Bagian duapuluh enam

15.1K 921 4
                                    

Sebel, sering banget kepencet publish 😤
Maaf yaa gengs, ini update beneran deh..

Jangan lupa vote comment

Happy reading 🤍

__________

Zara masih terus memandangi hasil photobox mereka tadi. Lebih banyak pose Aby yang belum siap dan Zara yang banyak tertawa karena ekspresi Aby. Aby dan Zara sama-sama tidak bisa serius saat pengambilan gambar.

"Diliatin terus. Naksir ntar," celetuk Aby masih fokus dengan kegiatan menyetirnya.

Udah lama naksirnya, Mas Aby.

Tentu batin Zara yang berbicara. Zara belum mau mengutarakan hal itu secara gamblang pada Aby. Belum waktunya.

"Muka Mas Aby absurd banget. Lucu liatnya," ujar Zara.

Aby mendengus kesal. "Lagian timer nya cepet banget. Untung tetep ganteng."

Zara tertawa. "Yakin banget kalo kamu ganteng, emang ada yang mengakui?"

"Ada. Kalo ada berita tentang aku, pasti kata 'tampan' gak pernah lewat. Eh, jangan-jangan kamu gak ngakuin aku ganteng, ya, Ra?"

Zara baru tahu jika Aby bisa narsis. Zara pura-pura berpikir. Kemudian jari telunjuk dan jempol kedua tangannya disatukan hingga berbentuk persegi lalu diarahkan ke wajah Aby. Zara menggeleng.

"Biasa aja."

Aby menoleh ke arah Zara sebentar lalu kembali menatap jalan lagi. "Mata kamu rabun jauh kayanya. Perlu aku deketin muka aku, gak?" goda Aby kemudian mendekatkan mukanya pada Zara.

"Eh eh, fokus nyetirnya nanti nabrak!" sela Zara cepat. Padahal Zara salah tingkah melihat wajah Aby dari dekat.

Aby malah nyengir dengan tangannya yang membentuk 'V' sebagai tanda perdamaian.

"Aku gak minus tapi liat kamu selalu cantik lho, Ra."

Ucapan Aby kelewat santai. Sedangkan jantung Zara yang tidak santai. Pipi Zara sedikit memerah mendengar langsung dari mulut Aby. Kali ini Aby mengatakannya tulus dari hati. Bukan karena reflek saat mereka bertunangan beberapa bulan lalu.

Zara berdehem pelan untuk menetralkan detak jantungnya. Matanya menghadap ke arah selain Aby. "Aku juga gak minus kali," ucap Zara pelan.

Aby tersenyum. "Mau makan dimana?" tanya Aby mengalihkan pembicaraan. Kasihan jantung Zara nanti.

Raut wajah Zara seketika berbinar setelah Aby mengatakan itu. "Aku tau tempat makan sekitar sini yang enak," sahut Zara antusias.

"Beneran?"

Zara mengangguk. Setelahnya Zara menjadi penunjuk arah bagi Aby. Tidak ada 15 menit, mereka sudah sampai di tempat makan pinggir jalan. Lokasi ini sangat dekat dengan apartemen yang sempat ditinggali Zara dulu.

"Kita makan di pinggir jalan?" Aby bertanya untuk memastikan.

Zara yang baru melepaskan seatbelt langsung menoleh ke Aby. "Kamu gak pernah?" Zara balik bertanya.

Tahta Hati [End]Where stories live. Discover now