Si Baygon

28 13 0
                                    

Pisau daging pada dasarnya mampu memotong daging tebal bahkan tulang sekali pun. Maka dengan ayunan lemah dari Carabella, satu jari telunjuk menggelinding jatuh ke tanah.

Darah yang keluar seperti keran air.

Carabella sudah tahan dengan lengkingan jerit korbannya. Sabella bukan apa-apa.

Carebella tidak sadar bahwa aksinya sedari tadi diperhatikan oleh seseorang.

Laki-laki bertubuh kekar itu, bersembunyi di balik tumpukan barang-barang bekas. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk meredakan suara terkejutnya dengan aksi Carebella.

"Gadis gila" desisnya.

"Kak, hiks, agggrrttt sakitt...!"

Dengan sigap Carebella menyumpal mulut sang korban, dengan gumpalan kain yang entah didapatnya dari mana.

"Lepasin dia!" teriak laki-laki yang sedari tadi bersembunyi.

Sontak Carebella mengalihkan pandangannya ke sumber suara. "Siapa lo!" Carebella terlihat sangat santai, seakan dirinya tidak berdosa.

Bukannya menjawab, laki-laki itu melirik ke arah Sabella, si anak jalanan malang.

Bugh...

Carebella memukul laki-laki yang tiba-tiba datang itu, ia memutar dan mengunci tangan pemuda itu di bagian belakang tubuh.

"Siapa lo!" bentak Carebella tepat di telinga laki-laki itu.

Laki-laki itu terkesiap, dengan gadis sadis yang menyerangnya tanpa aba-aba.

"Boleh juga," ujar laki-laki itu santai.

"Jangan coba macem-macem ama gue!" Carebella mendekatkan pisau tepat di depan leher pemuda. Carebella tidak tau namanya.

"Hey rambut cincang, pendek kek tubuh orangnya. Gue panggil polisi nih!" ancam pemuda itu.

Sreettt...

Tidak main, Carebella benar-benar menekankan pisau di leher sang pemuda, membuat orang itu meringis.

"Gilak! Gadis stress!" umpat pemuda itu.

"Siapa lo!" tanya Carebella sekali lagi. Ia sudah kehilangan kesabaran, tapi tetap berusaha ia tahan agar tidak meledak.

"Lo kira batang pisang apa? Ini leher woy, enak banget lo mau potong!"

"Ck, siapa lo, bang*at!"

Saat Carebella akan kembali melukai leher pemuda itu, dengan cepat sebuah suara instruksi perkenalan terdengar.

"Aderald Boygon Gentala,  itu nama gue," ucap Genta.

Carebella menjauhkan pisaunya dari leher Genta, tapi dia masih mengunci pergerakan tubuh pemuda itu.

"Obat nyamuk?" gumam Carebella.

"Hah!" Genta tercengang, tidak mengerti.

"Baygon?" kata Carebella lagi.

"Boygan, woy, Boygan!"

Carebella hanya menganggukan kepalanya pelan.

"Kok lo bisa kesini, sih?" tanya Carebella yang masih mengadahkan pisau ke leher pemuda tersebut.

"Ada deh." Genta menjawab asal sambil tertawa kecil.

Tidak tahu sama jalan pikiran Genta yang masih sempat-sempatnya bercanda dalam situasi seperti sekarang.

Sreek...

Darah mengalir lebih banyak dari yang sebelumnya, Carebella tak main-main rupanya.

"Arghstt ... sakit ogeb."

"Apa gue perlu bikin lo macam gadis malang ini? Hah!" bentaknya yang sudah kehabisan kesabaran.

"Mau," jawab spontan Genta. "Eh, maksud gue, lo yang gue buat kek gitu! Mau?"

Pada kenyataannya, sedari tadi Genta sedang mempermainkan waktu bersama Carebella. Ia tau, gadis jalanan yang jadi korban Carebella, kini mencoba untuk menyelamatkan diri. Mengulur waktu adalah tujuannya.

"Rambut pendek, sependek orangnya. Mata tajam, kek pisau di tangannya. Dan humornya bikin anjlok," tutur Genta. Ia seolah menganalisis penampilan Carebella dari ujung rambut ampe ujung kaki.

Carebella membolakan matanya tidak percaya. Biasanya orang-orang yang melihat dirinya pada mode marah seperti sekarang, mereka akan ketakutan dan merasa seram terancam. Namun, apa kata pemuda di hadapannya ini, humor yang anjlok? Tentu itu tidak masuk hitungan pada diri Carebella.

Carebella menatap tajam Genta. "Lo bener-bener mau main ama gue? Hah!"

"Ternyata dia bukan cuma lucu, imut, trus asik lagi. Dia ngajak gue main."

Oke cukup sudah, kesabaran Carebella sudah habis.
Pemuda yang ada didepannya ini memang beda dari yang lain.

Sudah dipastikan Carebella akan memberikan kejutan untuk Genta dengan cara yang berbeda.

Dengan smirknya, Carebella menyekap Genta di sebuah ruangan yang berbeda dengan Sabella.

Bagaimana nasib Sabella?

Dia masih syok dengan kondisinya sekarang, jari-jarinya yang mungil kini tak lagi utuh seperti semula.

Carebella langsung melepaskan Sabella dan menyuruhnya pergi.

"Udah sana pergi lo, apa? Mau lagi?!" bentak Carebella yang masih setia memegang pisaunya.

Sabella hanya pasrah dan pasrah, percuma saja dirinya hanyalah anak jalanan yang tak tahu meminta belas kasih kepada siapa.

"Woy, katanya mau main sama gue." Genta berteriak dengan keadaan tangan diikat.

Sungguh, Genta mencari mati.

"Oghey, game dimulai." Carebella menutup pintu utama dan langsung menuju tempat Genta.

Saat di ambang pintu Genta malah tertawa tidak jelas macam orang gila.

Entah, Carebella juga bingung mau berbuat apa dengan manusia ini?

"Mau main apa?" tanya Genta. "ToD? Pubg? Atau lo mainnya FF?"

Ah, sial.

Carebella pusing dengan manusia yang ada di depannya ini.
Ia memutuskan untuk istirahat di kedai kopi deket bangunan itu.

Tak lupa Carebella mengunci semua akses keluar.

"Woy woy, kok gue ditinggal siii. PHP lo, katanya mau main bareng gimana sihh." Genta berteriak sekeras mungkin dan masih terdengar oleh Carebella.

"Meng-bacot tu anak." Carebella menaiki mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut.

Urusan Genta? Pikirkan besok saja, Carebella hari ini sangatlah lelah tapi....

Ia tidak akan pulang ke rumahnya, bisa-bisa Fajar memberi ceramah sampai besok subuh.

Carebella menginap di hotel untuk beberapa hari ke depan.

•••
Hai!! Selamat datang di Part 9 with kelompok 3, jangan jadi silent reader's yaa^^.

-Roseana
-Artika
-Della
-Rizki Dian
-Nayla

Salam Sayang❤️.

My AgresionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang