12.

341 51 0
                                    


"Haduh mumet." Keluh gua sambil menutup laptop gua.

Gua meneguk kopi hitam yang gua pesan lalu menyenderkan badan gua di sofa. Gua diam sambil menatap jalanan lewat jendela cafe.

Tiba-tiba gua merasa aneh berada di cafe sendirian. Sebulan lebih gua selalu ditemenin sama Hoshi dan yang lainnya. Makanya gua ngerasa agak aneh kalo nggak ada temen-temen gua terutama Hoshi.

"Ci, samperin gua dong." Cicit gua.

Sedari tadi ponsel gua terus menganggur di atas meja sampai akhirnya gua mengambil ponsel gua dan membagikan lokasi gua pada Hoshi. Gua nggak tau Hoshi ada di mana sekarang.

Sebenernya sekarang gua cuma ngerasa kesepian dan pengen ditemenin aja sama Hoshi. Semoga aja dia lagi nggak sibuk. Tapi, jadi gua ngerasa nggak enak tiba-tiba ngeshare lokasi gua ke dia tanpa bilang apa-apa. Akhirnya gua mengurungkan pesan gua tersebut.

"Eh, lu mantannya Farell, kan?"

Gua mendongak dan melihat satu perempuan yang wajahnya nggak asing. Gua menaruh ponsel gua di atas meja lalu merinci wajah perempuan tersebut dan berusaha mengingat siapa dia.

"Gua ceweknya Farell." Katanya.

"Oh."

Hampir aja gua ngatain perempuan yang ada di depan gua ini. Liat aja, dia sama sekali nggak malu menghampiri gua dan melemparkan pertanyaan nggak berguna itu dari mulutnya.

Tanpa seizin gua, dia duduk di depan gua sambil tertawa pelan. Dia menatap gua dari ujung kaki sampai ujung rambut gua. Yang jelas gua jauh lebih baik dari dia. Dari fisik sampai perilaku.

"Lu nggak ada niatan balikin barang-barang Farell?" Tanyanya.

"Udah gua bakar." Jawab gua santai.

Wajahnya keliatan nggak terima bahwa faktanya gua udah ngebakar semua pemberian Farell buat gua. Emang kenapa jadi dia yang kesel? Sesayang itu kah dia sama Farell?

"Kenapa? Lu mau? Mau barang-barang yang Farell kasih ke gua?" Tanya gua.

"Kenapa? Emangnya Farell nggak pernah ngasih apa-apa ke lu sampe ngincer barang-barang yang Farell kasih ke gua?" Tanya gua lagi disertai kekehan gua.

Ternyata menyenangkan juga bikin dia kesel kayak begini. Gua rasa orang kayak dia pantes diginiin. Seenggaknya dia harus sadar kalo dia yang salah.

"Padahal gua udah ngasih Farellnya buat lu loh. Emang masih kurang?"

Semakin dia kesel, gua semakin banyak ngomong. Gua bisa melihat tangannya yang mengepal dan rahangnya yang mengeras. Matanya pun keliatan berapi-api.

"Gimana? Bahagia pacaran sama Farell?" Tanya gua.

"Bahagia lah, ya. Masa nggak. Kan udah capek-capek jadi selingkuhan, masa nggak bahagia pas udah pacaran." Kata gua.

Senyum gua semakin lebar melihat mata dia yang berkaca-kaca. Apa gua udah kelewatan? Nggak tuh. Gua rasa dia pantes ngerasain ini. Lagi pula ini nggak seberapa sama apa yang gua rasain.

"Eh, bilang ke Farell, ya. Gua udah bahagia banget setelah putus sama dia. Beban terberat di hidup gua hilang satu." Kata gua.

"Nana!"

Gua menoleh dan melihat Hoshi yang tiba-tiba muncul. Ternyata dia udah lebih dulu liat lokasi gua sebelum gua menghapus pesan itu. Gua pun membereskan barang-barang gua lalu berdiri.

Comfort ; HoshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang