(37) Tidak Berhak?

54 9 0
                                    

"Nama lo siapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nama lo siapa?"


"Joyko."

"Hah? Kok kayak bumbu dapur punya emak gue?"

"Itu Royko, ogeb!"

"Astaghfirullah, kamu ndak boleh entokesis begitu." Urban mengulurkan tangannya pada Joyko. "Nama gue Urban. Bukan Uban. Kalau bilang Uban, berarti lidah lo pelo!"

Berita duka kematian ibunda Abar dengan cepat menyebar luas di telinga warga SMA Islamiyah. Khawariz yang menyebarkan berita tersebut. Dia sangat paham akan kondisi mental Tamara karena dihantui rasa bersalah. Khawariz mengetahuinya di hari pernikahan Abar dan Gera, Khawariz berbicara pada Tamara secara diam-diam karena selama ini putrinya tidak tahu siapa perempuan yang pernah dicintainya. Dia mengatakan permohonan maaf. Akan tetapi, Tamara justru merasa bahagia karena bisa melihat Rasyila dalam diri Gera.

Khawariz pikir, semua masalahnya telah usai. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa setiap malam, setiap melihat wajah Gera, rasa bersalah Tamara terus saja menyakiti dirinya sendiri.

Pak Tagram, Urban, Bryan, serta Afiza—sebagai perwakilan dari warga SMA Islamiyah sengaja mendatangi rumah Abar setelah pulang sekolah. Kebetulan Taya, Aham, dan Joyko belum pulang. Taya yang menyuruh Joyko menemani Urban membujuk Abar agar mau keluar dari kamarnya.

"Abaaaarrr, hiksroooootttt. Bukaaa pintunyaaaa. Istighfar, Bar. Nyebut ayo nyebuttttttt. Jangan syediih lagihh ogheyyy. Ayo buka, di bawah sana ada Pak Tagram sama nenek putri. Kata Pak Tagram kalau nggak mau turun tinggal pilih sendal atau sarung." Urban berteriak di depan pintu kamar Abar.  Joyko hanya geleng-geleng kepala. Kasihan si Abar. Mengapa temannya pasti ada yang otaknya gesrek dikit.

Pintu kamar yang sudah berjam-jam terkunci akhirnya terbuka. Tampak Abar dengan wajah sembap, rambut acak-acakkan, bajunya yang lusuh, serta mata yang memerah. "Pak Tagram? Ada di sini?" tanya Abar dengan suara serak.

"Iya, Bar! Sama ada kakak kelas yang lo panggil uti-uti itu."

"Ayo, Bar. Turun. Guru dari sekolah lo dibela-belain dateng ke sini," Joyko menambahkan.

"Yaudah, ay—"

"Eh, itu muka lo dicuci dulu lah, hiksrot. Rambutnya disisir, bajunya dirapihin, air matanya di elap, terus senyum.  Ada Kak Uti-Uti, temen gue harus kelihatan ganteng. Siapa tahu Kak Uti-Uti naksir sama elo. Kan lumayan. Pacarannya nggak sekarang, tapi nanti saling mencintai dalam diam. HAZEEEEK." Urban heboh sendiri.

Joyko berdecak. "Kelamaan. Uti-Uti apaan sih. Abar tuh udah beri—"

"Oke. Tunggu sebentar." Abar memotong cepat Joyko yang nyaris keceplosan. Dia kembali masuk ke kamar untuk membenahi penampilannya. Dari tadi benaknya juga tak luput dari sang istri. Ke mana Gera? Mengapa dia tidak terlihat sejak pagi? Atau Abar yang sibuk mengurung diri jadinya dia tidak melihat Gera?

Aljabar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang