23.

316 42 0
                                    


Setelah setengah jam lebih gua meyakinkan temen-temen gua bahwa gua bisa pulang sendiri, akhirnya mereka semua mengizinkan gua pulang sendiri dan menyarankan gua untuk langsung istirahat setelah sampai di rumah dan nggak perlu belajar lagi.

Langkah gua melambat melihat Hoshi yang baru aja sampai di tempat parkiran motornya atau tepatnya di samping motor gua. Saat sampai di kampus tadi, space di samping motor gua emang kosong. Ternyata sekarang dia yang isi.

Gua pun berjalan ke arah motor gua dan terus-terusan melirik Hoshi yang sedang memasukan beberapa barangnya ke bagasi motornya. Dia sama sekali nggak melihat ke arah gua.

"Makasih." Kata gua.

Hoshi kelihatan sedikit tersentak lalu menoleh ke arah gua. Liat dia sekarang, dia pura-pura bingung padahal gua udah tau kalo dia yang gendong gua tadi. Bahkan dia nggak jago bohong.

"Nggak usah sok nggak tau." Kata gua sambil mengambil helm gua.

"Kenapa sih, Na?" Tanya Hoshi sambil menutup matanya. Dari nada bicaranya gua bisa tau kalo Hoshi sedang kesal.

Kini giliran gua yang tersentak saat mendengar nada bicara Hoshi tersebut. Gua melihat Hoshi yang kini sudah membuka matanya dan menatap gua balik. Dia menaruh helmnya kembali di atas motornya lalu menghadap ke arah gua.

"Harus banget lu belajar sampe tengah malem terus nggak makan sama sekali?" Tanya Hoshi.

Lutut gua lemas dan jantung gua berdetak dua kali lebih cepat mendengar pertanyaan Hoshi barusan. Astaga, perasaan tadi gua udah makan dan badan gua juga udah enakan. Kenapa sekarang lemes lagi?

Di hadapan Hoshi gua hanya bisa berdiri mematung tanpa menjawab pertanyaannya sama sekali. Hoshi berkacak pinggang lalu membuang pandangannya dari gua.

"Siapa yang bilang ke lu kalo gua gendong lu?" Tanya Hoshi.

"Nggak ada. Tapi, gua denger ada yang bilang kayak begitu." Kata gua.

Untuk pertama kalinya gua melihat Hoshi yang keliatan bener-bener kesel kayak begini dan gua cukup takut melihatnya.

"Makasih." Kata gua dan dia hanya menganggukkan kepalanya sambil memakai helmnya. Lalu dia naik ke atas motornya dan memundurkan motornya.

"Duluan." Katanya.

Gua hanya bisa diam dan menatao kepergian dia dari sini. Kenapa jadi dia yang dingin sama gua? Kenapa dia serem banget hari ini? Apa cuma feeling gua aja? Atau emang beneran?

"Ah, pusing gua."

Dari pada harus memikirkan masalah Hoshi, gua memilih untuk naik ke atas motor dan meninggalkan kampus supaya gua bisa beristirahat di rumah dan lanjut belajar lagi nanti malam.

Sekarang setiap harinya gua berdoa supaya saat belajar, pikiran gua nggak diganggu sama Hoshi. Tapi, selalu aja Hoshi hinggap di pikiran gua setiap detiknya.

Lewat spion motor, gua bisa melihat ada satu motor yang terus mengikuti gua. Gua berusaha mengingat siapa pemilik motor tersebut dan ternyata pemilik motor tersebut adalah James.

"Jangan bilang dia mau ngintilin gua sampe rumah."

Karna gua nggak mau James tau rumah gua, dengan sangat terpaksa gua harus menuju rumah Yerin kali ini. Semoga aja Yerin lagi ada di rumah. Kalo dia nggak ada di rumah, bisa tamat riwayat gua.

Dalam waktu sepuluh menit, akhirnya gua bisa sampai di depan rumah Yerin. Gua memarkirkan motor gua di dalam garasi rumahnya seakan-akan gua pemilik rumah ini.

Gua sadar kalo James memarkirkan motornya lumayan jauh dari rumah Yerin. Gua masuk lewat garasi supaya James nggak bisa melihat gua. Karna kalo gua lewat pintu depan, pasti James curiga kenapa gua harus nunggu pintu rumahnya dibuka sama orang di dalam. Kalo ini rumah gua, seharusnya gua bisa masuk seenaknya.

Comfort ; HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang