5

5.4K 445 4
                                    

Tidak ada pagi yang lebih baik dan indah dari pagi seorang Zahra nur, setelah masa pemulihannya chika tidak lengah sedikitpun memastikan keadaan perempuan itu untuk selalu baik-baik saja. Ara di rawat dengan begitu baik, bahkan hal-hal kecil yang selalu ara spelekan chika perhatikan. Perempuan itu seakan menjelma menjadi seorang ibu yang mengurusi anaknya yang sakit dan membagi waktunya mengerjakan kewajibannya sebagai seorang pekerja yang profesional, bagaimanpun juga pekerjaan itu adalah tugas dan tanggung jawabnya yang tidak boleh ia tinggalakan. Chika sudah cukup merepotkan Jonathan akhir-akhir ini, ia tidak mau kalau terus-terusan harus menaruh bebannya pada laki-laki sebaik jo. Ia akan memanfaatkan waktu luang mengejar deadline ketika ara sedang tertidur, mengabari mamanya mencari-cari alasan agar masih bisa di beri izin menginap lebih lama di kost ara. Keadaan gadis itu memang sempat memburuk selama dua hari, ara bahkan lebih banyak tidur meskipun chika ada di sana. Biasanya ara akan rewet, meminta ini-itu pada chika, atau kalau sedang di serang demam yang mulai tinggi, ara selalu memaksa di belikan minuman dingin. Gadis itu memang aneh.
Terkadang sesekali anin atau sisca yang merupakan teman kost ara ikut membantu chika menjaga anak itu ketika dirinya bekerja.

"Kenapa enggak dibawa ke rumah sakit aja chik?" usulan dari anin beberapa hari yang lalu chika tolak dengan alasan ia ingin merawat ara dengan tangannya sendiri, toh setiap sore ada dokter panggilan yang memastikan keadaan ara, chika tidak perlu khawatir untuk itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi setelah chika terbangun dari jam 5, ia belum sempat mebersihan tubuhnya sebab ada pekerjaan yang minta lebih dulu untuk diperhatikan, ia tidak mungkin mendapat omelan lagi dari atasannya cuman karna pekerjaannya yang belum selesai. Matanya memperhatikan ara yang masih tertidur dengan tenang, meski mau selelah appaun ia saat ini, jika pertama kali yang ia lihat adalah sosok perempuan yang ia sayangi, lelah itu tidak pernah ia raskaan.

Berapa saat setelah itu, ara terbangun dari tidurnya, matanya langsung menangkap sosok chika yang meringkuk di sebelahnya, ia menyentuh kening perempuan itu dengan hati-hati, menyibakan rambut yang sedikit menutupi wajahnya. Ara terenyuh bagaimana chika selalu menjaganya dengan hati-hati sepanjang waktu, merawatnya dengan penuh kasih sayang yang tidak pernah ia dapatkan dari siapapun kecuali dari kekuarganya. Kening chika mengerut ketika merasakan pergerakan tangan ara yang mengelus alisnya pelan, terlihat begitu jelas wajah kelelahan gadis itu, kantung matanya sedikit membesar, rambutnya yang berantakan, ara tidak pernah melihat chika sekusut ini. Ah dirinya terlalu merepotkan orang lain. Tangannya bergerak menarik selimut guna menutupi tubuh chika, setelah mendaratkan kecupan singkat di kening gadis itu ara beranjak dari tempat tidurnya, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, hari ini ia merasa lebih baik, tubuhnya tidak terlalu lemas pun dengan kepalanya, ia tidak merasa pusing. Apa ara sudah pulih?

"Chika masih tidur?" Eli melongokan kepalanya ke dalam melihat sekitar, ia memberikan dua bungkus bubur ayam yang ara titipkan padanya sebelum pergi keluar. Ara menerima itu setelah mengucapkan banyak terimakasih

"Lu udah sehat?" eli meneplkan punggung tangannya ke dahi ara, "Udah gak demam syukur deh" ara mengangguk

"Mau masuk dulu enggak kak? Sarapan bareng atuh hayu"

"Aduh, gue masih banyak kerjaan ra, nanti deh ya gue kesini kalo udah kelar cucian gue belum di jemur"
Ara kembali mengangguk, mentup kembali pintu kamarnya setelah mengucapkan berkali-kali terimakasih pada eli temannya, Ia bersyukur di kelilingi orang-orang baik.

Ara berjalan membawa nampan yang di atasnya ada dua mangkuk bubur dan dua gelas susu coklat hangat, menaruhnya di atas karpet dengan hati hati. Bibirnya tersenyum sebelun akhirnya tubuhnya merangkak naik ke atas tempat tidur.

"Sayang bangun" Bisik ara pelan, tangannya mengelus pipi chika dengan gerak lambat. Gadis itu terusik, matanya mengerjap pelan sebelum akhirnya bibirnya melengkungkan senyuman yang lebar. Nafas hangatnya menderu menerpa wajah ara yang berada di atasnya. Ara tak kuas menahan gemas ketika chika masih belum sepenuhnya sadar

"Sayang mau peluk" desah chika pelan, suaranya sedikit serak, tangannya terlentang menunggu ara menyambut pelukannya. Dengan senang hati, ara meraih tubuh cika pada pelukannya, merengkuhnya erat, menghirup dalam dalam aroma tubuh gadis itu yang sudah jadi candu. Hatinya melepaskan pelukannya chika bertanya yang di angguki ara

"Makasih udah rawat aku sebaik ini ya, maaf banget aku selalu ngerepotin kamu" ada nada sedih yang keluar dari mulut ara, chika melepaskan pelukannya menatap ara dengan teduh

"Kamu pasti cape banget"

"Enggak sayang" Chika tersenyum "Aku seneng bisa rawat kamu sampe pulih, aku bahagia karna setiap tidur aku bisa peluk dan lihat kamu"

"Tapi kamu cape" ara mendesah sedih
"Aku kaya yang sering banget repotin kamu, padahal aku tau masih ada hal penting yang harus kamu urusin"

Chika menggeleng kuat, matanya menatap sayu ara yang terlihat menekuk wajahnya. Tangannya bergerak menarik kepala itu mendekat ke arahnya, bibirnya mendarat beberapa detik di sudut bibir ara. Keduanya tersenyum sebelum kembali menarik kepalanya masing-masing

"Aku enggak bakal ngerasa cape kalo itu soal kamu," Chika menjeda sebentar sebelum melanjutkan "Kamu obat dari segala rasa yang aku rasain, berhenti bilang kalo kamu ngerepotin aku"

Ara tersenyum, kalo ada kata yang bisa ia ucapkan lebih dari kata sekedar terimakasih, ia akan ucapkan itu berkali kali. Ara bahagia, ingin selalu bersama chika.

"Mau mandi dulu atau sarapan dulu?" tanya ara lembut, tangannya sibuk meraphikan rambut chika yang berantakan
"Aku tadi nitip bubur sama ceu eli, nanti kita sarapan bareng ya"

"Mau peluk kamu aja, aku kangen" Chika mengeratkan pelukannya, matanya terpejam menikmati moment yang ada Meski tiap hari bersama ara dan memeluknya

Chika mengecek ponselnya setelah selesai sarapan dan membersihkan badannya. Ia mendapati beberapa notif chat dari rekan kerjanya, tangannya bergerak ke atas melihat beberapa chat lain di sana. Ia menemukan chat mamanya yang memberi tahu kalau mamanya akan pergi ke medan besok dan beberapa panggilan tak terjawab di sana. Chika kembali menggerakan jarinya, berhenti pada chat jonathan

Bisa ketemu nanti sore? Ada yang perlu kita bahas

Chika segera membalas mengiakan ajakan jonathan, mungkin masalah pekerjaan fikirnya. Memang dari kemarin chika tidak melihat laki-laki itu di tempat kerja

"Mikirin apa?" ara datang dengan hair dryer di tangannya, membantu chika mengeringkan rambutnya.

"Enggak ada sayang, cuman lihat chat mama dia izin pergi ke medan besok" Chika memperhatikan pantulan dirinya dan ara di cerim bibirnya tersenyum melihat ara yang dengan hati-hati mengeringkan rambutnya.

"Kamu enggak mau pulang dulu ketemu mama? Kan udah lumayan lama enggak pulang"

Chika berpikir sejenak, ara benar bagaimana ia bisa meninggalkan rumah dan jauh dari mamanya akhir akhir ini. Tentu saja ia sangat rindu pada keluarganya meski sering mengabarinya lewat video call

"Nanti sore aku pulang ya, kamu engga papa aku tinggal?" chika sedikit ragu, pasalanya keadaan ara baru saja membaik, ia takut anak itu kenapa-napa

"Di sini kan ada kak sisca sama kak anin, ceu eli juga. Jadi kamu engga perlu khawatir aku pasti baik-baik aja kak"

Chika tertawa "Kamu random banget kalo manggil aku ya, kenapa nggak manggil sayang aja sih ra?"

"ihh" ara mendorong bahu chika pelan seraya menjauhi perempuan itu karna tugasnya sudah selesai.

"Nanti aku panggil sayang di depan mama kamu tau rasa" ara mengancam yang di tanggapi dengan kekehan kecil oleh chika

"Kapan kapan main ke rumah ya ra, ketemu mama sama papa aku" chika memutar tubuhnya menghadap ara yg duduk di ujung tempat tidur sedangkan dirinya masih betah duduk di meja rias. Ara tidak langsung menanggapi matanya sibuk melihat layar laptop di depannya

"Araa"

"Iya kak chika" Jawab ara cepat "Nanti kalau mama kamu pulang dari medan, kan besok udah harus berangkat,"

"Kapan bisa latihan?" Chika mengalihkan topik, chika merasa ara selalu terlihat enggan membahas kalau ia memintanya betemu orang tuanya. Entahlah

"Besok udah bisa latihan kayanya"

"Jangan dipaksain kalo emang masih lemes, biar aku yang izin sama manager kamu kalo perlu"

Ara menghembuskan nafasnya pelan
"iya sayang"

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now