🌼 TW chapter 8

Start from the beginning
                                        

"Astaga sayang, pelan-pelan makannya," ucap Reina sembari membersihkan saus kacang di muka Davin.

"Dav," sapa seseorang. Merasa terpanggil Davero menoleh.

"Vano," Reina ikut menoleh melihat siapa yang menyapa Davero.

"Kak Vano?"

"Reina?" ucap mereka bersamaan.

"Lo ngapain disini sama Davero?" belum sempat Reina menjawab Davero sudah memotong lebih dulu.

"Lo berdua kenal?" tanya Davero.

"Temennya Vanya," jawab Vano.

"Kalian ngapain disini?" Vano mengulangi pertanyaannya.

"Makanlah," ya bener si. T-tapi kan. Dahlah.

Vano menghela nafasnya. Ia kemudian melirik seorang balita yang satu meja dengan Davero dan Reina.

"Siapa?" tanya Vano entah pada siapa.

Reina menyadari tatapan Vano langsung menjawabnya, "Ah, adek gue kak," jawab Reina. Sedikit berbohong.

"Kak Vano mau beli sate juga?" tanya Reina mengalihkan topik pembicaraan.

"Ini mas pesanannya," ucap penjual sate.

"Iya, kalo gitu gue balik dulu." Reina mengangguk dan tersenyum pada Vano.

"Pinter juga lo milih cewek," bisik Vano pada Davero sebelum melenggang pergi. Davero hanya melirik kepergian Vano.

//-//

Davero baru saja menjemput Mama Karina pulang dari rumah sakit. Setelah sekitar empat hari dirawat di rumah sakit akhirnya Mama Karina diperolehkan pulang. Mama Karina mempunyai riwayat penyakit jantung yang bisa kambuh kapan saja. Dan saat Papa Davero datang Mama Karina sudah dirawat selama semalam di rumah sakit karena penyakitnya kambuh.

Karena Davero kangen Davin jadi ia memutuskan untuk menculik Davin dari rumah Reina. Ia akan membawa Davin ke rumahnya.

Seperti biasa Reina tidak mengunci pagar. Setelah memarkirkan mobilnya Davero memasuki rumah Reina.

Terlihat di ruang tengah Reina dan Davin sedang duduk di karpet bulu. Reina menonton tv sedangkan Davin sibuk dengan mainannya.

"Ekhem," deheman Davero membuyarkan kesibukan ibu dan anak itu.

"Papaa!" Davin berlari memeluk Davero.

"Lo kapan dateng?" tanya Reina bingung.

"Baru aja,"

Reina menganggukkan kepalanya.

"Davin mau ikut Papa ga?" tanya Davero membawa Davin duduk di karpet lagi.

"Temana?" (Kemana?) tanya Davin memiringkan kepalanya. Gemass.

"Ke rumah Papa,"

"AU!!" (MAU!!) dengan semangat Davin menjawabnya.

Reina hanya memperhatikan interaksi dua orang itu sembari memakan kripik kentangnya.

Davero membisikkan sesuatu pada Davin. Davin menjawabnya dengan anggukan. Davin mengalihkan pandangannya kepada sang Mama.

"Eum, Mama au itut Davin ke lumah Papa ndak?" (Eum, Mama mau ikut Davin ke rumah Papa nggak).

Reina mengangguk mengerti apa yang di bisikan Davero pada Davin.

"Nggak ah Mama di rumah aja," jawab Reina menggoda putranya.

Davin sudah ancang-ancang mau menangis mendengar Reina menolak ajakannya.

"Oke oke Mama ikut," final Reina. Davin kalo udah nangis susah nenanginnya guys.

"Bilang apa?" tanya Reina.

"Maacih Mama Leina," (Makasih Mama Reina) jawab Davin berganti memeluk Reina.

Sepanjang jalan Davin terus bertanya pada Davero yang sedang fokus menyetir.

"Lumah Papa ada ainannya ndak?" (Rumah Papa ada mainannya nggak?)

"Ada."

"Anyak apa cedikit?" (Banyak apa sedikit?)

"Banyak," padahal di rumah Davero tidak ada anak kecil jadi tidak ada mainan.

"Yeyyy!"

◜‿◝
To Be Continue

Makasih yang udah vote dan komen, love u 3500 <3

Mungkin dalam waktu deket ini aku bakal ganti cover book story ini. Mungkin juga bakal ganti judul. Jadi silahkan ditunggu dan di share yaa!!

mrs.lee❤️

THE WAY [END]Where stories live. Discover now