13

211 160 109
                                    

Setelah dari UKS, Kayla berjalan pelan untuk kembali ke kelasnya. Tadi, ia sempat ikut ke UKS dan diberi sedikit pertanyaan oleh Lirdan mengenai kejadian pingsannya Sayina.

Kayla mengusap lengan kanannya yang sedikit nyeri karena menahan tubuh Sayina terlalu lama tadi. Kayla menghentikan usapannya begitu tahu benda yang sedaritadi pagi melingkar di pergelangan tangannya kini hilang.

Dengan panik Kayla mencari-cari di tangan sebelah kirinya lalu mencari lagi di kantong baju sekolahnya. Tidak ada.

Kayla rasanya ingin menangis. Jantungnya berdetak begitu cepat. Bagaimana bisa gelang itu hilang? Kepala Kayla rasanya pusing. Banyak pikiran-pikiran yang bertengger di kepalanya saat ini.

"Eh, Kayla. Lo pasti mencalonkan jadi ketua osis kan? Pasangan lo siapa?"

Nah, ini salah satu hal yang membuat kepala Kayla rasanya mau meledak.

"Eh, iya Kay. Pasangan lo siapa? Cowok atau cewek?"

"Cowok ajalah haha. Banyak kok yang mau jadi pasangan lo kalau mencalonkan."

Kayla tak ingin menanggapi mereka. Kepalanya terasa pening saja mendengar perkataan mereka. Kayla pergi dari sana segera. Namun, salah satu orang di sana mencekal tangannya.

"Gue tanya kok lo nggak jawab sih?" tanya Dira sedikit sinis dan kesal.

Dira adalah salah satu anak IPS yang seangkatan dengan Kayla. Ia dan Kayla dulunya sangat dekat di organisasi osis. Namun karena suatu kesalahan yang pernah ia perbuat hingga akhirnya ia dikeluarkan dari organisasi itu. Hal itulah yang membuat hubungan Dira dan Kayla merenggang.

"Maaf Ra, gue lagi buru-buru."

Kayla melepaskan cengkraman Dira dari tangannya. Lalu setelahnya ia pergi dari sana.

"Emang ya, temen lama bakal dilupain kalau udah terkenal," sindir Dira yang masih bisa didengar Kayla.

Kayla mulai mencari di sepanjang koridor kelas 11 dan bertanya-tanya pada orang yang lalu lalang.

Gelang itu sangat berharga bagi Kayla. Ia tidak akan membiarkan gelang itu hilang begitu saja.

Kayla daritadi mencari namun belum juga ketemu. Kayla lelah. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding. Air mata Kayla perlahan mulai luruh. Ia tak bisa menahan ini semua. Untungnya koridor saat ini sedang sepi, jadi ia bebas mengeluarkan air matanya.

Dari kejauhan, Kayla bisa melihat teman-temannya sedang menuju ke arah sini. Sepertinya mereka sudah selesai makan.

Kayla tak ingin mereka melihatnya menangis. Dengan segera ia pergi dari sana sebelum teman-temannya melihatnya.

Dan, sampailah Kayla di sini. Di taman yang sepi. Taman ini terlihat asri, namun jarang didatangi oleh orang-orang. Taman di sekolah ini ada dua, taman yang satunya sangat luas dan indah. Di sanalah orang-orang lebih sering datang. Sedangkan di sini, taman ini kecil dan terdapat pohon beringin yang sangat lebat sehingga membuatnya terlihat angker.

Kayla menyandarkan tubuhnya di bawah pohon beringin itu. Daunnya yang lebat bagus dijadikan sebagai pelindung hujan dan sinar matahari.

Kayla suka ini. Ketenangan. Tak ada lagi orang-orang yang mengganggunya dan memberinya pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepalanya pusing.

Kayla menghirup udara segar dengan pelan. Ia memejamkan matanya menikmati ketenangan ini. Masih bisa terlihat jelas bahwa pipi Kayla basah karena habis menangis.

"Stres? Capek?" seseorang bertanya membuat Kayla membuka matanya terkejut. Kayla mencari sumber suara itu dengan menoleh ke sekitar.

"Di atas."

Kayla mendongak ke atas. Dan benar saja, di sana terdapat seorang cowok yang Kayla kenali. Raka. Seorang cowok yang terkenal akan kenakalannya. Ia adalah ketua dari geng yang menyindir Kayla tadi.

Nama Raka ini selalu saja tercatat di dalam buku harian osis karena ulahnya yang nakal dan suka tawuran. Tapi jangan salah, meskipun ia memiliki perilaku yang tak layak dicontoh, namun ia memiliki paras wajah tampan.

Oiya, Raka juga pernah membantu Kayla ketika ia pernah bertabrakan dengan guru muda itu, Sayina.

Kayla kaget bukan main saat mengetahui bahwa ternyata ada orang di atas pohon ini. Dan ternyata orang itu adalah Raka.

"Lo ngapain di sini?" tanya Kayla.

"Lo sendiri ngapain di sini?" Raka bertanya balik. "Seorang gadis teladan dan terkenal di sekolah ini ngapain ke taman ini dalam keadaan pipi basah?" tanya Raka lagi lalu mengubah posisinya yang tadinya baring kini menjadi duduk di atas batang pohon beringin itu.

Kayla spontan memegang pipinya yang basah. Ia lupa menghapus air matanya tadi. Dengan segera Kayla menghapus air matanya menggunakan tangannya.

Raka melompat dan turun dari pohon itu. Kayla sedikit terkejut karena Raka bisa melompat ke bawah padahal ia berada di atas batang pohon yang tinggi.

Raka mendekat. "Hidup itu emang rumit. Jadi bawa santai aja." Raka mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya dan menyerahkan sesuatu ke Kayla.

Sapu tangan.

"Air mata lo masih ada. Muka lo dicuci dulu baru lo lap pake ini."

Kayla mengambil sapu tangan itu dengan ragu. Setelahnya Raka pun pergi. Meninggalkan Kayla yang saat ini mematung.

Kayla menatap punggung Raka yang mulai menjauh, lalu beralih menatap sapu tangan itu. Kayla sedikit merasa aneh. Bagaimana bisa berandalan itu bersikap baik padanya? Bukannya ia dan teman-temannya membencinya?

•••

"Guys, jadi kan?" tanya Naysa memastikan.

"Wets, jadi dong!" balas Keana bersemangat.

Mereka berenam akan berkumpul dan menginap 1 hari di rumah Naysa. Mereka memang sering seperti ini. Kumpul-kumpul di salah satu rumah lalu melakukan hal-hal yang mereka sukai.

"Yang lain gimana?" Naysa bertanya lagi pada yang lainnya.

Rika hanya mengangkat jempolnya pertanda ia setuju. Sekarang sudah jam pulang dan membuatnya malas untuk membereskan alat-alat tulisnya.

Aina menutup resleting tasnya lalu menjawab, "Gue jadi. Ortu gue udah gue tanya kok tadi."

Naysa beralih menatap Sela. "Jadi. Tapi gue agak lambat datangnya," ujar Sela tanpa menatap ke arah lawan bicaranya.

"Emm, Kayla gimana?"

Kayla sedaritadi diam dan tidak banyak bicara. Biasanya di kelas ia selalu mengangkat tangannya dan menjawab beberapa soal yang diberikan oleh guru mapel, namun kali ini ia bahkan tak pernah mengangkat tangannya sekali pun. Daritadi ia hanya terus melamun memikirkan gelangnya yang hilang. Teman-temannya pun tak ada yang tahu bahwa ia sudah menangis tadi.

"Kay? Are you okay?" Keana menepuk bahu Kayla membuat sang empunya terkejut.

"Eh, kenapa An?"

"Lo ditanyain sama Naysa tuh. Lo kenapa daritadi diem aja? Kalau ada masalah cerita aja Kay."

Kayla menggeleng. "Nggak apa-apa kok. Gue cuma butuh istirahat aja." Kayla tersenyum kecil pada Keana. "Oiya Nay, tadi lo nanya apa?" sambungnya lagi.

"Itu lo jadi nggak dateng ke rumah gue nanti? Kita have fun gitu."

"Oh, iya jadi kok."

Naysa mengangguk. "Oke, ayo keluar kelas sebelum ini kelas dikunci sama pak satpam."

••

Alhamdulillah update lagi! 😽

Semoga kalian gak bosan sama ceritanya ya ^^

See u 🙌

Keana's Life GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang