1

19.8K 770 2
                                    

"Araa"
Suara halus dengan intonasi sedikit terkejut itu mebuyarkan lamunan sosok gadis yang tengah sibuk dengan lembaran kertas di tangannya. Senyumnya tertahan sebentar sebelum akhirnya menunjukan senyum lebar dengan tatap penuh rindu. Akhirnya perempuan yang sudah hampir dua bulan tidak ia temui itu berani menunjukan diri. Tentu saja dengan penampilan yang berbeda meski cara senyum dan tatapan matanya tidak berubah, selalu manis dan hangat. Ara menyukai itu

"Aku tadi nya enggak kepingin ketemu kamu, tapi kayanya terlalu egois kalo harus nahan rindu selama itu"

Perempuan di depannya tersenyum setelah menyesap kopi yang sudah ara pesan sebelumnya. Ia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan ara tidak di awali dengan perang adu mulut. Pasalnya perempuan yang terlihat sibuk dengan kertasnya itu sempat menolak keras ajakan nya untuk bertemu, ya memang salahnya meninggalkan ara sendirian tanpa penjelasan apapun waktu itu

"Jadi apa alasan kamu mau mengiyakan ajakkan aku?"

"Harus banget tanya gitu? sedangkan tanpa bertanyapun rasanya aku yakin kamu udah tau jawbaannya"

Ara mendengus kesal, melipat kertasnya dan menyimpannya kedalam tas. Matanya berlaih menatap perempuan di depannya yang tidak berhenti tersenyum, sedangkan tangannya ia lipat di atas meja. Aneh tidak kah dia merasa bersalah?

"Jadi yessica Tamara, apa yang membuat kamu menghilang selama dua bulan ini?"

Perempuan yang di sebutkan namanya itu mendesah kecil, bibirnya terkatup rapat meski sempat bergerak ingin segera mengatakan sesuatu sebelum akhirnya kembali memilih bungkam. Dia tidak tau harus menjelaskan semuanya dari mana Semuanya terasa rumit dan sukar. Keputusannya mengundurkan diri dari pekerjannya yang tiba tiba sungguh meninggalkan tanda tanya besar, termasuk ara. Gadis yang sudah hampir tiga tahun mengisi hatinya

"Bukannya udah aku jelasin waktu di telfon?" tangannya terulur menarik tangan ara dan menggenggamnya hangat. Sungguh chika sedang tidak ingin membahas apapun selain kerinduanya yang menumpuk sekarang, dia tidak mau ada perdebatan panjang lagi. Ara masih belum terlalu paham dan menerima keputusannya, tentu saja itu membuat chika sedikit was-was kalau mood perempuan di depannya ini sedang tidak baik.

"Aku kangen banget" desah chika pelan, tatapannya teduh dan hangat. Ara selalu menyukai tatapan itu, tatapan yang selalu berhasil membuatnya kalah dalam hal apapun. Dia tidak bisa lebih lama mendiami chika, dan ara tau itu adalah kelemahan terbesarnya

"Jangan pergi lagi ya, aku udah cape banget hilang pokus akhir-akhir ini cuman karna kefikiran kamu terus kak"

Chika tersenyum gemas melihat gadis di sampingnya ini sedang cemberut, wajahnya ditekuk masam. Meski sekarang ara terlihat lebih dewasa tapi garis kekanak-kanakan di wajahnya masih begitu lekat. Chika segera menarik ara kedalam pelukannya. beberapa menit yang lalu ara minta di antarkan untuk pergi ke theater setelah sadar hari ini dia ada latihan. Tentu saja dengan senang hati chika mengantarkan gadis itu, tapi belum berani untuk bertemu member lain

"Aku udah izin sama mama buat nginep di kostan kamu, pulangnya nanti aku jemput"

Ara tersenyum senang, poninya yang mulai memanjang itu di rapihkan chika dengan hati hati

"Udah besar masih aja izin mama" Ara mencibir dengan wajah sedikit mengejek itu menarik pandangan chika dari poni ara yang sudah kembali rapi. Ia membalas tatapan itu dengan gemas

"Aku kan anak kesayangan mama, jadi kalau mau apa-apa harus izin. Lagian bikin khawatir orang tua gak baik ra"

"Bikin khawatir aku sampe ngilang dua bulan kamu biasa aja tuh"

Ara mengalihkan pandangannya ke depan tapi bibirnya tersenyum kecil, ia melirik chika yang masih diam di sampingnya. Chika mengela nafas pelan lalu menarik ara kedalam pelukannya sekali lagi, mengecup berkali kali kepala gadis itu dengan tulus

"Aku janji engga bakalan ninggalin kamu lagi, yang kemarin kesalahan terbesar aku. Aku sayang banget sama kamu, jangan bahas masalah itu lagi ya sayang"

Ara mengangguk dalam pelukan chika. Ia mengeratkan pelukannya, membenamkan kepalanya mencari kehangatan di sana. Sungguh ara sangat rindu pelukan ini, rasanya semua beban yang ia rasakan terasa ringan

Ara selalu berdoa sama tuhan jika di izinkan, dia ingin hidup selamanya bersama gadis yang masih memeluknya erat ini,

"Kamu wangi banget"
Ara menghirup dalam dalam aroma tubuh chika "Aku udah lama kayanya engga di cium deh sama kamu"

Chika tersenyum geli, rupanya perempuan ini semakin pintar mencari kesempatan

"Bentar lagi latihan, aku lihat temen-temen kamu yang lain udah pada dateng loh"

"Kamu engga mau ikut aku dulu ketemu sama yang lain? Mereka banyak yang kangen loh sama kamu"

"Mungkin lain kali, aku ketemu sama kamu aja baru hari ini"

Ara merenggangkan pelukannya, menatap chika sebentar sebelum akhirnya menarik kepala chika pelan, kecupannya mendarat mulus di kedua pipi chika yang sudah tersenyum malu. Dadanya tidak berhenti berdebar sejak tadi, ia seperti merasa menjadi gadis remaja yang baru mengenal cinta. Chika selalu merasa gugup jika ada moment seperti ini dengan ara, padahal hal sederhana ini sering kali terjadi. Entahlah ara terlalu berpengaruh dalam hidupnya

"Kalo hari ini kamu izin nginep di kost aku, suatu saat nanti aku yang izin sama mama kamu buat minta kamu jadi teman hidup aku"

Ara tersenyum tulus menggenggam tangan chika erat yang dibalas dengan senyum geli oleh chika. Ara tidak pernah berubah, gadis ini selalu melakukan hal-hal yang tidak terduga. Terlalu jauh memang, tapi untuk sekarang chika hanya bisa mengaminkan perkataan ara meski dia sendiri tidak tau kedepannya akan seperti apa.

"Kerja dulu deh ra yang bener, kuliah juga"

Chika berkata dengan intonasi mengejek. Dan ara mendesis sebal. Mentang mentang dirinya sudah bekerja sebagai wanita kantoran huh

"Kamu liatin aja nanti aku kedepan bakal jadi apa, kalo udah lulus dari jkt48 aku mau cari kerja biar bisa hidupin kamu"

"Anak kecil bahasannya udah berat, engga sanggup ra, udah deh, mau sampe kapan nih?" chika mengedarkan pandangannya kesekeliling. Matanya menangkap beberapa teman segenerasinya dulu mulai memasuki area parkiran.

"Fiony makin cantik ya" kata chika, ah lebih tepatnya seperti pernyataan yang di angguki ara. Kedua gadis itu sama-sama mengalihkan pandangannya pada gadis yang tengah berjalan dengan santai

"Tapi yessica Tamara gak kalah cantik sih"

"Basi ra, sana masuk aku mau ketempat kerja dulu sebentar ada yang ketinggalan"

Ara mengangguk, Dia memutar sedikit tubuhnya mengambil tas ranselnya yang dia taruh dibelakang.

"Nanti aku jemput. Ingat, jangan kemana mana sebelum aku datang"

Perkataan chika di angguki ara dengan siap, kali ini chika yang mengecup kening ara sekilas, Keduanya tersenyum tipis.

"Apa sih ra, sana" chika mendorong bahu ara pelan. Dia malu di tatap seperti itu. Dadanya yang selalu berdebar menyebarkan rasa hangat di wajahnya. Perempuan itu selalu berhasil memporak porandakan jantungnya padahal apa yang ara lakukan memang bukan hal yang romatis.

"Hi, cepiooo"

Waktu (ChikAra)Where stories live. Discover now