22.

319 42 0
                                    


Gua duduk sendirian di dalam kelas setelah semuanya keluar dari kelas. Gua lebih memilih di sini karna di luar pastinya rame banget. Lagi pula kepala gua lagi sakit banget dan gua pengen duduk beberapa menit aja di dalam kelas.

Tangan gua terus memijit-mijit kepala gua. Biasanya kalo sakit kepala, gua berusaha buat tidur dan nggak mau minum obat.

"Na!"

Dengan lesu gua menoleh ke pintu kelas dan melihat Fiona yang berjalan masuk mendekati gua. Fiona duduk di samping gua dan melihat gua dengan detail.

"Lesu banget lu." Kata Fiona.

"Nggak tau juga nih." Kata gua.

Fiona mendekati bangkunya dengan bangku gua lalu dia menempelkan punggung tangannya di kening gua serta di leher gua. Tapi, gua langsung menjauhkan tangan gua saat dia mau memegang tangan gua.

"Gua sehat." Kata gua.

"Yaudah deh kalo lu bilang begitu." Kata Fiona.

Mungkin hari ini gua lemes karna nggak sarapan tadi pagi dan belom makan sampe sekarang. Sedikit lagi gua bakalan keluar dari kelas dan bakal nyari makan kok.

"Sebenernya gua dateng ke sini cuma buat julidin dua laki-laki kampret itu sih. Terus gua juga perhatikan temen-temen lu bareng sama dia terus tanpa lu." Kata Fiona.

Senyuman gua mengembang di wajah gua saat menyadari begitu perhatiannya Fiona padahal gua sama dia sebelumnya sama sekali nggak deket dan cuma modal sapa-sapaan aja.

"Lu sama Hoshi udah sama sekali nggak ngobrol?" Tanya Fiona, gua menggeleng.

"Tapi, Na. Bukannya gua mau bandingin juga sih. Ya, mereka berdua sama-sama kampret lah. Cuma Hoshi masih ada hati loh, Na." Kata Fiona.

Gua mendecak kesal mendengar Fiona. Kenapa semuanya jadi pada ngomongin Hoshi sih? Kayaknya cuma Yeri yang paham posisi gua. Masalahnya gua masih labil banget.

Diri gua masih labil antara mau maafin Hoshi atau nggak. Jujur aja, gua pengen banget bisa kayak dulu lagi sama Hoshi, seenggaknya gua bisa temenan baik sama dia. Tapi, gua takut diremehkan setelah ini.

"Lu maafin dia?" Tanya gua dengan sinis.

"Gimana, ya? Hoshi brengsek juga sih. Tapi, gua masih bisa toleransi kesalahannya. Kalo James, gua sakit hati banget sama si brengsek itu." Kata Fiona.

"Di sini gua yang Hoshi tipu itu gua. Jadi kalo untuk gua sih masih susah." Kata gua.

Fiona menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu dia mengusap-usap punggung gua. Sesekali dia menepuk punggung gua dan membuat gua sedikit lebih sabar.

"Iya, sih. Wajar kalo misalnya lu udah nggak percaya sama dia. Gua bisa ngerti kok." Kata Fiona.

Mata gua terpejam dan seketika gua bisa melihat tawa Hoshi saat gua menutup mata. Bahkan suara teriakan khasnya bisa terdengar di telinga gua.

Padahal kalo mau dibilang gua sama Hoshi kenalnya baru, belom sampe dua bulan. Tapi, gua nyaman banget sama dia. Semudah itu dia bikin gua nyaman dan akhirnya gua sadar kalo dia dasarnya main-main doang.

Akhir-akhir ini gua selalu bertanya pada diri gua sendiri kenapa gua sebodoh itu membuka diri gua sama orang baru yang kita nggak tau aslinya kayak gimana. Sekarang gua sendiri yang nyesel.

"Fi, sorry banget nih sebelumnya. Tapi, gua lagi nggak mood buat ngomongin mereka. Gua udah nggak peduli sama sekali sama mereka." Kata gua.

"Eh, eh, gua yang minta maaf kalo gitu, Na. Gua yang nggak peka. Kalo gitu gua balik duluan, ya." Kata Fiona dan gua hanya menganggukkan kepala gua.

Comfort ; HoshiWhere stories live. Discover now