35

140 70 379
                                    

Kayla berbalik untuk menyusul teman-temannya di kantin. Ia sedikit berlari untuk segera sampai ke sana. Namun, karena tak memerhatikan jalan, ia malah menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Eh, ma-maaf, Kak."

Kayla meringis pelan saat tahu bahwa orang itu adalah Sayina. Entah sudah ke berapa kalinya ia dan guru mudanya itu bertabrakan.

Sayina menatap Kayla datar. "Oh, kamu ya salah satu calon ketua osis itu? Eh, ketua osis atau wakil ketua osis?"

Kayla tersenyum canggung. "Wa-wakil ketua osis, kak."

"Oh, bagus deh." Sayina menatap Kayla sedikit sinis. "Saya cuma nggak nyangka orang kayak kamu bisa ikut mencalonkan."

Kayla bingung. Baru saja ia ingin mengeluarkan suara, Sayina tiba-tiba berucap seraya tertawa pelan, "Saya cuma bercanda, haha."

Merasa tidak ada yang lucu Kayla hanya tersenyum canggung. Seseorang yang tak diduga-duga kini datang dan sedikit menyenggol bahu Sayina dari belakang.

Raka.

Kayla sedikit membelalakkan matanya melihat itu. Sedangkan Sayina, ia menatap Raka kesal. Meskipun hanya senggolan kecil, namun ia kesal karena yakin bahwa Raka melakukan itu dengan sengaja.

Raka menyandarkan tubuhnya di dinding dengan santai. Lalu kemudian ia tersenyum miring menatap guru itu. "Halo Bu. Ah, seharusnya saya panggil Kak, ya?"

Kayla bingung harus apa. Ia memberikan tatapan tajam pada Raka namun tak dipedulikan oleh cowok itu.

Sayina menatap Raka tidak suka. "Oh, jadi kamu yang jadi pasangan Kayla itu?"

Sayina menatap Raka dari atas sampai bawah lalu tersenyum miring. "Percaya diri banget buat ikut sebagai kandidat."

Raka menaikkan sebelah alisnya. "Terus? Apa urusannya sama lo?"

Kayla membulatkan matanya mendengar cara bicara Raka yang tidak sopan.

Sayina tertawa lalu bertepuk tangan. Koridor saat ini sedang sepi jadi tak ada seorang pun yang menyaksikan mereka bertiga.

"Haha, gini amat ya kandidat nomor urut lima. Waw banget."

Kayla terkejut. Bagaimana bisa gurunya bersikap seperti itu. Memang dari awal Kayla sudah merasa aneh dan curiga pada gurunya itu. Dan kecurigaan itu semakin bertambah saat melihat ini.

Lain dengan Raka yang menatap Sayina dengan datar. Lalu kemudian ia tersenyum miring. "Iya, waw banget. So, kenapa lo nggak pergi aja sekarang? Udah nggak ada urusan lagi, kan? Soalnya gue mau ngomong sama calon waketos gue bentar." Raka merangkul Kayla setelah mengatakan itu.

Kayla melotot pada Raka dan melepaskan tangan Raka dari pundaknya seraya tersenyum canggung. "A-apaan sih, Ka."

Sayina mendengkus malas. Ia sudah melupakan predikatnya sebagai guru yang baik di sekolah ini.

"Yaudah lagian saya malas berurusan sama kalian. By the way, good luck," ucap Sayina lalu pergi dari sana dengan senyum anehnya.

Kayla mengernyit bingung menatap gurunya itu pergi, lalu setelahnya ia menatap Raka garang.

"Maksud lo ngomong kayak gitu apaan?"

Raka mengedikkan bahunya cuek. "Ya gitu."

Kayla menghela napas lalu mulai berucap dengan tenang dan sabar, "Lo tahu kan dia itu guru? Lo nggak boleh kayak gitu sama dia. Ingat Ka, lo calon ketua osis. Jadi, jaga sikap lo."

Keana's Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang