24

3.8K 424 57
                                    

Kamu mungkin sepaham dengan chika. Solusi paling mutakhir untuk melupakan kesulitan secara instan adalah melancarkan lamunan yang di sisipi khayalan.
Iya, benar. Lamunan dengan khayalan. Lamunan setinggi-tingginya. Seluas-luasnya. Semuluk-muluknya!
Solusi mudah yang tidak butuh perangkat apa-apa, tidak perlu ruang dan waktu. Tidak butuh duit. kamu hanya butuh rongga kepala yang di kosongkan, dan kesempatan yang tidak diusik orang lain.
Chika menjalankan teori ini dengan keyakinan yang ia bangun sendiri. Dunia sudah antipati terhadap dirinya. Mulai mencurigai. Chika kalah melawan mereka. Jadi ia memang harus membangun dunia sendiri. Tentu chika tidak sendiri. Ia juga menyertakan orang lain di dalamnya. Seseorang yang selalu chika lambungkan namanya di dalam doanya. Ara.

Ketika ara pamit untuk ke kamar mandi, dinda tergopoh-gopoh mendekati chika yang duduk di ruang tamu. Keduanya memutuskan untuk menginap kebetulan ara tidak punya kegiatan besok.
Pukul 15.00 terasa cepat setelah bangun tidur mereka memutuskan untuk mengobrol sebentar. Ara lebih dulu pamit karena merasa tidak enak dengan bau badannya, sedangkan chika sudah rapi dari pagi.
Dinda membuka ipad nya duduk bersila di samping chika
"Harusnya hari ini lu udah mulai kerja, gaenak batalin janji gitu aja cuman karena lu masih kepengin pacaran" dinda pusing, ia baru saja selesai mengatur jadwal chika yang baru setelah beberapa pertemuan yang tidak terlalu penting harus terpaksa di undur. Tentu saja itu atas keinginan chika yang selalu semaunya.

"Yang penting gak batalin janji buat datang ke grand launching produk baru Xiaomi" Chika nyengir, ikut melongokan kepala mengintip layar ipad yang sedang dinda pegang. Perempuan itu nampak serius

"Sabtu minggu aku kepengin di kosongin dong kak, pengen punya waktu buat diri sendiri, cape banget nyengir terus depan kamera"
Dinda menggaruk kepalanya prustasi yang tentu saja di hadiahi tawa lebar oleh chika.
"Kebanyakan yang undang lu di hari itu, untung beberapa email masuk belum gue acc. Gila, ngeles pake cara apa lagi biar nggak kelihatan sombong banget"
Dinda mengunyah kentang goreng
"Jo nanyain lu, dia mau dateng ke sini"
Chika melotot seperti ingin menerkam dinda secara bulat-bulat
"Lu bilang kalau gue ada di sini?"
"Emang pernah gue ngasih informasi tentang keberadaan lu sama orang lain sebelum gue minta persetujuan lu dulu?"
Chika menurunkan tensinya yang sudah naik, memandang dinda dengan lesu
"Sedekat apa jo sama mama lu?"
Chika mendengus malas, moodnya makin anjlok
"Makin kesini gue makin muak, jo kaya udah mulai berani, gue risih kak"
Dinda menoleh dengam mimik wajah prihatin. Sungguh malang perempuan yang sedang di mabuk asmara itu tidak bisa bergerak bebas.

"Kalo jo udah berhasil ngambil hati orang tua lo. Kemungkinan besar tahap buat deketin lu makin punya jalan lebar. Yang gue tau jo anaknya gak pernah macem-macem, tapi kalau udah urusan hati mustahil nggak ada pergerakan apapun dari dia, jo tipe orang yang keras kepala juga..."

"Lu mikir jo bakal ngelakuin sesuatu kak?" Chika dilanda rasa resah, dinda mengangguk ragu dengan pandangan yang sulit di artikan
"Makanya gue mohon banget jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh chik, kontrol diri lu kalo lagi sama dia. Lu gak tau siasat apa yang lagi jo bangun buat dapetin lu"
Chika tidak paham, dinda menajamkan tatapannya dengan raut serius
"Tuhan bisa membolak balikan hati manusia. pilihannya cuman dua. Ketika jo gak bisa dapetin lu, maka dia akan ngincer karir lu. Paling parah, antek-anteknya pasti nyari tau orang yang lagi lu sukai"

"Tapi jo gak mungkin ngelakuin hal se jahat itu kak..."
Dinda tersenyum tipis
"Gak ada yang gak mungkin di dunia hiburan kaya gini. Gue cuman minta sama lu buat terus hati-hati..."
Kemudian bayangan ara muncul, perempuan itu berjalan menuju kamar tamu dengan malu. Tubuhnya di balut handuk. Chika dan dinda mengalihkan pandangannya keduanya tersenyum. Ara segera berlari terbirit-birit memasuki kamar. Dinda melebarkan senyum
"Pacar lu gemes"
"Jangan macem-macem kak" Nadanya sinis. Chika segera pamit menyusul ara.
Perempuan itu nampak kebingungan
"Sayang masa harus pake baju kemarin" Ara merengut,
"Itu kan bajunya udah aku siapin, kak dinda yang beliin. Semuanya baru kok"
Ara berjalan melewati chika mengitari tempat tidur, bajunyaa di simpan di sebrang berlawanan dengan tempat ia berdiri. Ara menoleh menapati chika yang tersenyum di belakangnya.
"Ngapain liatin? keluar dulu sana"
Chika menggeleng "Nggak!"
Ia menutup pintu sedikit kasar, bunyinya mengundang tatapan curiga dari dinda.
"Chika jangan zinah di kamar tamu gue!" Samar-samar mereka mendengar teriakan dinda dari luar. Chika terkekeh mendekati ara. Mencium kedua pipi perempuan itu, lalu mencuri cium di bibirnya sekilas. 
"Aku tunggu di luar yaa"
chika segera meninggalkan ara sebelum terjadi sesuatu yang di inginkan. Ia kembali menghampiri dinda
"Sebagai pacar yang pengertian, memperlakukan pasangan dengan baik itu harus. Ya misalkan nyiapin baju..."
Dinda menyeruput kopinya yang masih panas "Gue kira mau ngapain, awas aja lu macem-macem di rumah gue"
Chika tidak lagi bicara, sambil menunggu ara ia menatap layar ponselnya. Melihat berita-berita memuakan yang ingin sekali chika lenyapkan dari permukaan.
Ia menekan salah satu berita yang berhasil mencuri perhatiannya. Judulnya aneh.  Di psting beberapa menit yang lalu. Mula-mula chika menganggap itu biasa saja, tapi setelah di telusuri, ia melihat foto dirinya yang tidak terlalu jelas tengah berpelukan dengan seseorang. Matanya sudah mulai getir, dadanya berdebar. Ia menulikan telinga ketika dinda berbicara. Tangannya terus bergerak. Ia menemukan satu fotonya lagi, terlihat tengah mengecup pipi seseorang. Menggulirkan layar ponselnya lagi, foto dirinya tengah bersandar di bahu seseorang. Chika tentu saja tahu tempat dan kapan foto itu di ambil. Itu betul dirinya, tapi seseorang itu sengaja di blok dengan gambar buram tidak jelas. Yang bikin chika kaget adalah Headline news "Di gossipkan dekat dengan lawan mainnya, terlihat YT tertangkap tengah berkencan dengan seorang perempuan"

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now