Bagian duapuluh tujuh

14.9K 908 4
                                    

Haii, jumpa lagi. Maaf aku ngilang lagi karena mood aku baru membaik :)
Tapiii, sebagai gantinya aku double update !!!

Happy reading 🤍

__________

"Selamat pagi."

Zara menoleh ke arah sumber suara kemudian senyumnya mengembang begitu melihat sosok yang menyapanya barusan.

"Selamat pagi, Mas Aby," balas Zara.

Aby menempatkan diri di hadapan Zara yang tengah fokus menyusun piring di atas meja. Hari ini Zara hanya menyiapkan roti panggang untuk sarapan. Aby dan Zara sama-sama terlambat bangun pagi tadi.

"Maaf, sarapan hari ini cuma sama roti," ungkap Zara sambil meletakkan roti di atas piring Aby.

"Gak usah disiapin sarapan juga gak masalah, Ra," balas Aby santai.

Zara menghela napas pendek. "Gak usah berangkat kerja kalo gak sarapan."

Aby tersenyum manis. "Ya udah, kita lanjut tidur lagi aja, yuk." Aby bangkit dari duduknya namun Zara sudah memegang pundak Aby dan menyuruhnya untuk duduk kembali.

"Gak ada, sarapan udah disiapin ya berarti berangkat kerja," tutur Zara tajam sambil duduk di kursinya.

"Baru tau kalo bisa galak," lirih Aby.

"Apa?"

Aby melirik Zara sekilas. "Kamu tau gak, Ra? Kamu tidurnya ngiler banyak banget semalem."

Zara mengangkat sebelah alisnya dan meneliti gelagat Aby. Sedikit tidak percaya dengan ucapan Aby.
"Bohong, aku gak pernah ngiler tau."

"Piyama aku sampai kaya abis kebanjiran gitu."

Zara berdehem singkat. Tidak bisa menafikan jika Zara juga terkadang ngiler saat tidur, walau tidak sering. Itu hal normal seorang manusia. Tetapi jika Zara sangat lelah, air liurnya memang lebih banyak. Semalam Zara benar-benar menjadikan dada Aby sebagai bantal. Zara tidak mau membayangkannya jika yang dikatakan Aby benar.

"Mas Aby terlalu melebih-lebihkan, aku jarang ngiler tuh," kilah Zara.

"Jarang itu bukan berarti gak pernah. Semalem lagi apesnya aku kayanya."

"Kita lagi makan, Mas. Kenapa bahas gituan sih?"

Zara mengambil rotinya dan memulai sarapan. "Salah sendiri tidurnya meluk aku semaleman," sambung Zara.

Aby menahan tawanya setelah mendengar ucapan Zara barusan. Lelaki memang selalu salah di mata perempuan.

"Tapi lelap banget tuh, sampai kesiangan bangunnya," goda Aby. Aby suka sekali melihat ekspresi Zara sekarang. Suapan Zara pada roti di hadapannya seperti ingin memakan manusia sambil membayangkan wajah Aby yang menyebalkan.

"Aku kesiangan karena bangunin kamu. Aku cubit pipi kamu berkali-kali gak bangun-bangun tadi pagi. Kayanya kamu deh, yang terlalu nyaman meluk aku." Zara membalikkan perkataan Aby.

Aby mengangguk kemudian menjawab spontan. "Memang."

Kunyahan Zara terhenti sejenak. Tanpa sadar pipinya sedikit memerah. Entah perasaan senang macam apa ini. Mungkin karena Aby merasa nyaman pada Zara? Selanjutnya Zara melanjutkan sarapan dengan diam. Zara tidak ingin berdebat dengan Aby lagi.

Aby tersenyum tipis. Zara tidak ingin diganggu lagi sepertinya. Belum selesai sarapan, ponsel Aby berdering lama. Aby melihat nama yang tertera disana dan langsung mengangkatnya. Zara melirikkan matanya sebentar.

Tahta Hati [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang