(36) Pergi dan Berpaling

39 10 0
                                    

"Kalau lo mau tahu isi hati penulis yang jatuh cinta, baca saja apa yang dituliskan olehnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kalau lo mau tahu isi hati penulis yang jatuh cinta, baca saja apa yang dituliskan olehnya. Biarkan paragraf yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan." -Logan Damian.

••••

Awan-awan hitam menggumpal sedang berkumpul untung berpesta ria. Matahari terdiam, sinarnya kalah suara. Kilatan-kilatan cahaya memekakan telinga, membuat siapapun yang berada di bawah naungannya meringkuk ketakutan. Setetes demi tetes air hujan turun membasahi rumah yang penghuninya sedang berduka.

Pytha duduk meringkuk di ruang tamu. Pintu rumahnya terbuka lebar, membiarkan angin membelai tubuhnya yang sudah tidak memiliki harapan apa-apa. Ucapan bela sungkawa serta motivasi yang diucapkan para pelayat seolah masuk telinga kanan dan keluar melalui telinga kiri. Suara teriakan Pytha disamarkan dengan suara petir yang menyambar.

"Bunda...."

Wajah Pytha tidak ada bedanya dengan sungai yang dilengkapi air terjun. Air matanya tumpah ruah. Tangisnya sudah ia tahan sejak berada di pemakaman. Dia tidak mau sang Kakak melihat tangisannya.

Hingga sebuah suara menginterupsinya. Taya, Joyko, dan Aham masuk melalui pintu. Taya langsung berlari dan memeluk Pytha yang duduk di dekat sofa. Melihat kondisi adik kelasnya, Taya ikut menangis. "Pytha, yang sabar, sayang...."

"Abar mana?" tanya Joyko.

"Mas Abar di kamar," jawab Pytha dengan suara serak.

Aham menepuk bahu Joyko dan berbisik, "Joy, lo bantu Taya ngehibur Pytha, gue mau urus Abar dulu," ucapnya kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Abar.

Joyko menggerak-gerakkan tubuhnya seperti melakukan pemanasan. "Laksanakan tugas negara untuk mengembalikan keceriaan Neng Wulan," ucapnya, kemudian ikut-ikutan duduk di lantai seperti Pytha dan Taya.

"Neng Wula—"

"Nama aku Pythagoras! Bunda yang udah ngasih nama, Kak Joko jangan ubah-ubah!" teriak Pytha.

"Aduh, maaf Nyai, hamba mengaku salah." Joyko memberi hormat kepada Pytha, melihat tingkah Joyko yang absurd, Taya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi ada gunanya juga untuk menghibur seseorang yang sedang berduka.

"Pytha, udah, jangan nangis. Nanti Babang Joko beliin boneka boboboiy, deh. Mau yang kekuatan petir? Halilintar? Taufan? Api? Air? Es?"

"Atau mau boneka Mail si bocil sultan?"

"Nggak apa-apa, Tha. Hidup ada kalanya harus mengalami kehilangan supaya di lain hari kita bisa menjaga," ucap Taya, dia memeluk tubuh Pytha.

"Angzay, Taya bisa bijak juga."

Sedangkan Aham berusaha mengajak Abar yang terus menerus mengurung diri di dalam kamar sejak sang bundanya dikebumikan. "Bar, ayo keluar. Burung lo belum dikasih makan nanti mati lagi loh."

Aljabar Where stories live. Discover now