Bagian sembilan

14K 951 3
                                    

Jangan lupa vote comment

Happy reading 🤍

__________

Zara melirik Aby yang berada disampingnya. Zara  merasa heran kenapa bisa Aby bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal Aby sangat panik saat take off dan landing tadi. Bahkan Aby tidak melepaskan tangannya dari Zara di pesawat. Kenapa sikapnya berubah seperti ini lagi?

Sebenarnya Zara sedikit kecewa dengan perubahan sikap Aby yang seperti ini. Aby suka berubah-ubah terhadapnya. Tetapi dari perubahannya itu, yang paling sering ia tunjukkan pada Zara adalah seperti sekarang ini. Dingin seolah tak tersentuh. Zara kembali memikirkan perkataan Raffa sebelum ia berangkat.

Cinta pertama Aby.

Walaupun tidak dikatakan oleh Raffa secara langsung, tetapi Zara mengerti maksud dari perkataan Raffa. Zara tidak berharap menjadi cinta pertama Aby, tetapi Zara takut jika ia-lah yang menjadi penyebab kandasnya hubungan mereka.

"Sudah sampai," ucap Aby datar.

Mobil yang dikendarai mereka sudah sampai di parkiran apartemen Zara. Aby sudah turun dari mobil untuk menurunkan barang-barang Zara di bagasi.

"Terima kasih, Mas Aby," ujar Zara setelah menerima barangnya.

"Saya duluan. Assalamualaikum." pamit Aby kemudian masuk kedalam mobil lagi dan meninggalkan parkiran. Tanpa menjawab ucapan terima kasih dari Zara.

"Waalaikumussalam."

Zara tersenyum masam melihat kepergian Aby. "Gitu aja ya?" tanya Zara pada diri sendiri.

Zara meninggalkan halaman parkir dan langsung menuju apartemennya. Saat membuka apartemennya, yang dilihat Zara pertama kali adalah lampu utama yang sudah menyala, televisi yang juga menyala tanpa ada yang menonton, juga bau mie instan yang sepertinya baru dimasak. Zara semakin memasuki apartemennya dan melihat Alea yang sudah sibuk sendiri di dapur.

"Ternyata beneran ngerampok kamu, Al," ceplos Zara dengan tangan bersedekap dan tubuh yang ia sandarkan di pantry.

Alea berjengit kaget dengan perkataan Zara yang tiba-tiba. Alea berbalik dengan wajah kesal.

"Suara lo ngagetin. Kaya ketauan maling rasanya."

Zara mengangkat alisnya. "Pernah maling kamu, Al?" tanya Zara sambil mengambil minuman di pantry.

"Ini lagi maling di rumah lo."

Alea sudah kembali fokus pada kompor untuk menyajikan mie instan yang belum sempat ia angkat tadi. Sedangkan Zara menuju kamarnya untuk membereskan barang-barang dan membersihkan diri. Setelah selesai, Zara menyusul Alea yang sedang duduk di sofa dengan televisi yang menyala di hadapannya.

"Lo lama banget pulang, Zar. Pasti ada apa-apa nih," tebak Alea.

"Yaa, begitulah."

"Cerita cepetan. Eh tapi, gue baru liat deh, ini cincin. Bagus banget, beli disana?" Alea memegang salah satu jemari Zara yang terpasang cincin.

Tahta Hati [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora