Bedanya Davin masih bisa diselamatkan dan disembuhkan traumanya di panti asuhan ini. Tapi Azka tidak, ia akan terus merasakan mimpi buruk itu hingga mungkin seumur hidupnya.

_________


Galeri Bumi Emas

Pukul satu siang ketika kegiatan mengajarnya hari ini sudah berakhir, Anora beralih lagi menuju daerah lain di ibu kota ini. Saat ini sedang berada di salah satu galeri keramik yang mengadakan workshop pertama mereka di tahun ini.

Anora mendapatkan info tentang Galeri Bumi Emas dari pencarian di Instagram. Biaya yang ditawarkan menimati setiap hasil karya di sini cukup murah begitupun dengan produk yang dijualkan.

Ia tengah berjalan sendirian di galeri besar ini. Para pengunjungnya tak ramai, tapi tak membuat tempat ini sepi. Anora menyukai suasananya yang tenang dan aroma tanah liat yang begitu khas.

Langkahnya sedang tertuju menatap guci besar berwarna merah dengan motif kucing di dalamnya. Guci yang indah mengingatkannya dengan hasil karya pertamanya dulu.

"Kalo guci Anora ini bisa dijual nggak, Yah?"

"Nggak. Karena gucinya jelek."

"Abaaang yang jelek!"

Diam-diam Anora terkikik ketika mengingat kejadian masa kecilnya dulu. Benar kata Juna, gucinya memang jelek saat itu bahkan tak bisa dijual juga.

Lalu satu kalimat dari ayah memberitahunya pasal guci buatannya itu.

"Ayah, guci punya Nora bagus, 'kan?"

"..."

"Masa kata abang jelek."

"Guci kamu emang jelek, tapi itu akan menjadi benda berharga buat kamu. Kamu harus inget ini, kalo guci ini adalah buatan kamu yang paling pertama. Kalo udah besar nanti, kamu bisa bandingin dengan buatan kamu yang lebih bagus dari ini."

Beliau memang boleh dingin dengan wajahnya, tapi tidak dengan hatinya. Ayah lembut dengan segenap hati dan jiwanya. Terlebih lagi untuk anak perempuan yang sangat ia sayangi dan begitu mencintainya.

Anora berbalik untuk mencari objek lainnya untuk ia amati. Di saat itu juga, dari belakangnya, ia langsung disambut dengan kedatangan seorang pria yang tak sengaja lewat di dekatnya.

"Pak Azka?"

Melihat keberadaan sosok tersebut, lantas Anora tersenyum sambil membungkukkan sedikit kepala untuk menyapanya. Cukup mengejutkan bisa melihat orang penting Elephant Love berada di tempat ini juga.

Tapi Anora pikir, ia merasa punya hubungan dengan sosok satu ini.

Azka berjalan menuju ke sampingnya. Pandangan pria ini tertuju menatap guci merah dengan motif kucing yang ada di depan Anora itu.

"Gimana kabar kamu?" celetuk Azka.

"Sa-saya Pak?" tunjuk Anora ke dirinya sendiri.

Azka mengangguk.

"Saya baik kok, Pak."

Lalu pria ini tertawa.

"Santai, Ra. Kita lagi di luar, jangan panggil 'Pak' gitu."

Anora tak tahu harus membalas apa, tapi Azka begitu santai bersamanya sekarang. Ia mengenal pria ini dulunya, di satu sekolah yang sama.

"Azka," panggil Anora dan ia menghadap ke arahnya segera.

"Ya?" Azka berbalik ikut menghadap ke arahnya juga.

"Aprilion Azka, benar? Kita satu kelab dulu, di kelab penggemar literasi. Kalo kamu inget."

butterfly disaster Where stories live. Discover now