7

4.3K 458 23
                                    

Chika menatap layar ponselnya tidak jelas, perasaannya gusar tapi pikirannya tidak lepas dari ara. Pekerjaannya yang padat menghambat niatnya mendatangi kost perempuan itu. Ara susah di hubungi, puluhan chat ia kirim serta belasan kali tlponnya tidak terhubung. Anin yang dimintai tolong chika untuk memastikan ara tidak bisa menyanggupi, ia terlalu takut untuk menanyakan sesuatu.
Chika belum merasa tenang, jam pulang kerja memang setengah jam lagi tapi jantungnya makin ngepot berlari mengiringi kegelisahannya yang menyeruak membabi buta. Lagi-lagi ia harus bolos kerja meski sebenarnya tidak akan mempengaruhi apapun

"Kak eli sibuk" Suara chika disisipi rasa tak enak ketika eli mengangkat tlponnya, mobil yang di kendarainya melaju pelan, jalanan lumayan padat

"Engga chika, kenapa?" Suaranya seperti bangun tidur, hening sebentar chika merasa nggak enak

"Nggak.." Tiba-tiba chika memutuskan panggilannya, ia menyadari ketololannya. Ini tlpon, menghubungi seseorang hanya untuk bertanya soal ara bukan hal yang bagus. Ia tidak mungkin menyeret banyak orang kedalam hubungannya

Sekali lagi chika menghubungi ara, telponnya tersabung beberapa kali berdering hingga detik berikutnya suara gemuruh dari sebrang terdengar. Chika segera menepikan mobilnya ketempat sepi setelah keluar dari perjalanan yang padat. Dadanya berdebar antara senang dan takut

"Araa.." Chika menurunkan volume suaranya. Ia gugup di selimuti rasa bersalah.  Ara masih terdiam belum membuka suara, terjadi hening beberapa detik

"Kenapa?" Suaranya serak, chika semakin berdebar.

"Kok susah di hubungin" Chika merutuki perkataannya yang di luar dugaan, kenapa kata itu yang keluar. Sialan
Hening lagi, kali ini sedikit lebih lama, chika bisa mendengar nafas berat di sana

"Baru bangun tidur, maaf ya" betapa chika ingin menghukum dirinya sendiri membiarkan perempuan itu menunggunya kemarin. Ia tidak tahu apa yang sudah ara lihat, tapi perubahan sikap ara sudah menjawab keresahan chika

"Sayang.."

"Kamu udah pulang?" Ara bertanya cepat, chika menarik nafas

"Aku ke kost kamu yaa"

Tidak ada percakapan lagi setelah itu, ara tidak mengiakan tidak juga menolak. Chika lebih dulu memutuskan sambungan tlponnya dan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan normal. Ia menyempatkan berhenti membelikan makanan kesukaan ara, ia yakin gadis itu belum makan apa apa dari pagi. Andai waktu bisa ia ulang, ia ingin mengulang saat itu juga, ini salahnya ia terlalu buru-buru mengiakan ajakan jonatahan yang memintanya menemaninya di salah satu acara tertutup. Chika menyesali itu, karna ingin menolakpun rasanya chika juga tidak punya alasan. Jo sudah banyak membantunya

Tangannya ragu ingin mengetuk pintu kost ara atau langsung menerobos masuk, tapi dalam keadaan seperti ini ia harus cukup tau diri.
Ara muncul dengan wajah sembab yang berusaha ia sembunyikan dari chika, perempuan itu lebih dulu mengalihkan pandangannya tidak membuka suara selain melebarkan pintu kostnya mempersilahkan chika masuk.

"Sayang.."

"Aku cuman mau denger alasan kenapa kamu ngga ngabarin aku seharian?"

Ara malas berbasa basi, percakapannya dengan chika di tlpon membuat dirinya muak. Chika menahan nafasnya sebentar sebelum akhirnya berjakan mendekati ara yang sudah duduk di atas tempat tidur. Chika tidak tau harus memulainya dari mana, tapi pelan-pelan ia mulai membuka suara.

"Acara kemarin padat, aku bahkan nggak sempet buka hp" chika tidak tau alasan seperti ini mampu di pahami ara atau tidak, ia buntu menjelaskan sesuatu yang jelas-jelas sudah menoreh kekecewaan pada gadis itu.

"Aku cuman khawatir" Ara menyembunyikan lukanya serapat mungkin. Senyumnya mencuat meski rasa sesaknya rasanya masih enggan pergi
"Lain kali kalau mau apa-apa bilang ya, ini bukan soal aku yang nunggu kamu, tapi soal keadaan kamu. Jangan bikin aku khawatir kak"

Waktu (ChikAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang