegelapan.

"Hidup Edgar!!" Ujar Deo kembali.

Tapi beda dengan batin Deo. Deo akan bilang hidup Jay.

Setelah membuat anak orang hampir sekarat. Edgar dengan enteng pergi entah kemana.

Semua murid pada hilang kembali ke aktifitas masing masing-masing. Alline dan Mitta pergi ke kantin untuk makan sekalian bergosip mengenai Edgar.

" Kak Edgar serem yah?" Ujar Mitta. Alline mengangguk sambil memakan bakso yang barusan ia pesan.

"Tapi gue pernah liat kak Edgar ada ketakutan di matanya." Jelas Alline. Ya, Alline pernah tidak sengaja menguping Edgar sedang berbicara sendiri di toilet. Alline tidak sengaja masuk ke toilet cowok karena ia dikejar oleh guru BK di karena kan terlambat datang. Ia mengintip Edgar sedang menangis.

"Kapan njir?" Tanya Mitta.

"Minggu lalu."

"Tapi kenapa dia ngak pernah masuk BK?" Tanya Alline.

"Karena ini sekolah punya grandpa nya kak Edgar."

"Pantes, sesuka dia."

•----------•
ALTER EGO
------------------------

"Edgar bodoh!" Teriakan itu berasal dari sang papa.

Edgar hanya bisa diam ketika di kata kata kan dengan tidak baik. Semua orang yang ada di dalam rumah itu tidak bisa ikut andil membela Edgar. Semua takut akan kemarahan sang papa. Mama Edgar hanya bisa menangis di sofa sambil menatap anak ke duanya itu. Kakak Edgar, Gibran hanya bisa menahan amarah ketika melihat adiknya di marahin seperti itu.

"Papa udah bilang habisin dia! Kenapa enggak di habisin Edgar!" Yaps, cowok yang tadi ia hampir habisin karena suruhan sang papa. Papa tau Jay ada di diri Edgar. Jay datang karena perbuatan sang papa.

"Salahkan Jay! Bukan Edgar pah." Lirihnya.

"Kalau Jay pergi seharusnya kamu yang melanjutkan Edgar!" Kali ini papanya mencekik leher Edgar dengan kuat. Sampai wajah Edgar memerah dan urat urat di lehernya terlihat jelas.

Plak.

Tamparan itu melayang mengenai pipi kiri papanya Edgar. Tangannya mama Edgar kini sudah gemetar, ia melakukan kesalahan karena sudah menampar suaminya. Tetapi kalau tidak seperti ini anaknya yang akan mati. Karena itu ia memberanikan diri.

"CUKUP!!" Ujar Maya-- mama Edgar.

"Cukup mas." Lirih Maya di dada nya sang suami dengan menangis.

Papanya Edgar terdiam setelah itu mendorong tubuh sang istri. Dengan cepat Edgar menangkap sang mama kalau tidak sudah jatuh dan terbentur ke lantai.

Setelah melakukan itu papa Edgar pergi. Edgar memeluk mamanya." Edgar enggak papa ma. Mama jangan seperti ini, nanti mama sasaran papa. Cukup Edgar aja, mama sama kak Gibran jangan ikut-ikutan." Jelasnya dan mengantarkan mamanya ke pelukan Gibran.

"Lo mau kemana?"

"Mau bunuh sih bajingan itu." Desisnya geram.

"Jangan kotorin tangan Lo Jay!" Pekik Gibran.

••••
-
-
-
-
-
- Sampai jumpa di chapter Selanjutnya -

EDGAR Where stories live. Discover now