6

4.6K 433 10
                                    

Apakah sarapan pagi memengaruhi performa seseorang? Kalau iya, akan ara bela-belain memburu tukang bubur ayam langganan sisca tiap pagi. Sebab sisca adalah contoh member yang cukup sempurna di mata ara, semua takaran didirinya pas. Tubuh yang ideal, wajah yang cantik serta memiliki suara yang merdu.
Semenjak masuk jkt48 ara jadi lebih tau, mencintai diri sendiri dan bersykur itu perlu, ia tidak bisa melihat dirinya jadi orang lain ketika melihat keanggunan shani yang luar biasa. Perempuan itu  tengah duduk di atas stage sedangan ia sendiri duduk dengan gaya anteng di kursi penonton bersama yang lain. Mata beralih memandang gracia yang dengan nyaman menyenderkan kepalanya ke bahu shani, sungguh pemandangan yang luar biasa. Ia jadi merindukan masa-masa bersama chika bagaimana mereka selalu menghabiskan waktu luang setelah latihan seperti sekarang. Ah mengingat chika, ara memandang ponselnya dari pagi chika belum bisa di hubungi

"Udeh sampe mane lamunan lu? Sampe Zimbabwe?"

Dhea dengan logat betawinya yang kental menarik kursi di sampingnya. Tubuhnya yang sedikit berisi mendarat mulus. Perempuan itu sibuk mengunyah gorengan yang sempat di bawa lulu. Sedangkan tangannya sibuk menscroll layar ponselnya entah apa yang perempuan itu lihat.
Ara tidak menjawab ia menarik perhatiannya pada mira yang mendekat ke arahnya mengulurkan plastik berisikan gorengan. Lagi, kenapa member suka makan makanan berminyak itu sih? Ara keheranan, lebih heran ketika sisca satu satunya orang yang enggak menyentuh makanan itu dengan alasan demi kesehatan suaranya.

"Lagian, apa lagi coba yang lebih membahagiakan kita di saat kegiatan padat begini, selain duduk santai meski cuman nyemilin gorengan" Eli, ikut nimbrung. Ia adalah salah satu member yang dekat dengan ara. selain satu kost keduanya lahir dari darah sunda, memiliki bahasa yang sama memudahkan mereka bisa jauh lebih banyak berinteraksi.

"Gorengan aje pada gak modal lu pade ye, heran gue" dhea buka suara, "Tapi emang bener makanan yang dapetnya gratis itu suka kerasa lebih enak gitu gak si"
Eli mendorong bahu dhea dengan tawa kecil setelah menggumamkan kata sialan.

"Emang logikanya begitu," ara mengunyah menerima pemberian mira dengan cuma-cuma "Kak shani yang maha sempurna aja mau makan gorengan. Luar biasa emang ini tempe"

"Itu relatif ra" Mira menimpali "penampilan nggak pengaruh juga ke kehidupan. Coba lu lihat, problem hidup kita sama-sama aja"

"Member biasa di jkt48" Lulu tertawa menambahkan. Persaingan yang ketat, member harus pintar-pintar menarik perhatian para penggemar, memutar otak bagaimana cara agar mereka selalu bisa menampilkan yang terbaik meski senyum yang mereka lebarkan menyembunyikan kelelahan yang luar biasa.

Ara tidak langsung berkemas setelah salah satu staff menyudahi latihannya kali ini, beberapa member sudah mulai meninggalkan tempat latihan. Suara gaduh yang di dominasi teriakan tidak jelas itu berangsur tenang, tapi suara teriakan eli masih begitu kuat memenuhi idra pendengarannya. Hari ini cukup melelahkan bagi ara, moodnya tidak terlalu baik sebab chika masih belum membalas chatnya

"engg pulang ra?" Fiony menyamakan langkahnya dengan ara ketika keduanya memutuskan untuk sama sama duduk di back stage. Di sana masih ada anin, eli, olla  dan beberapa member lainnya yang terlihat  sedang siap-siap untuk pulang.
Ara menggeleng "Semalem kak chika bilang mau jemput, tapi ini anaknya malah gak ada kabar" ara terlihat sedih, tapi senyum kecilnya ia hadiahi pada fiony

"Fio knapa belum pulang? Nunggu jemputan juga"

"Nungguin araa" fiony tersenyum, setelah di lihat lebih dekat lagi ara menyadari sesuatu kalau fiony mempunya senyum yang lucu. "Aku bawa mobil sendiri, kalau mau, aku antar biar sekalian sama kak eli sama kak anin"

Ara membalas senyuman itu jauh lebih lebar, fiony adalah perempuan yang baik, meski terlihat seperti masih anak kecil tapi sungguh anak itu punya pemikiran yang dewasa

"Udah jam segini kayanya pulang bareng ceu eli aja deh, kak anin mau makan dulu sama yang lain. Kamu gak ikut"

"Aku ikut kalo ara ikut" Tuh kan, aduh ara engga bisa nahan gemas kalo cara bicara fiony seperti itu. Ia jadi ingat bagaimana hubungan keduanya dulu, sangat dekat meski nggak sedekat sekarang. Tapi perhatian fiony kepadanya tidak pernah berubah. Gadis itu yang paling rajin mengingatkan ara untuk minum obat ketika sakit.

"Kak chika sekarang mainnya sama artis ya" Suara dari eli mengalihkan semua pandangan mata, gadis itu nampak pokus menatap layar ponselnya. Olla yang nggak jauh dari tempat di mana eli duduk mendekat kepo. Eli termenung sebentar menyadari sesuatu, ia menatap ara yang terlihat penasaran. Aduh keceplosan. eli kelabakan, sedangkan olla sudah mendesak ingin tau.

"Jonatahan iskandar?" Ara merasa tidak asing dengan nama itu ketika olla membuka suaranya. "Ini pacar kak chika?" pertanyaan kedua itu sukses membuat ara terkejut. Eli sudah beringsut menjauhkan ponselnya dari jangkauan olla tapi ara lebih dulu menahan tangan itu. Matanya menyipit dengan pandangan mulai redup, sesuatu menyelinap hatinya meninggalkan rasa sesak yang luar biasa.
Sebuah foto yang memperlihatkan kekasihnya di gandeng orang lain. Laki-laki itu Jo, Senyum Keduanya lebar, sangat lebar sampai ara tidak bisa melihat dengan jelas ketika pelupuk matanya sudah di genangi air mata. Yang membuat ara kecewa, chika tidak mengatakan apapun perihal kepergiannya dengan laki-laki itu, perempuan itu tidak meninggalakn pesan apapun yang membuat ara semakin di rundungi rasa sedih.
Tangannya bergetar memaksakan keberaniannya menggeser layar ponsel eli yang ara pegang dengan erat. Gambar lain, wanita dalam rangkulan tangan kekar itu bertengger manis di pinggang chika. Ara cemburu! Nafasnya tersenggal marah. Demi apapun eli mengutuk dirinya atas kejadian ini, matanya melirik anin yang sudah mengatupkan bibirnya rapat, memberi intruksi untuk segera pulang. Sedangkan olla yang tidak paham dengan apa yang terjadi memperhatikan wajah teman temannya dengan bingung.
Anin memaksakan langkahnya mendekat yang sedari tadi hanya menyimak.

"Yang aku tau mereka rekan kerja biasa sih" Anin berusaha mencairkan suasana, ah lebih tepatnya ia sedang mencari kata-kata penenang agar ara tidak terlalu kalut. Meski detik berikutnya matanya sempat melebar ketika melihat foto chika dan jo yang memang terlihat mesra.
"Mungkin aja project kerja bareng, itu acara kantor ya?" Eli sudah tidak tahan, ia ingin segera menghilang. Ide anin mengeluarkan lebih banyak kata tidak akan membantu karna kenyataannya sekarang ara sudah berjalan cepat meninggalkan ruangan. Fiony ikut menyusul ara melewati beberapa member yang ternyata masih belum pulang. Semua mata beralih, fiony berhasil menyamai langkah ara

"Mau kemana, Ra..?"

"Pulang"

"Udah terlalu malem, aku antar sampe kost.." fiony khawatir, selalu ada orang baik yang memperhatikan ara

"Nggak apa-apa, fio," Ara tersenyum kaku "Aku naik grab car aja ya"

Fiony menangguk terpaksa.
Ara menuju lift meninggalkan kepenatan. Perasaan kecewa yang luar biasa, ia ingin segera merebahkan tubuhnya menumpahkan apa yang sedari tadi ia tahan. Kepalanya di paksa untuk melupa, tapi bayangan chika dan jo yang sedang tersenyum itu menari-nari bebas di fikirannya.

Chat dari chika seperti penawar dahaga

Sayang kamu di mana?

Bunyi chattnya singkat. Tapi dampaknya luar biasa dahsyat, entah apa yang ara raskaan sekarang, yang jelas melihat nama itu muncul di layar ponselnya membangunkan sesuatu yang sempat mereda. Ara tidak perduli, ia mematikan ponselnya dan memilih untuk tidur. Tubuhnya butuh istirahat, hatinya juga.

.
.

Kepanjangan atau kependekan nih? Maaf ya banyak typo, maaf juga kalau penggunana kata dan tanda baca masih berantakan hehehe, ada saran?

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now