4

5.5K 513 5
                                    

Chika dalam keadaan tergesa-gesa menerobos pintu lift yang sudah hampir terurup. Wajahnya gusar, mimik wajahnya terlihat lesu bercampur khawatir. Setengah jam lalu ia baru saja selesai rapat tapi kabar dari anin membuat dirinya harus kembali bangkit dari kursinya. Jonatahan rekan kerja chika ikut mengejarnya cepat, mereka bertemu di lift, chika tidak berbicara apapun, jonathan juga tidak membuka suara. Laki laki itu memperhatikan wajah chika yang nampak kelelahan, setelah di omeli habis habisan oleh atasannya perihal pekerjaan yang belum sempat chika selesaikan. wajahnya terlihat mengkhawatirkan sesuatu tapi lagi lagi jonathan tidak berani bertanya, chika masih pokus menatap layar ponselnya jarinya menari cepat mengetikan sesuatu entah untuk siapa

"Jo," chika membuka suara, lift terbuka keduanya langsung keluar "Boleh minta tolong" suara chika gusar, jonathan terkesiap
"Kenapa chik? Ada masalah?" Jonoathan yang kerap di sapa Jo itu menatap chika khawatir, matanya menatap lekat wanita di depannya.

"Gue minta tolong buat urusin surat izin kerja gue ya, ada urusan yang nggak bisa gue tinggal" hanya jo yang bisa chika andalakan, laki-laki yang merupakan anak dari pemilik perusahaan tempat ia kerja itu tidak mungkin mendapat penolakan dari siapapun. Jo satu satunya yang bisa ia mintai tolong. Jo mengangguk tanpa bertanya apapun bahkan ketika chika melesatkan mobilnya meninggalakn pekarangan tempat mereka kerja.
Chika tidak perduli lagi ketika mobil yang ia kendarai melebihi kecepatan normal, jalanan tidak terlalu macet mungkin karna jam pulang kerja masih lama.

Chik ara pingsan

Pesan singkat dari sisca salah satu rekan kerjanya dulu sukses membuat dada chika berdebar. Baru saja ia selesai melewati masa pertemuan suram dengan atasannya yang berakhir buruk tapi detik berikutnya ia harus kembali terhenyak dengan kabar yang membuat rasa khawatirnya kalang kabut. Chika tidak berhenti berdoa semoga gadisnya tidak kenapa-napa di sana

"Ara di mana?" tanya chika cepat, anin membawa chika menuju tempat di mana ara di istirahatkan. Beberapa pasang mata menatap kaget pada chika yang datang begitu tiba-tiba. Pasalnya setelah chika graduate mereka tidak tahu menahu kabar perempuan itu, termasuk orang-orang terdekat chika.
Penampilan yang berbeda dan garis wajah yang memperlihatkan kedewasaan itu mengundang decakan kagum dari beberapa member, meskipun keheranan tidak berhenti di sana dan melahirkan pertanyaan "Kenapa chika bisa tau ara pingsan"

"Itu kak chika? Gila cakep banget" Olla yang sedari tadi diam membuka suara yang mendapat banyak anggukan dari yang lain.

"Ara" Chika menubrukan tubuhnya pelan, mengeser posisi fiony yang sedang duduk di sampingnya. Beberapa member langsung memberi ruang, sebagian memperhatikan wajah chika yang dipenuhi rasa khawatir. Pelipisnya berkeringat, wajahnya memerah, bajunya yang mereka yakini rapi kini terlihat berantakan. Apa yang chika lakukan selama menuju ke sini? Anin bertanya tanya dalam hati.

"Kak anin kok bisa?" Chika mengalihkan pandangannya pada anin yang gelagapan, ia kaget di tatap chika setajam itu. Astaga batinnya

"Ara demam kenapa nggak di bawa ke rumah sakit?" suara chika bergetar penuh penekanan, ia memang khawatir tapi kalau sampai harus menjatuhkan air matanya di depan banyak member ia harus berfikir dua kali. Kedatangannya yang tanpa permisipun sudah cukup membawa pertanyaan besar

"Ara pingsan tadi, tapi sempet sadar udah di kasih obat sama staff chik, mungkin ara lagi tidur aja dia kecapean"

Bagaimana chika bisa tenang mendengar jawaban anin yang terdengar santai. Ia harus menepuh perjalanan yang cukup lama untuk sampai di tempat ini, kemudian melihat orang yang di cintainya tengah terbaring dengan wajah pucat pasi.

"Terlalu beresiko besar kalo bawa ara pulang dalam keadaan enggak sadar" Salah satu staff angkat bicara setelah lama terdiam, Ia meletakan alat bantu pernafasan di sudut ruangan, chika mendelik memperhatikan benda itu, fikirannya melayang apa ara separah itu?

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now