Part 9

459 172 87
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

9. Dinner [1]

•••

Revanya saat ini tengah berhadapan dengan Winda, orang yang membully Kinara pagi tadi.

"Apa?! Mau ngelabrak gue, lo?! Gue gak takut." Sentak Winda. Revanya jelas melihat raut pongah di wajah kakak kelasnya itu membuatnya berdecih dalam hati.

Revanya maju selangkah kemudian berjalan pelan memutari tubuh Winda sambil menyentuh pundaknya dengan satu jari. "Winda Clarissa. Aku denger-denger kakak juara olim sains tingkat Provinsi, right?"

"Dengan prestasi dan IQ yang bisa dibilang lebih dari siswa-siswi lain, apa kakak gak malu atas perbuatan kakak? Merundung seorang siswi hanya karena gosip yang beredar?"

Revanya berucap dengan raut tenang tanpa rasa takut sedikitpun. Revanya itu tipe orang yang gak pandang bulu kalo udah menyangkut keluarganya. Mau itu kakak kelas, adik kelas, seangkatan, cewek maupun cowok, sama saja di mata Revanya.

"Sekarang, aku mau ngajak kakak buat minta maaf ke kak Nara." Lanjut Revanya.

"Lo siapa berani nyuruh-nyuruh gue?!" Sentak Winda sambil mendorong pundak Revanya sedikit keras hingga sang empunya terhuyung ke belakang.

Kinara dan Kenzie yang sedari tadi sedang memperhatikan dari belakang dinding pun melangkah mendekati keduanya sebelum Winda melakukan kekerasan lain pada Revanya.

"Wuish, santai dong kakaknya. Mentang-mentang senior jadi semena-mena gitu sama juniornya." Celetuk Kenzie sambil melipat kedua tangannya.

Revanya terkekeh singkat, satu tangannya mengusap bahunya seakan sedang membersihkan debu. "Kalo kakak belum tau. Ayah kakak itu staff HRD di perusahaan ayah aku. So, sebelum aku ngelakuin hal yang gak seharusnya dilakuin, kakak mending minta maaf sekarang sama kak Nara."

Winda sendiri merasa terpojokkan sekarang. Namun pada detik berikutnya, ia hanya berdiam diri tanpa berniat melakukan apa yang Revanya inginkan.

"Apa susahnya si kak buat minta maaf? Ini pekerjaan ayah kakak loh yang jadi tar..--"

"Gue minta maaf, Nar. Gue gak bakal ngulangin lagi." Ucap Winda cepat. Air mukanya jelas menunjukkan keresahan. Mungkin Winda terlalu takut untuk jatuh miskin.

Revanya tersenyum mendengarnya. "Gitu dong. Btw, aku minta maaf kalo sifat aku barusan kasar sama kakak. Abisnya kak Winda ngeselin."

Winda menatap Revanya dengan bingung. Detik berikutnya ia memilih meninggalkan tempat itu karena risih ditatap kenzie dengan tatapan tajam sejak tadi.

Sepeninggal Winda, Revanya, Kinara, dan Kenzie tertawa bersama. "Sumpah gue kayak gak nyangka gitu punya sepupu yang tukang labrakable kayak lo. Gue baru tau lo bisa bikin orang takluk sama lo."

BLACK SWANWhere stories live. Discover now