35

190 42 12
                                    

"Karena kamu pingsan, aku bawa langsung ke mobil. Aku ragu, mau nganterin kamu ke rumah kamu." Sunghoon tertunduk. "Takut nanti sepupu kamu marah-marah lagi."

Tangan Friska terulur untuk mengelus bahu Sunghoon. "Kejadian waktu itu kan bukan salah kakak. Jadi kakak gak usah ngerasa bersalah." Sunghoon menoleh dan tersenyum. "Tapi kenapa kakak harus ngaku-ngaku jadi pacar aku sih? Kan kak Chaerin suka sama kakak."

Raut wajah Sunghoon langsung berubah dingin. Ia semakin mendekati wajahnya ke wajah Friska. Hal itu tentu saja membuat Friska gelagapan.

"Karena kamu emang pacar aku."

"A-apaan sih? Kan kakak belum pernah nembak aku."

"Oh, jadi kamu mau aku tembak dulu? OK!" Sunghoon duduk berlutut di depan Friska yang duduk di sisi ranjang. Sembari memegang kedua tangan Friska, Sunghoon juga menatap dalam manik mata Friska.






"Friska Eva Aurellia, will you be my girlfriend?"






Friska benar-benar speechless. Siapapun, tolong pukul Friska sekarang.

Ia rasa ini cuma mimpi. Namun jika beneran mimpi, ia tidak ingin dibangunkan dari mimpinya yang indah ini.


"Friska?" suara Sunghoon kembali membuyarkan Friska dari pikirannya. "Gimana jawaban kamu?"





"Yes, I will"






Mendengar itu, Sunghoon langsung berdiri dan menarik Friska ke dalam pelukannya. Oh, sekarang Friska sadar, ini bukanlah mimpi.

"Aku janji, aku akan selalu jagain kamu. Aku gak akan biarin siapapun nyakitin kamu lagi. Aku akan selalu ada disamping kamu. Aku janji."

"Iya, aku percaya sama kakak."

Untuk beberapa saat, suasana hening.

"Mm, kak!" Sunghoon menoleh. "P-pinjem HP kakak dong. Mau nelpon ibu. Hehe"












Mobil hitam berhenti tepat di depan pekarangan rumah Friska. Di depan teras, semua keluarga Friska berkumpul setelah Friska mengabari lewat ponsel Sunghoon tadi.

"Kak, makasih ya udah anterin aku pulang. Maaf ngerepotin."

"Nggak ngerepotin kok. Malahan aku seneng."

POSSIBLE OR IMPOSSIBLE | SUNGHOONजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें