Bagian duapuluh delapan

14.9K 875 22
                                    

Happy reading 🤍

__________


"Bisa selesai hari ini?" tanya Aby pada Raffa yang masih menghadap komputer.

"Nanti malem selesai," jawab Raffa.

Aby mengangguk-angguk kemudian kembali memakan kacang kulit sambil tiduran. Merasa lega karena akhirnya masalah terselesaikan. Baru hari ini ia bisa bersantai seperti ini.

Saat ini mereka hanya berdua di rumah Raffa. Raffa meliburkan anak buahnya yang sudah bekerja keras dari dua hari kemarin dan Raffa yang akan menyelesaikannya malam ini.

"Rokok lo mana?" Aby yang bertanya.

Raffa reflek menolehkan kepalanya. "Lo ngapain nyari rokok?"

Aby berdecak. "Ya gue pengen."

Raffa melempar permen yang ada di mejanya pada Aby lalu kembali fokus ke komputer. "Makan tuh permen."

"Lo udah gak pernah ngerokok, By." sambung Raffa.

Aby kesal karena hanya diberi permen tapi tetap membukanya untuk dimakan. Mukanya terlihat berpikir.

"Eh, iya juga ya. Terakhir pas gue mau nikah, abis nikah gue gak pernah lagi," celetuk Aby.

"Baguslah. Zara gak suka bau rokok," sahut Raffa.

Aby menatap Raffa heran. "Kok lo tau?"

"Apa sih yang gak gue tau tentang Zara?" ucapan Raffa terkesan santai. Berbeda dengan Aby yang terus mengejar jawaban dari Raffa.

"Gue serius, anjing. Kok lo tau?"

"Zara takut hantu, Zara takut gelap, Zara gak suka bau rokok, Zara suka es krim. Apalagi, ya?" Raffa tambah memancing emosi Aby.

"Oh iya, Zara juga gak bisa minum kopi. Dia langsung pusing kalo abis minum kopi."

Bugh

"Sakit, anjir! Lo kalo mukul gak kira-kira," sungut Raffa.

Aby tertawa melihat ekspresi Raffa yang kesal setelah ia memukul belakang kepala Raffa. Raffa terlihat mengusap bekas pukulan itu kasar.

"Lo yang mulai."

Raffa mengendikkan bahunya acuh. "Sejak kapan lo peduli sama Zara? Dulu, lo nikah aja kaya gak niat," sarkas Raffa.

"Zara gak seburuk yang gue bayangin ternyata. Orangnya asik juga," sahut Aby.

Raffa tersenyum miring. "Dari awal lo liat dia dari apanya sih? Liat dari luar aja udah keliatan Zara itu orangnya kaya apa."

Aby diam tidak menjawab ucapan Raffa. Dari awal pertemuan mereka di bandara, Aby sudah mengagumi pesona Zara yang bisa dibilang jarang dimiliki orang lain. Semakin lama Aby mengenal Zara, dapat Aby simpulkan bahwa Zara itu cantik luar dalam.

Raffa menoleh kepada Aby yang tadi diam sejak Raffa mengatakan hal barusan. Dilihatnya Aby seperti orang kesurupan yang senyum-senyum tidak jelas. Raffa jadi merinding sendiri.

"Gue mau ke supermarket, lo mau ikut gak?"

"Hah?" Aby menatap Raffa cengo.

"Hah-heh hah-heh, lo abis mikirin apa? Senyum-senyum gitu kaya kesurupan."

Aby berdehem singkat untuk menetralkan raut wajahnya. "Ngapain?"

"Beli apa aja yang bisa dimakan," jawab Raffa dengan ketus.

"Kaya cewek PMS lo. Gue nitip es krim terus anterin ke rumah gue, ya. Kasihin ke Zara."

Gerakan tangan Raffa yang sedang memakai jaket terhenti. "Kenapa lo gak beli sendiri sekalian pulang nanti?"

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang