13

3.9K 417 16
                                    

Kamu tahu, barangkali rasa senasib sepenanggungan sangat mudah menggugah rasa kebersamaan. Chika merasakan aura yang berbeda ketika mereka sama-sama memasuki kamar. Seperti ada perangkap yang menyatukan keduanya, dan chika tidak akan melewatkan moment ini.
Senja mengantar langit merah, ara menyarankan chika untuk mandi air hangat. Perempuan itu menurut.
Rasa lelah rasanya tidak bisa lepas dari tubuh chika setelah seharian sibuk dengan aktivitasnya, semudah ia menanggalkan pakaiannya. Ia lumuri tubuhnya dengan busa. Shower menyemprotkan air hangat yang nikmat. Chika berharap malam ini ada rasa lega. Chika suntuk
Nyatanya, malam ini yang datang bukan semata rasa lega. Tapi pelepasan.
Usai makan malam di dalam kamar, tak ada yang chika inginkan kecuali berbaring. Ara tidak memaksa chika untuk keluar kamar "Sayang bobo aja," katanya lembut. Ara juga ikut berbaring di samping chika.
Chika tertidur. Tapi tidak dengan pikiran dan rasanya, Sebab sebuah keinginan tiba-tiba saja menyeruak tanpa sebab. Keinginan yang membuat chika dicekam gelisah. Napas chika menderu. Dan sesuatu berteriak-teriak Seperti ada sesuatu yang perlu di lepaskan, chika menginginka itu. Ia berbalik.
Ara sepenuhnya memandang chika. Ia belum tidur
"Ra.. " chika hanya menemukan kata itu untuk di sebutkan. Ara tersenyum samar, ia melihat kilatan yang berbeda dari tatapan chika. Beberapa detik kemudian tangan tangannya bergerak. Mendarat dilekuk pinggul chika. Ara maju sedikit, wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Chika merasakan napas ara panas menjalari area wajah chika. Bertambah panas. Dan semakin panas. Ara benar-benar mendekati chika.
Tak ada penolakan, mata chika terpejam. Kemudian napas itu berubah menjadi sentuhan perlahan. Bibir ara. Chika tidak berani membuka mata, tak berani bergerak. Tidak mungkin menolak, karna itu yang di inginkan chika saat ini.
Detik-detik berikutnya adalah gambaran yang tak pernah chika bayangkan sepanjang hidup. Ara melakukan itu. Perempuan itu menelajangi chika. Bukan. Ralat. Maksudnya, keduanya sama-sama menelanjangi diri. Chika dengan keikhlasan yang tak permah terjadi sebelumnya. Jemari chika bergerak leluasa. Bebas. Berhasrat. Kemudian segala yang bisa di gerakan meluapkan kebebasannya.
Chika bergerak, ara bergerak. Keduanya bergumul. Menyemburkan napas. Mencengkram. Chika berpetualang dalam gerakan-gerakan yang tak ia mengerti, tapi membawa chika kedalam perasaan yang ia sukai. Ara mempimpin setiap gerakan semrawut chika, membawanya kedalam... Gerakan terkendali. Seperti ada koreografi . Entah berapa lama.
Chika menikmatinya. seperti tarian indah dengan klimaks berupa gempita di sekujur tubuhnya.
Chika tengadah lelah, ara juga. Perempuan itu hanya melihat langit-langit kamar, ada bintang-bintang di sana. Keduanya terlelap

Cahaya pagi di balik gorden kamar muncul bersamaan dengan datangnya kewarasan  chika. Sekejap demi sekejap. Mula-mula chika mengucek mata. Kemudian sinar matahari lancang menerobos masuk ke bola mata nya. Silau. Ia terjaga sepenuhnya. Adegan selanjutnya adalah  sebuah thriller. Chika mendapati sesuatu yang aneh di tubuhnya. Tanpa benang. Sehelai pun. senyumnya melebar, ia menarik selimut itu sampai dadanya. Ia menoleh ke sebelah, ara terlelap dalam keadaan yang sama telanjang. Wajahnya merona mengingat apa yang semalam mereka lakukan, chika tidak pernah berpikir bisa melakukan lebih dari sebuah ciuman.
Tangannya terangkat, mengelus punggung polos perempuan itu, ia menggeser tubuhnya memeluk perempuan itu dari samping. Ara bergerak, pelan-pelan matanya terbuka, ia langsung mendapati chika yang masih belum melunturkan senyumnya.

"Pagi ara.. " suara chika serak, ia mengelus wajah ara dengan lembut, perempuan itu mengeliat membalikan tubuhnya dan meringkuk menghadap chika.
"Kok udah bangun?" ara masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, chika masih menatapnya dengan senyum. Ara bingung
"Sayang.. "

"Makasih" chika mengecup pipi ara sekilas yang masih bingung. Kemudian ia sadar, ara melirik tubuhnya di balik selimut, kemudian menatap chika

"kak chika.. " matanya melotot

"Aku gak mau tau kamu harus tanggung jawab"  sergah chika cepat dengan nada mengancam, sorot matanya berubah menjadi tajam. Ara tetperangah

"Nikahin aku"

Waktu (ChikAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang