Part 14

235 94 191
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

14. Way

•••

Aku menemukan Kim Seokjin,
Aku kira aku Y/n, Ternyata aku Yth.

uwu syekali<3

•••

Revanya berhenti di depan gerbang sekolahnya. Ia membungkuk sambil memegangi dadanya yang sesak karena nafasnya terasa berat.

Beberapa saat lalu, ia berlari tanpa henti menuruni satu persatu anak tangga untuk menemui lelaki yang ia lihat di rooftop tadi. Namun kini ia tidak menemukan siapapun kecuali satpam yang berada di pos satpam depan sekolahnya.

"Permisi, pak. Assalamualaikum. Bapak tadi liat cowok pake jas sekolah warna maroon gak ya?" Tanya Revanya pada Teguh -satpam di sekolahnya- yang kebetulan tengah berjalan ke arahnya.

"Waalaikumsalam. Yang tadi berdiri di sini, neng?"

Revanya mengangguk cepat.

"Tadi bapak samperin, kirain bapak mau ketemu siapa gitu di dalem, atau mungkin ada urusan lain. Tapi anehnya teh dia langsung balik badan, gak ngomong apa-apa. Dipanggil juga gak nengok sama sekali." Jelas Teguh.

Bahu Revanya langsung merosot begitu saja. "Yaudah deh. Makasih ya pak. Btw, itu makanan bapak lagi diciumin kucing."

Setelah mengatakannya, Revanya berbalik dengan lunglai meninggalkan Teguh yang langsung mengomel karena makanan yang baru ia makan sedikit itu harus dibuang karena sudah tak layak makan.

Reynanda yang baru sampai pun menatap Revanya bingung. Sambil mengatur nafas, lelaki itu berucap dengan hebohnya. "Lari lo kenceng banget anjir. Gue gak nyangka bocil gini susah banget gue kejar. Lo tau gak, gue tadi sempet nabrak Dio si ambis yang lagi bawa buku setinggi langit."

Revanya tertawa keras hingga tangannya reflek memukul lengan Reynanda beberapa kali. "Lagian salah siapa lari gak liat liat." Ejeknya membuat Reynanda mendengus kesal.

"Ya lo ngapain lari sekenceng tadi? Ngejar THR apa gimana."

Balas Reynanda membuat Revanya diam seketika. Dirinya bingung harus menjawab seperti apa. Revanya pikir masalah ini tidak bisa diceritakan pada Reynanda atau siapapun, bahkan pada keluarganya. Karena terlalu privasi bagi gadis itu.

"Aku nyari mang cilok yang biasa mampir depan rumah kalo sore-sore. Tadinya mau beli sekalian pesen buat ntar, eh malah udah pergi."

"Dih, gitu doang nyampe lari-larian kayak tadi? Gila lo." Ucap Reynanda yang sepertinya percaya pada ucapan Revanya. "Yaudahlah, nanti sore gue temenin beli cilok kalo mau."

Revanya mengangguk. Dalam hati ia bersyukur karena Reynanda percaya pada perkataannya. Revanya harus lebih rajin beribadah setelah ini sebagai bentuk syukur karena keinginannya akhir-akhir ini selalu dikabulkan.

BLACK SWANWhere stories live. Discover now