Sialan, mengapa semua orang menatap rendah kearah dirinya? Carebella tidak suka.

Ia berjalan kearah kelasnya dengan santai dan juga tatapan yang tajam, sepanjang perjalanan terdengar bisik-bisik dari mahasiswi lain.

"Dih liat tuh, masih berani dateng kekampus ternyata."

"Sok cantik anjir."

"Bermuka dua gila."

Itulah cibiran yang mendominan ia dengar, sungguh ia ingin merobek mulut orang yang membicarakan dirinya.

Sampai ia dikelas dan langsung duduk di tempatnya, teman sebelahnya langsung datang menghampirinya dengan raut wajah bertanya-tanya.

"Bell, lo tau gak berita yang masih hangat dikampus kita?" tanya Winda teman sekelasnya itu.

"Apa?" tanya balik Carebella.

"Itu lo dituduh sebagai PHO antara Genta dan Natasya," papar gadis itu dengan hati-hati.

'Sialan,' batinnya.

Lagipula siapa Natasya. Ia tidak pernah ingat nama temannya kecuali yang membuat masalah terhadap Carebella. Kalau begitu, Natasya salah satu yang akan dirinya ingat.

Sampai gadis itu belum sengsara, ia tidak akan melepasnya.

Mata kuliah hari ini hingga siang hari. Jadi Carebella tidak dapat pulang untuk mengisi perutnya. Hanya kantin jawabannya.

Yah... diberi sedikit bumbu tambahan sorotan dari sekitar yang menggunjingnya.

Makan sendirian dan menjadi pusat perhatian tidak begitu buruk.

Hanya memesan bakso dan air mineral, ia makan dengan tenang. Sayang sekali tidak bertahan lama dengan duduknya seseorang yang menjadi salah satu objek yang dinyatakan orang-orang menjadi korban.

Gadis ini...  Natasya, bukan?

Tak dilihat terlalu lama, ia melirik buku yang ditaruh di meja.

Intuisinya tepat. Tertera di luar binder itu, Natasya Felipora.

Biarlah. Carebella hanya ingin kenyang dan melanjutkan kuliahnya. Ia juga tahu terlalu lama absen membuat namanya yang diprioritaskan untuk beasiswa selanjutnya menjadi tergeser.

Ia tidak peduli. Fajar lebih dari mampu untuk membayar pendidikannya. 

Duduknya Natasya di sana bukan hanya untuk pamer bahwa ia kini tengah menguasai permainan. Ia lupa bahkan sang calon tunangannya berpihak pada siapa.

Genta datang, duduk di sebelah Carebella yang kebetulan sudah selesai. 

"Menjauh dari Bella, Sya. Gue nggak bisa lagi mentolerir sikap lo lagi. Sya."

Natasya memang tidak terlihat melakukan suatu hal yang membuat Carebella terintimidasi, tapi ketika duduk dan tidak diacuhkan Carebella membuat kabar yang merebak seakan membenarkan Carebella bukan gadis yang baik. 

Memang pada dasarnya bukan, kan?

Carebella bangkit, enggan terlibat lebih jauh dengan dua orang kasmaran ini. Tapi Genta tidak membiarkannya.

"Pulang sama gue." Itu bukan ajakan, ini paksaan.

Baiklah. Tinggal satu mata kuliah lagi ia baru bisa pulang. 

Genta bilang akan menungguinya di luar kelas.

Ya...  silakan saja. Dua jam semoga ia tidak bosan.

Sementara Genta menghela napas. 

Tangannya mengambil ponsel, mengetikkan beberapa kalimat dan mengirimnya. Ia tahu, yang bersangkutan tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Meskipun kelihatannya lelaki ini tidak masalah dengan ulah sang ayah yang seenaknya menjodohkan Genta dengan gadis atasannya, ia tetap marah ketika yang diusik adalah orang yang dirinya sayangi.

Tidak dapat dipungkiri Carebella cukup bermakna di hidupnya.

Ia hanya belum ingin mengungkap semuanya. Setidaknya sampai Genta yakin bahwa informasi tersebut sudah valid.

***

Aku bener-bener nggak masalah, Pa. Tapi kalau begini, aku minta dengan sangat, bisa batalkan saja kerja sama Papa sama keluarga Natasya. Aku udah dapat pengganti yang lebih kuat untuk kelangsungan perusahaan Papa.

Itu yang Genta tuliskan dalam pesan singkatnya.

Jangan pikir Genta anak dungu yang tidak mengetahui bagaimana sanga ayah bisa terlibat dengan Natasya.

Saham.

Maka dengan inisiatif, ia mencari kolega lain yang mau menguntungkan dua pihak, tanpa mesti ada campur tangan sebuah pernikahan.

•••
Hai!! Selamat datang di Part 20 with kelompok 3, jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Roseana
-Artika
-Della
-Rizki Dian
-Nayla

Salam Sayang❤️.

My AgresionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang