(29) Afiza

48 11 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

"Assalamualaikum. Perkenalkan nama saya Aljabar Linear Baritma. Saya murid pindahan dari Koefisien High School. Umurnya masih muda. Cita-citanya tidak menjadi beban orangtua. Hobinya senyum, karena senyum itu ibadah. Nggak suka marah, nanti cepet beruban rambutnya. Sekian terima kasih. Semoga teman-teman bisa menerima kehadiran saya di kelas ini." Abar memperkenalkan diri. Tak lupa juga dengan senyumannya yang mempesona, yang bisa menyihir siapapun. Termasuk cewek-cewek yang ada di kelas tersebut, mereka terkagum-kagum. Akan tetapi, tidak berani terang-terangan menunjukkannya.

"Kayak nama gue dong, Urban. Hiksrot," celetuk salah seorang cowok yang duduk di sudut kelas.

"Wah, sepertinya orangtua kamu suka sama matematika ya?" tanya Pak Tagram. Dia sedang mengajar di sini. Perihal perkataan Hiper yang tadi, semua itu bohong.

"Nggak, Pak. Mereka justru benci sama matematika makannya namain saya Aljabar. Katanya benci bisa jadi cinta, siapa tahu dengan namain anaknya nama matematika, mereka jadi cinta juga sama matematika."

Pak Guru berusia sekitar empat puluhan itu tertawa mendengar penuturan murid barunya. Sebenarnya Pak Tagram adalah guru yang asyik. Dia bisa berbaur dengan muridnya. Akan tetapi, jika ada anak bandel tak segan-segan mengeluarkan sisi menyeramkannya. "Ya sudah, kamu boleh duduk. Kalau berdiri terus nanti pegel."

"Oi, Matematika! Sini duduk deket gue aja. Miris banget ini kursi kosong melompong kayak gue yang gak laku-laku."

"Bersyukurlah buat kalian, para jomlo, yang nggak laku-laku. Tandanya jodoh kalian yang sudah tertulis di Lauful Mahfuz sedang mendoakan agar calon jodohnya nanti dijauhkan dari orang-orang yang numpang jaga doang," ucap Pak Tagram.

"Wah beneran, Pak?" tanya Urban.

"Sudah. Kita mulai pembelajarannya," Pak Tagram mengalihkan topik pembicaraan. Dia sangat tahu betul kebiasaan murid yang suka memancing gurunya agar bercerita dengan tujuan supaya tidak ada pelajaran atau jamkos.

Abar mendudukkan bokongnya di kursi rekomendasian Urban. Di sekolah ini kursi dan mejanya satu anak satu. Mejanya pun berukuran pas untuk satu orang.

"Nama gue Urban. Nyokap gue nikahnya di Australia, bulan madunya di Eropa, positif hamilnya pas di Amerika, ngidamnya di Belanda, dan gue lahirnya di Jakarta." Urban mengulurkan tangannya pada Abar.

Abar tertawa, dia menyambut uluran tangan teman barunya. "Hafal bener."

"Jelaslah hafal, kan gue yang ngarang ceritanya."

"Urban, sudah diem. Tidak ada yang bercanda. Hari ini kita akan ulangan harian mapel Bahasa Arab untuk persiapan Ujian Kenaikan Kelas. Siapkan mental, kertas, dan pulpen. Tidak ada yang boleh mencontek atau pun bertanya pada teman. Jika sampai ketahuan, tinggal pilih, mau sejadah atau sandal jepit." Perkataan Pak Tagram akan ulangan dadakan membuat seluruh kelas merinding.

Aljabar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang