18

3.4K 431 37
                                    

Semalam, menjelang tidur eli mengirimi chika pesan lewat aplikasi chat. line. Penyiram rasa yang manjur untuk hati chika yang di lumuti sedih. Dan sedikit dibakar amarah
 
Kita butuh ketemu, ada yang mau gue omongin. Perlu izin sama manager lu gak?

Pesan yang dengan cepat melebarkan mata chika, perempuan itu segera membalas dengan gerak cepat

Jam 5 sore di tempat biasa. Gak perlu kak, pertemuan kita gak ngasilin uang

Senyumnya mencuat, ia menunggu balasan eli. Ting!

Sialan!

Chika tidak membalas lagi, ia menaruh kembali ponselnya, merebahkan tubuhnya yang sudah lelah. Bayangan ara membawanya pada kantuk yang luar biasa, pelan-pelan matanya terpejam, dalam doa yang penuh pengharapan agar dirinya bisa bertemu dengan ara meski lewat mimpi

Yang pasti berkat chat dari eli, sore ini perasaan chika tidak semrawut seperti semalam. Ia berangkat dengan pikiran limbung. Haruskah hari ini chika membulatkan tekadnya untuk menemui ara? Tapi sudut hatinya mengatakan, jangan. Cinta memang keras kepala. Semua orang menyadari itu. Cinta memang ngelunjak susah di kendalikan.

Chika tersenyum setelah mendarat di meja di mana eli sudah lebih dulu duduk disana. Di lihat dari minuman yang eli pesan, perempuan itu sepertinya sudah cukup lumayan lama menunggunya.
Dan sekarang keduanya sudah sama-sama duduk dengan perasaan yang bisa dibilang tenang, chika selalu terlihat cantik dan rapih, pakainya selalu simple pas menyatu dengan tubuhnya yang tinggi ramping, make up nya sederhana, chika memiliki visual yang tidak main-main.

"Kita kalo lagi duduk berdua kaya gini udah keliatan kaya majikan sama pembantunya deh chik, asli. Tapi yang jelas, gue pembantunya" Eli terkekeh kecil, ia menyedot minumannya sebentar
"Kalo udah cantik dari sononya mau di bikin sejelek apapun tetep aja aura cantiknya gak bisa ketutupan,"
Chika hanya tersenyum , tidak terlalu menanggapi ocehan eli
"Pertemuan pertama setelah seminggu gak ketemu harusnya yang di tanya kabar dulu gak sih kak?" Chika mulai mencari obrolan, eli nyengir menggaruk kepalanya
"Sengaja gak tanya chik, karna pas liat muka lu aja gue kaya udah tau seberat apa beban hidup lu.." kali ini eli tertawa agak kencang, chika menahan tangannya agar tidak menutup mulut itu dengan tisu
"Tapi serius, shooting pembuatan film terbaru lu udah kelar?"
Chika mengangguk "Udah kelar, paling cuman undangan buat ngisi acara talk show atau pemotretan iklan.."
Eli mengangguk, ia membetulkan posisi duduknya, dari kaca transparan ia melihat cuaca sedikit mendung

"Kesini bareng sama siapa?" Suara eli berubah, hawa-hawa tidak mengenakan mulai menyergapnya dengan tiba-tiba.
"Sendiri"

"Nggak ada niatan buat ketemu ara?"
Chika mengangkat wajahnya, ada jeda di sana. Ia bingung
"Semalem gue maksain diri buat ngobrol sama mantan lu- Eh, udah putus belum sih chik?" eli menyeringai, yang di balas gibasan tangan kosong oleh chika "Lanjut" katanya penasaran.
"Yang gue lihat keadaannya gak terlihat lebih baik dari lu, jujur gue prihatin cuman kalo udah masalah hati, gue bingung gak tau harus bantu apa selain ngobrolin ini ke elu.. "
"Dia baik-baik aja?" Chika bertanya dengan nada tak yakin
"Nggak lebih baik dari lu.. "
Hening. Eli sibuk dengan pikirannya begitupun dengan chika. Pikirannya sudah melayang-layang jauh membayangkan kisah percintannya dengan ara akan berakhir seperti apa. Seperti sulit menerima kenyataan bahwa tidak akan ada orang yang mendukung keduanya untuk bersatu. Semesta, orang tuanya, apalagi tuhannya.. Mereka akan terlihat salah di mata orang lain. Tapi cinta itu hadir dengan tulus di tengah-tengah keduanya. Salahkah jika mereka menerima dengan baik perasaan itu? Chika tidak tahu harus bertanya pada siapa mengenai kebenaran perasaan yang ia miliki untuk seorang perempuan.

"Chik.. " Eli memecah hening, perempuan itu menyahut
"Gue gak mau ikut campur soal hubungan lu, tapi sebagai teman yang selalu jadi tempat lu cerita, Gue... Gue ngerasa perlu andil, sori kalau gue gak sopan" Eli di rundungi rasa tak enak yang luar biasa. Tapi ia merasa perlu untuk membantu keduanya. Mereka sudah ia anggap sebagai adik-adiknya

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now