End.

721 61 3
                                    



Drrt drrt


Mungkin udah lebih dari 30 puluh kali Joy dan yang lainnya menelfon gua. Tapi, gua sama sekali nggak mau angkat telfon mereka dan akhirnya memutuskan untuk mematikan ponsel.

Gua nggak mau mendengar suara apa pun dari ponsel gua terutama suara telfon masuk dari mereka semua. Gua cuma pengen duduk tenang di dermaga sambil memandang danau yang tenang.

"Padahal gua udah ngebayangin ke sini lagi sama dia. Ternyata cuma bisa dibayangin doang." Kata gua.

Kayaknya udah nggak ada harapan sama sekali gua ke sini lagi sama Hoshi kayak waktu itu. Sekarang gua cuma bisa duduk sendirian di sini sambil mengingat semua kebodohan gua.

Dari sini gua janji sama diri gua sendiri supaya gua jangan terlalu mudah dipengaruhi sama seseorang. Rasanya sakit banget, tapi gua tetep harus cari satu hal positif yang bisa gua pelajarin.

Mungkin Hoshi emang bukan buat gua, tapi dia tetep pernah jadi salah satu bagian yang penting dalam hidup gua walaupun cuma sebentar. Bener-bener sebentar doang.

Sekarang gua nggak mau buru-buru nyari pengganti dan gua lebih milih buat nikmatin waktu gua sendiri dulu. Gua juga masih takut dimainin lagi.

"Ini bukan takditrnya gua dimainin. Tapi, emang gua yang bego." Kata gua pada diri gua sendiri.

Sakit hati gua semakin bertambah saat gua mengingat temen-temen gua itu. Padahal percaya sama mereka semua. Tapi, mereka sama aja. Sekarang gua udah nggak punya temen.

Waktu itu temen deket gua di kampus cuma Joy. Gua seneng saat Hoshi datang dan gua bisa deket sama temen-temennya juga. Tapi, pertemanan gua nggak berlangsung lama.

Yerin?

Gua juga masih bingung soal dia. Gua juga ngerasa kalo Hoshi pasti ngehubungin dia karna mereka berdua emang sedeket itu. Tapi, keliatannya Yerin sama sekali nggak ngasih tau apa-apa ke gua.

Sekarang orang yang gua bisa percaya mungkin cuma Yeri, adik gua. Walaupun mulutnya emang suka nyakitin hati, tapi dia orangnya jujur. Dia juga selalu mau yang terbaik buat gua.

"Emang gua harus fokus belajar aja."

Bugh!

"Ah anjing!"

Gua langsung menengok ke belakang dan melihat satu anak kecil yang kira-kira umurnya 3 tahun melempar batu ke arah gua. Untungnya masih kecil, kalo udah gede, udah gua ajakin ribut.

Satu perempuan datang mendekat ke arah gua dan membungkukkan badannya berkali-kali pada gua. Gua sendiri jadi nggak enak karna dia terus minta maaf sama gua.

"Maaf, ya. Saya nggak liat anak saya pegang batu tadi." Katanya.

"Nggak apa-apa. Besok-besok diliatin lagi, ya." Kata gua sambil memaksakan senyuman gua lalu dia pergi kembali ke tempatnya.

Samar-samar gua melihat ada orang yang dorong-dorongan di balik pohon besar. Tapi, gua nggak mau mempedulikan mereka dan mau melanjutkan sesi galau gua.

"Kan udah gua bilang! Gua yang paling tau anjing! Gua tau dia di situ."

Mata gua terpejam untuk menahan emosi gua. Orang di belakang kedengerannya lagi ribut dan mereka mengganggu ketenangan gua di sini. Kayaknya gua harus pindah tempat aja.

Dengan sangat terpaksa gua berdiri dan mengambil barang-barang gua. Padahal udah mau sunset, tapi karna orang-orang itu, gua harus pergi aja.

"L-lah?"

Comfort ; HoshiWhere stories live. Discover now